Di akhir tulisan "Mengintip Tabir Peristiwa Dili" (TEMPO, 7 Desember 1991, Laporan Utama), Saudara Fikri menulis: "Tapi boleh jadi pernyataan KWI yang belakangan adalah untuk memberi uluran tangan kepada rekannya di Dili, Uskup Belo. Setidaknya, agar sang uskup yang masih langsung di bawah bimbingan Vatikan itu perlahanlahan mau bergabung masuk KWI." Menurut saya, kalimat itu sangat memojokkan Uskup Belo, dan dapat menimbulkan salah pengertian terhadap Uskup Belo. Dalam tulisan tersebut, Saudara Fikri Jufri menuangkan, entah gagasan ataupun keyakinannya, bahwa sampai sekarang ini Uskup Belo tidak mau bergabung dengan KWI, dan karena itu pulalah keuskupannya juga tidak masuk KWI. Kalau penangkapan saya ini benar, jelaslah gagasan yang Saudara Fikri ungkapkan itu tidak tepat, sebab: 1. Belum bergabungnya keuskupan Dili ke KWI, selama ini, bukanlah karena uskupnya tidak mau, tapi karena suatu kebijaksanaan Vatikan sehubungan dengan belum tuntasnya permasalahan Timor Timur dari kaca mata dunia luar. 2. Masuk tidaknya keuskupan Dili dalam KWI banyak bergantung pada Vatikan, bukan pada uskup Dili. 3. Sejauh saya ketahui, kesediaan Bapak Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo untuk bergabung dalam KWI cukup besar. Itu terlihat, seperti selama ini, pada kesediaan Uskup Belo menghadiri rapat-rapat yang diadakan oleh KWI, entah sebagai apa pun statusnya. FR. FX. KUSMARYADI, S.C.J. Jalan Kolonel Atmo Nomor 132 Palembang -- 30001 * Boleh jadi, Anda benar. Tapi tulisan tersebut sama sekali tak bermaksud "sangat memojokkan Uskup Belo." Entah, kalau Frater yang merasa terpojok? -- Red.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini