INI porkas bukan sembarang porkas. Ada pemasang, tak ada bandar. Ada pemenang, tapi tak pernah untung. Ada yang kalah, tap tak selalu rugi. Tak jelas siapa yang memperkenalkan permainan ini di kantor TEMPO. Tapi, sejak 1971, tiap kali ada pertandingan final sepak bola, mulai dari pertandingan tingat perserikatan sampai Piala Dunia, ada saja yang berinisiatif mengorganisasikan permainan tebak-tebakan tersebut. Dan, sejak dulu, satu hal yang tak pernah berubah dari permainan porkas khusus ini, sekalipun rupiah telah dua kali didevaluasikan, adalah besar taruhan yang dipasang penebak. Tetap Rp 1.000. Mengapa pemenang tak pernah untung? Sudah merupakan tradisi sejak dulu pemenang tebakan wajib mentraktir sesama penebak terkadang yang tak ikut main juga turut menikmati penganan yang dibeli dari uang "taruhan" tersebut. Terakhir, pertandingan yang diporkaskan adalah final Piala Eropa. Tercatat 20 peserta yang memasang "taruhan". Ternyata, hanya seorang yang berhasil menebak dengan tepat kemenangan kesebelasan Belanda atas tim Uni Soviet: 2-0. Segera setelah sang pemenang menerima hadiah -- namanya sengaja kami rahasiakan, biar tak ketahuan istri di rumah -- uang "taruhan" itu langsung dibelikan kue-kue untuk dimakan bersama. Semua tegang ketika menonton pertandingan disiarkan, dan semua senang sewaktu mengudap penganan yang dibeli dengan uang urunan. Tak cuma hasil pertandingan sepak bola yang suka dijadikan bahan tebakan oleh sesama karyawan. Ketika sejumlah karyawati PT Grafiti Pers serentak hamil, ternyata, itu pun diporkaskan: apakah anak yang akan dilahirkan laki-laki atau perempuan. Juga sewaktu seorang reporter akan mengikuti ujian skripsi di sebuah perguruan tinggi, teman-temannya di TEMPO memporkaskannya dengan pilihan: sukses atau gagal. Sebagian mengisi kolom sukses, sebagian mengisi kolom gagal, dan semuanya disertai komentar yang lucu-lucu. Tapi, satu hal tujuan mereka satu: reporter tersebut berhasil menggondol titel sarjana. Mengapa ada yang memilih mengisi kolom sukses, dan ada mengisi kolom gagal? Menurut mereka yang memilih menulis kolom sukses, supaya yang bersangkutan optimistis menghadapi ujian. Menurut mereka yang mengisi kolom gagal, biar yang bersangkutan merasa ditantang untuk lulus. Lantas, di mana letak beda porkas sepak bola dengan porkas orang hamil dan porkas ujian skripsi? Dua jenis porkas yang disebut belakangan tidak pakai uang taruhan. Untuk dua hal yang terakhir ini, biasanya, bila orang yang dijadikan "sumber taruhan" berhasil melalui saat-saat menegangkan akan mengadakan selamatan dan mengundang teman-teman. Sekalipun kami setuju dengan tuntutan anggota Fraksi Karya Pembangunan di Dewan Perwakilan Rakyat agar pemerintah meninjau soal Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah (KSOB) serta Tanda Sumbangan Sosial Berhadiah (TSSB), karena dianggap lebih banyak mudarat dari manfaatnya, kami tak mungkin melarang "porkas" TEMPO. Yang terakhir ini cuma "porkas-porkasan". Tak mengganggu jam kerja, tak memotong gaji, tapi bisa untuk "ger-geran".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini