Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Timbul memungut sampah rojali...

Pentas aneka satwa di ancol, merupakan arena bagi berbagai satwa mempertunjukkan berbagai kecerdikan mereka. lingsang yang dikenal sebagai musuh manusiapun bisa dilatih. (ils)

17 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIHATLAH, si Timbul tahu bagaimana membuang sampah di tempat yang betul," seru Badu Silaban, 26 tahun, si pembawa acara. Timbul mengejar sampah plastik yang dilemparkan, memungutnya dengan moncong dan kemudian dengan sigap membawanya ke sebuah tong bertutup yang bertuliskan "tong sampah". "Hebat bukan ! Kita semua juga harus seperti si Timbul," seru Badu Silaban lagi. Tepuk tangan gemuruh menyoraki Timbul yang pandai itu. Timbul dan 10 teman-temannya kemudian bergantian beraksi naik sepeda, menangkap bola, main basket. Mereka adalah lingsang-lingsang sungai yang biasanya jadi musuh pemilik kolam ikan. Warna dan bentuk hewan ini seperti tikus, dengan ukuran lebih besar. Termasuk kelas mamalia, binatang pemakan daging ini dikenal juga dengan nama Otter (bhs. Inggeris). Ada otter yang hidup di air tawar, dan ada pula yang hidup di pinggir laut. Gerakannya lincah di darat dan di air, kepalanya bisa berputar hampir 360ø, bisa berdiri. Dengan kumisnya yang selalu bergerak-gerak, dia tak hanya tampak cerdik, tapi juga cantik. Di rawa-rawa seperti Muara Angke, Jakarta Utara, masih banyak terdapat lingsang liar. Biasanya mereka hidup berkelompok. Dalam jumlah yang besar (25 ekor) bahkan berani menyerang manusia. Pernah, seorang penduduk Muara Angke mengambil seekor anak lingsang untuk dipelihara. Malam harinya, rumahnya diserang lingsang. Untung tak menimbulkan korban. Gigi lingsang cukup kuat dan tajam. Bambu, daun pintu, bisa habis dikeratnya. "Sepatu saya selalu bolongbolong ketika pertama kali melatihnya, " ujar salah seorang pelatih lingsang di Gelanggang Samudra Jaya Ancol, Sumarto, "gigitannya juga lumayan, lukanya seperti bisul yang mau pecah." Necis Persahabatan Sumarto dan lingsang-lingsang di Jaya Ancol dimulai sejak 1978. Dia merawat lingsang-lingsang karena binatang ini berkembang biak dengan cepat -- kandungannya cuma berusia empat bulan. Hasil pengamatan Sumarto terhadap tingkah laku si Timbul dan teman-teman adalah: "Kalau mau kawin, suaranya cit-cit-cit." Kalau lapar, cat-cat-cat, seperti suara gertakan karate. Kalau mau tidur, ngis-ngis-ngis, merdu sekali. Tetapi kalau marah, gaya cerewet: kuek-kuek-kuek." Pada suatu hari, dengan tak sengaja, jam tangan Sumarto jatuh ke air. Dengan sigap tiba-tiba Timbul menyelam dan mengambil jam itu tanpa disuruh atau aba-aba perintah. Dengan kaki depannya, jam itu diserahkannya kepada Sumarto. Mulai saat itulah, timbul ide Sumarto: lingsang yang menjadi lawan ini, bisa dijadikan kawan. Lingsang adalah binatang yang selalu bersih dan teratur. Ikan yang dilemparkan untuk makanannya selalu dicuci dulu oleh hewan itu sebelum dimakan. Begitu pula tempat tidurnya harus selalu bersih. Kalau buang air besar, tetap di satu tempat. "Lingsang adalah binatang yang necis," kata Nico Datumbanua (30 tahun), koordinator Pentas Aneka Satwa. Pentas seluas 7.200 mÿFD itu, dibangun dengan biaya Rp 190 juta, berkapasitas sekitar 700 penonton, adalah pentas terbaru di Ancol memasuki tahun 1981. Pentas Aneka Satwa, melengkapi Pentas Lumba-lumba, Pcntas Singa Laut, dan Pentas Pesut, yang telah lama berjalan. Rupanya, sejak dibuka pentas terbaru ini selalu mendapat banyak pengunjung. Di Pentas Aneka Satwa Ancol para otter mempertunjukkan berbagai kecerdikan mereka beramai-ramai naik sepeda, berjoget mengikuti irama musik, bermain bola dan ulah tingkah lainnya yang cukup mengasyikkan. Tapi di pentas itu bukan lingsang saja yang bisa ditonton. Ada pula si Rojali yang selalu saja menyuruh penonton bertepuk tangan. Sambil berdiri dan menunjukkan huruf V yang ada di dadanya, beruang madu asal Kalimantan dan Palembang ini bermain bola, menjual sate, menggenjot sepeda dan memetik gitar. Bagaimana si Rojali ini bisa sampai di Ancol? Di tahun 1978, dia masih berada di Kalimantan Timur. Oleh PPA (Perlindungan & Pengawetan Alam), beruang madu yang waktu itu masih berusia tiga bulan diberikan ke Gelanggang Samudra yang juga dikenal sebagai pusat penelitian dan pembiakan binatang-binatang langka. Dua tahun kemudian, PPA Palembang memberikan beruang madu yang lain, yang kemudian diberi nama Palupi. Sejak berusia empat bulan, Rojali sudah pandai keplok dan melambai-lambaikan tangannya. Palupi, dalam waktu tiga bulan saja, sudah bisa dilatih. Kini, masih ada lima beruang madu lainnya yang tengah dilatih untuk memperkuat barisan Rojali dan Palupi. Setiap hari, ketujuh beruang itu diberi makan pisang kepok, susu bubuk, roti, kangkung dan madu. Di tempat asalnya di hutan, beruang madu ini sanggup memanjat pohon-pohon tinggi untuk menyadap madu. Dengan kukunya yang tajam, dia sanggup pula bergelantungan di ujung dahan. Bulunya yang tebal adalah baju yang baik untuk melindungi tubuhnya dari sengatan lebah. Rel Keretaapi Nantinya, Pentas Aneka Satwa ini akan dilengkapi lagi dengan atraksi monyet, pinguin dan kuda nil. Sementara itu, rombongan burung pecuk padi dan pelikan sebagai pengungsi dari Australia ini telah melengkapi pertunjukan. Burung adalah animalia yang ber-IQ paling rendah? Karena itu tak heran bila dalam pertunjukan, terkadang atraksi binatang jenis ini tampak kurang menarik -- dibanding hewan-hewan lainnya. Untung saja kekurangan itu bisa ditutup dengan baik oleh Badu Silaban, si pembawa acara. Lulusan STM ini tadinya pemalu. Teman-temannya juga banyak yang tidak percaya kalau dia bisa jadi pembawa acara yang hangat dan kocak. Kini, di balik kaca ruang kerjanya di sudut arena Pentas Aneka Satwa, Badu Silaban berhasil menghidupkan semua pertunjukan yang sedang berjalan. Suparmo kini tengah berusaha keras melatih kuda Nil yang bernama si Danil, yang lahir di kebun binatang Surabaya, 9 tahun yang lalu. Ketika lahir, Danil sudah mempunyai berat badan 30 kg, tinggi badannya 50 cm dan panjang badan 65 cm. Ibu Danil telah meninggal ketika si anak berusia 3 tahun. Kini, Danil sudah sebesar gajah dan mempunyai tenaga luar biasa. Jangankan kayu, besi rel kereta api sanggup dibuatnya menjadi melengkung. Makanannya rumput (harus bersih dan hijau, kalau tidak, dia marah) dan kacang panjang. Daya tangkap si Danil cukup lamban. Kalau Timbul dalam seminggu sanggup menambah gerakan baru, Danil paling tidak membutuhkan waktu tiga bulan. Kini, Danil sudah bisa menguasai empat gerakan: disuruh duduk buka mulut untuk digosok giginya denan sikat gigi raksasa, goyang kepala mengikuti irama musik dan cium si pelatih. Gaya cium si Danil ini juga beda. Yaitu dengan memasukkan kepala si pelatih ke mulut yang menganga lebar. "Dan itu hanya Suparmo yang berani melakukannya," ujar Iwa, pelatih lainnya. "Pernah sekali, si Danil merajuk, lalu dipaksa-paksa," kata Oman Abdurahman, 27 tahun, pengawas lingkungan Gelanggang Samudra, "akibatnya, pintu kayu didobraknya dan jebol." Pelatih-pelatih binatang di Gelanggang Samudra adalah anak-anak muda yang tentu saja menyayangi binatang. Usia mereka masih muda-muda, di bawah 30 tahun. Ada yang tamatan Sekolah Dasar, jebolan SMP atau tamatan SMA. Nico yang jadi koordinator pernah dikirim ke Hawaii untuk memperdalam pengetahuannya. Apakah para pelatih ini mendapat imbalan yang baik? "Ya, cukup besar sih nggak bisa," kawa Iwa, "lumayanlah." Rata-rata mereka menerima gaji sekitar Rp 70.000. "Tapi rasa kekeluargaan dalam bekerja, terasa sekali di sini," ujar Sugiarto, yang jadi Humas Gelanggang Samudra. Tambahnya lagi. "Kami bekerja dengan berpedoman tiga-S. Santai, tapi juga serius dan harus bisa selesai."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus