AWAL Desember, tak lama setelah Yayasan Keluarga Adil Makmur (KAM), yang dipimpin Jusup Handojo Ongkowidjaja, beroperasi, seorang pembaca TEMPO, yang meragukan cara kerja mereka, menelepon kami agar menulis kegiatan simpan pinjam ala KAM. "Supaya masyarakat tak tertipu oleh cara-cara KAM yang sulit dipertanggungjawabkan itu," katanya. Selang beberapa hari, penelepon yang tak mau dituliskan namanya itu mengirimkan brosur KAM ke kantor kami. Setelah usul itu kami diskusikan dalam rapat perencanaan, diputuskan untuk menulis kegiatan KAM tersebut. Waktu itu saja kami sudah mencium gelagat tidak baik dari KAM. Ongkowidjaja, dalam sebuah pidatonya di depan anggota 200 anggota KAM Cabang Cianjur, misalnya, mengisyaratkan bahwa yayasan yang dipimpinnya punya dana yang cukup kuat. "Kami baru saja membeli Taman Ria di Manado dari Pak Ciputra,- katanya meyakinkan anggota KAM. Setelah kami cek, ternyata itu bualan Ongkowidjaja semata. Baik Ciputra maupun Grup Jaya tidak punya usaha Taman Ria di Manado. Sejak itu, kami terus memantau perkembangan KAM. Naluri wartawan kami mengatakan kasus simpan pinjam gaya Ongkowidjaja ini akan "meledak". Dugaan kami tak meleset. Dua pekan lalu, KAM menjadi gunjingan di mana-mana. Ada yang menganggap usaha itu tak lebih dan penipuan belaka. Ada pula yang menilai KAM benar-benar ingin menolong anggotanya - bahkan sejumlah pakar ekonomi memuji usaha ini. Tapi pemerintah kelihatan cenderung menganggap usaha KAM sebagai penipuan. Sekalipun larangan resmi belum dikeluarkan,pekan lalu, Menteri Keuangan Radius Prawiro, yang menyangsikan kegiatan KAM, sudah mengimbau masyarakat agar tak jadi anggota yayasan itu. Lalu, Gubernur Wahono dan Gubernur Pardjoko mengeluarkan perintah pembekuan kegiatan KAM di wilayah mereka - Jawa Timur dan Kalimantan Barat. "Pada saatnya nanti kami akan bertindak," kata Kapolri Jenderal M. Sanoesi. Sementara itu, Ongkowidjaja, yang mengaku sekarang sering kurang tidur, selain sibuk menenangkan anggota KAM, juga tak henti-hentinya membuat perhitungan-perhitungan untuk mempertahankan KAM dari serangan para pakar ekonomi. Kepada redaktur Nasional Amran Nasution, yang sudah tiga kali mewawancarainya, Ongkowidjaja mengatakan jika perhitungan-perhitungannya selesai dilakukan, ia siap berdebat tentang KAM dengan 10 guru besar ekonomi. Setelah menguntit sepak terjang Ongkowidjaja selama hampir dua pekan, Amran bersama Reporter Bachtiar Abdullah mewawancarai Menteri Keuangan Radius Prawiro di kantornya, Jumat pekan lalu. Sementara itu, Moebanoe Moera mewawancarai Kapolri Jenderal M. Sanoesi. Untuk menyiapkan Laporan Khusus tentang KAM ini, kami juga menugasi semua Biro TEMPO untuk mengikuti kegiatan KAM didaerah liputan mereka masing-masing. Bahkan, Kepala Biro Jawa Timur Toriq Hadad berhasil mewawancarai Gubernur Wahono, yang melarang KAM melakukan kegiatan di seluruh Jawa Timur. Hasil liputan 15 wartawan dari kelima Biro TEMPO kemudian dituliskan oleh Amran Nasution dan Bachtiar Abdullah. -
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini