Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Untuk memaki atau cari duit

Menyatakan pendapat atau perasaaan lewat kaos oblong dimulai sejak pemilu 71 oleh para kontestan yang berkampanye. beberapa penerbit & perusahaan kemudian menirunya untuk mempopulerkan dagangnya. (ils)

28 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAY it with kaos oblong, dewasa ini rasanya lebih mantap ketim bang say it with flowers. Di republik ini kebiasaan menyatakan pendapat atau perasaan lewat kaos oblong dimulai sejak pemilu 1971. Waktu itu, Golkar sebagai peserta Pemilu yang kuat keuangannya membagi bagikan kaos oblong dengan gambar beringin kepada siapa saja, mulai dari tukang becak sampai ke tokol Golkar, semua berkaos oblong beringin. Kecuali, tokoh Golkar yang jadi menteri misalnya, rupanya dengan memakainya. Kemudian. beberapa penerbit membagi-bagikan kaos oblong kepada para penjaja koran atau majalah. Sekalian iklan toh dan tertulislah di punggung cilik penjaja koran tersebut nama majalah atau koran. Sebuah perusahaan batik juga mempopulerkan dagangannya lewat kaos oblong. Malahan, sebuah hotel terkemuka di ibukota pernah membagi-bagikan kaos oblong pada para wartawan dalam suatu jamuan makan siang. Kaos oblongnya tentu saja dari bahan yang agak bemutu. Ingsun Milih Suharto Kemudian kaos oblong masuk kampus dengan nyata ketika Universitas Indonesia melepas bekas Gubernur Ali Sadikin. Ali Sadikin Yang Terbaik (Mengapa Tidak Yang Terbaik) demikian tulisan salah satu kaos. Waktu itu, buku tentang Presiden Carter dari AS baru saja dicetak. Why not the best, jadi ilham pencetak kalimat di kaos oblong. Bahkan ada kaos oblong bergambar Kepala Ali Sadikin misalnya dengan nyaman menempel di dada beberapa mahasiswi UI. Dari kalangan Taman Ismail Marzuki kemudian muncul baju kaos dengan tulisan: Kembalikan Indonesia Padaku, yaitu judul salah satu sajak dari Taufik Ismail. Ketika kasus Wasdri meledak. mahasiswa Fakultas Psikologi UGM mengeluarkan kaos oblong dengan gambar kepala Wasdri. Tujuannya: mencari uang lewat kaos oblong untuk kemudian disumbangkan kepada Wasdri. Terkumpul juga beberapa puluh ribu rupiah, tapi kasus Wasdri segera terlupakan karena ada masalah yang lebih penting. Yaitu ketika mahasiswa di seantero Nusantara ini mulai melancarkan aksi protesnya tentang hal-hal yang dianggap tak beres di negara ini. Dari Universitas Indonesia, keluar kaos bertuliskan Join us we fight for a clean government. Ketika musibah kelaparan Karawang jadi topik koran-koran, keluarlah kaos bertuliskan: Aksi Mahasiswa: Atasi Lapar. Panasnya suhu pro dan kontra Presiden Suharto untuk terpilih lagi menjadi presiden untuk masa yang ketiga, tentu saja diramaikan dengan kaos oblong juga. Dicari Presiden Yang Baru/Jujur. Pilih Saya Jadi Presidem Di ITS/Surabaya, mahasiswanya mengeluarkan: Calonkan saya jadi Presiden RI, Kubersihkan Negara Ini Dari: kelaparan, korupsi, penekanan. Cukup panjang memang, apalagi bagi orang yang berpapasan di jalan sulit untuk membaca semua kalimat tersebut tanpa ketubruk atau kesenggol sepeda. Rupanya kaos oblong yang bertendensi pemilihan presiden, ada tandingannya untuk yang anti dipilihnya kembali Soeharto. Beberapa pemuda yang mengunjungi gedung Parlemen ketika ramai-ramai gerakan Pemuda Banten, Madura dan ditutup dengan gong oleh Jong Ambon -- muncul pula kaos oblong bertuliskan: Suharto Presiden Kita. Ingsun Milih Suharto. Suharto Anak Desa. Harga kaos-kaos tersebut, tidak mahal. Paling murah Rp 750, paling mahal Rp 2.000. Harga terakhir ini harga kaosnya Rendra, yang juga mempunyai kebiasaan baru jualan kaos di waktu dia main sandiwara. Industri rumah untuk mensablon kaos oblong ini kini cukup ramai. Kabarnya mendapat keuntungan yang lumayan. Maklum, kaos oblong putih bersih mudah didapat, karena kita toh banyak punya pabrik tekstil. Apalagi perusahaan kecil macam ini tidak perlu pasang papan nama atau takut dikejar tukang pajak. Yang beli, kalau kalimat di kaos oblong tepat dan mengena di hati, pasti banyak. Di luar negeri, jarang terdapat model kaos oblong ini. Mungkin karena di Negara-Negara Barat, sebagian besar orangnya mengenakan jas atau kaos oblong hanya bisa dikenakan dalam cuaca panas seperti Indonesia saja. Dan yang populer di sana adalah lencana. Lewat lencana, siapapun bisa mengenakan lencana baik dia memakai rok panjang, jas atau baju dingin. Farida, itu wanita yang bisa menebak nasib orang lewat garis tangan dan mendalami Ilmu Para-psikologi, juga mengenakan lencana bertuliskan: UFO is Real. FO (Unidentified Flying Object) sungguhan. Tamu dari keluarga Kartakusumah ini kontan menerangkan kepada siapa saja yang menaruh perhatian pada rencananya. Di Amerika Serikat, lencana bertuliskan Bored Teenager, untuk menggambarkan bagaimana bosannya terhadap situasi dunia bagi dunia anak-anak belasan tahun. Konon lencana ini telah mencapai penjualan yang tertinggi. Ketika Raja Rock'n Roll meninggal, Kolonel Parker tidak kehilangan akal. Parker yang jadi manajernya Elvis Presley, kontan membuat lencana cukup besar bertuliskan: The King is Dead, dengan gambar Elvis yang pegang mikropon. Jadi manajer Elvis selama 20 tahun memang bisa ketularan kaya seperti Elvis sendiri. Ketika Elvis duduk di puncak ketenaran, Parker mengeluarkan lencana bertuliskan: I Love You Elvis. Dan keuntungan Parker berlipat ganda ketika dia membuat lencana I Hate You Elvis. Lencana ini untuk cowok-cowok yang patah hati karena ceweknya tidak mau mengenang pria lain selain Elvis Presley. Lesbians Ignite Dan masih banyak lagi model-model lencana dengan berbagai tulisan. Kaos oblong dianggap tidak perlu, karena mereka--yang ada di Amerika Serikat-bebas menyatakan pendapatnya lewat apa saja. Seseorang yang mengenakan lencana biasanya cuma sekedar hunjuk tahu pendiriannya. Gay News Fights ON! Lencana ini untuk menunjang pertengkaran di pengadilan antara majalah Gay News, majalah yang berisi berita-berita untuk kaum homoseks, melawan nyonya Whitehouse. Dalam Gay News ada sajak dari zaman Romawi bahwa Yesus ditolong oleh seorang homoseks ketika Dia disalib. Nyonya Whitehouse yang bermata jeli ini kemudian mengajukan hal ini ke pengadilan berdasarkan penghinaan. Gay News harus membayar denda seribu dolar AS dan wartawannya mendapat 9 bulan hukuman percobaan. Ada lagi lencana lain dengan tulisan: Lesbians Ignite. Kaum lesbian, bangkitlah! Seorang pegawai wanita mengenakan lencana tersebut ke kantornya. Bosnya melihat dan membaca lencana tersebut. "Wah, lencana beginian akan jadi bahan tertawaan untuk dunia perdagangan Arab." Dan Kadin setempat menyetujui pendapat ini. Cuma tidak jelas apakah si pegawai wanita selanjutnya tetap memakai lencana Lesbians Ignite. Juga tidak tahu apakah perdagangan antara AS dan Dunia Arab semakin maju, tanpa lencana Lesbians Ignite.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus