Akhir-akhir ini, serbuan film gombal bukan hanya melanda gedung bioskop, tapi juga ke TVRI. Itu terlihat dari kebiasaan baru TVRI yang menayangkan film-film, antara lain, bercirikan alur cerita simpel, mudah ditebak, pemain berakting seadanya, dibuat dengan biaya relatif rendah, dan tak ketinggalan bumbu kebrutalan dan seks sebagai pemikat utamanya. Kita semua tentu memahami kesulitan TVRI untuk mendapatkan film bermutu dengan harga terjangkau. Sebagai pecinta TVRI, saya tak bisa menerima dan membiarkan larut pemutaran film sejenis itu, mengingat misi edukatif yang juga diembannya. Alangkah baiknya kalau TVRI lebih selektif dalam memilih film lepas yang akan ditayangkan. Memang, tidak harus buatan Amerika saja. Sebab, masih banyak negara yang mampu melahirkan film bermutu seperti Jepang, Prancis, dan India. Impian saya, TVRI mau membuka pintu lebih lebar untuk film- film bermutu yang mungkin secara komersial kurang laku. Dan bukan tidak mungkin di masa mendatang, TVRI bisa menjadikan dirinya -- khususnya dalam acara tayangan film lepas -- semacam "kine-klub-elektronik". Saya berharap hal itu bisa berdampak baik, bukan saja bagi dunia perfilman di Tanah Air, tapi juga bagi masyarakat luas umumnya, terutama dalam apresiasi. HARRIS SUSETYA Jalan Amarta 247 Jepara 59451 Jawa Tengah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini