Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAYA lahir dan besar di Desa Sakmara, kawasan Ural Selatan (Kota Orenburg), kira-kira 2.000 kilometer dari Moskow, Rusia. Desa itu didirikan pada 1725, lebih awal dari Kota Orenburg, atas perintah Ekaterina Agung sebagai penempatan kosek. Kaum kosek (kazak dalam bahasa Rusia) legendaris di Rusia karena terkenal sebagai prajurit gagah berani dan menjaga kebebasan mereka selama berabad-abad. Orenburg dan Sakmara menjadi tempat kunci di persimpangan jalan dari Rusia ke Asia Tengah dan di sekitarnya. Di sini tinggal berbagai etnik beragama Islam (Tatar, Bashkir, dan Kazakstan).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun penduduk Islam agak banyak, di desa itu tidak ada masjid. Di era komunis, agama tidak didorong, bahkan satu-satunya gereja diubah menjadi bioskop. Nenek saya menganggap itu sebagai penghinaan sehingga ia tidak pernah menonton wayang ke bioskop itu. Orang Islam generasi lama pergi sembahyang ke masjid desa terdekat, Desa Tatarskaya Kargala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tatarskaya Kargala didirikan lebih kemudian daripada Sakmara (1744) oleh sekumpulan orang Tatar (200 keluarga) yang datang dari kawasan Kazan di Sungai Volga (sekarang Republik Otonom Tatarstan). Kepala desa itu, Syed Khayal, mengatakan mula-mula desa itu disebut Desa Syed. Sebelum revolusi komunis (1917) ada sebelas masjid dengan madrasah. Desa ini dengan cepat menjadi pusat perdagangan transit antara Rusia dan Asia Tengah. Beberapa saudagar dari Kargala sampai ke India (Delhi) pada 1750. Nama saudagar kakak-adik Husainov menjadi terkenal di seluruh Rusia. Mereka mempunyai cabang maskapainya di Moskow, Petersburg, Kyiv, Nizhny, dan Novgorod, serta berdagang dengan Inggris dan Jerman. Sumbangan mereka besar dalam pendidikan Islam. Pada 1889 mereka membiayai pendirian madrasah Husainia yang terbesar di Ural Selatan.
Keadaan berubah sesudah Revolusi Komunis. Desa itu menjadi ladang kolektif, penduduk terpaksa menanam gandum. Semua masjid kecuali satu (Kush Manara) dan madrasah ditutup. Sebagiannya dihancurkan, sebagiannya digunakan sebagai gudang.
Runtuhnya Uni Soviet dan penghapusan ideologi komunis membuka halaman baru kehidupan rohani kedua desa itu. Di Sakmara, gedung bioskop dikembalikan kepada umat Kristen Ortodoks dan sekarang gedung itu diubah menjadi gereja. Penganut Islam gembira karena akhirnya masjid didirikan. Seorang imam setiap minggu datang dari Orenburg.
Di Tatarskaya Kargala keadaan lebih baik lagi. Sekarang di situ ada tiga masjid: Kush Manara yang berdiri di masa komunis, Ak-Masjid (atau Masjid Putih) yang dulu ada tapi lama digunakan sebagai gudang (dipugar pada 2002-2006), dan Masjid As-Salam yang baru dibangun. Menurut imam Faizullin Rafail Faritovich, kaum muda datang sembahyang ke masjid dan mengaji buku-buku suci, termasuk Al-Quran.
Kegiatan yang menerima sokongan umat Islam antara lain kemah Islam tahunan untuk kanak-kanak dan pemuda (sejak 1996), peluncuran kursus pengajian Al-Quran dan asas-asas Islam, pendirian bagian amal untuk membantu keluarga miskin dan rumah-rumah piatu, pembelian buku untuk perpustakaan, serta pembangunan kompleks pendidikan Islam.
Penganut Islam sekarang mendapat peluang naik haji ke Mekah. Akhirnya setiap tahun orang Tatar yang beragama Islam merayakan pesta Sabantui (perayaan bajak), yakni perayaan selesainya kerja-kerja memanen. Perayaan itu sangat kuno; ia disebut pada 921 Masehi oleh Ibn Fadlan yang datang ke daerah Tatar (pada masa itu adalah negara Volzhskaya Bulgaria) sebagai duta dari Bagdad. Pada 2015, Kargala diberi penghormatan besar untuk menyelenggarakan Sabantui di seluruh Rusia. Acaranya adalah memanjat tiang, balapan kuda, pertunjukan lagu dan tarian tradisional, serta pameran masakan dan kerajinan tangan.
Berkaitan dengan hal ini, penyair perempuan Rusia Anna Akhmatova (1889-1966), cucu cicit Khan Ahmat, menulis sajak “Doa”:
Berikan aku pahit kesakitan
Insomnia, derita, demam
Rampas anakku dan sahabatku
Rampas laguku dan ilham
Beginilah aku berdoa
Dalam masa yang paling hitam
Asal mega gelap atas Rusia
Jadi mega gilang-gemilang!
Dr Victor A. Pogadaev
Profesor Madya di Universiti Malaya
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo