BARISAN drumband yang beberapa kali berputar-putar di depan
penonton, akhirnya berhenti. Diganti suara musik rekaman. Parade
Keluwesan atau Concours d'Elegance kemudian dimulai. Acara ini
adalah salah satu bagian dari Pameran Mobil dan Motor dan
berlangsung Rabu malam pekan lalu di Balai Sidang Senayan
Jakarta. Tempat duduk seharga Rp 5.000/orang malam itu tidak
semuanya terisi. Tetapi Sumi Hakim dengan Cipta Busananya
bersama beberapa peragawati/peragawan toh tetap memenuhi acara
itu.
Kemudian meluncur beberapa mobil kelas orang kaya di Jakarta.
Bukan mobil-mobil antik seperti semula direncanakan. Adegan demi
adegan, keluar menggambarkan bagaimana seorang bisnismen
berbusana dan bermobil. Ada pula bagaimana orang kaya berpiknik,
ada sepasang merpati berpacaran, pergi k pesta dan kebiasan
hidup santai lainnya. Beberapa peragawati bahkan ada yang
mengelus-elus bodi si mobil. Atau mencoba membuka pintu mobil,
duduk dalam jok sejenak, membuka bagasi, pokoknva menunjukkan
rasa kagum dan "cinta" akan benda yang tidak murah itu.
Sayangnya mobil-mobil yang ditampilkan dalam parade itu termasuk
mobil kelas menengah di dunia mobil. Yaitu merek-merek Holden,
Mitsubishi, BMW, Toyota atau Honda. Tapi kesan yang bisa
disimpulkan ialah penonjolan kemewahan, konsumtif dan serba
Barat (terutama dari segi busana). Tidak jadi keluarnya
mobil-mobil antik dalam parade ini mungkin karena tidak ada
hubungan langsung antara busana model terbaru dengan kendaraan
tua. Sebab terang tidak cocok busana gaya jeans dipadukan dengan
mobil Ford 1909 model T.
Tetapi pameran mobil-mobil antik ini ternyata mempunyai daya
tarik yang cukup tinggi di antara para pengunjung. "Pasti
pameran tidak akan seramai ini, kalau tidak ada mobil antik,"
kata Miarsa Naftali, kolektor 6 mobil antik. Miarsa, direktur
dari Antique Motor Agency 2 Nopember lalu telah menjual sebuah
mobil Mercedes 170S-nya dengan harga sekitar Rp 3 juta.
Penjualan mobil antik cukup lancar, walaupun cara orang
membelinya cukup mengejutkan. Seorang anak berusia belasan tahun
diajak sang ayah melihat pameran ini. Sampai di atas Mercy kuno
ini, si anak tidak mau turun. Berkeras nongkrong di situ, sang
anak bahkan mengancam akan mengencingi mobil itu, kalau mobil
tua tidak dibeli sang ayah untuknya. Ternyata si ayah takluk dan
dari koceknya keluar uang sebanyak yang diminta pemiliknya.
Tidak percaya? Ada lagi penggemar mobil antik model lain. Juga
anak dari keluarga kaya -- orang Indonesia. Mobil Alfonso
Hispano Suissa 1912 memang cantik, walaupun beberapa bagian
tubuhnya telah ditambal dengan beberapa atribut yang tidak kuno.
Pada 7 Nopember lalu satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anaknya melihat pameran ini. Sang anak sama sekali tidak
mau pulang kalau tidak dibelikan mobil yang di papan disebutkan
berharga Rp 9,5 juta. Tidak jelas, apakah bapak-bapak model abad
20 ini sudah tidak bisa lagi menghardik anak, Hispano Suissa
yang belum mempunyai nomor polisi itu ditukarnya dengan sebuah
Ford Mustan. Di Pecenongan tempat bursa mobil bekas, Ford
Mustang itu diperkirakan bisa laku sekitar Rp 15 juta.
Alfonso Hispano Suissa 1912, dulunya milik seorang kaya di
Sumatera. Miarsa sudah tidak ingat lagi nama pemilik itu. Oleh
pemilik pertama diceriterakan telah dipakai selama 50 tahun
lamanya. Kemudian seorang insinyur telah membeli mobil ini.
Miarsa -- yang selalu mengincar tiap mobil antik -- membujuk
sang insinyur untuk menjual Suissa itu. Ditawarkan Rp 5 juta
tapi akhirnya jadi Rp 2,5 juta. Miarsa menolak mengatakan kapan
dia membeli mobil itu.
Bambang Irawan almarhum.
"Pengumpulan mobil antik ini tidak mempunyai tujuan komersial,"
kata Miarsa lagi, "tetapi hobi kami ini memerlukan biaya. Yang
perlu, jangan sampai kita tekor karena hobi ini." Dan ternyata
dia cukup beruntung dengan hobi ini. Meskipun dia juga harus
memperhitungkan ongkos reparasi dan sebagainya.
Tambahnya pula "Apabila motor atau mobil tersebut sudah bisa
berjalan, hati saya puas. Di sinilah nikmatnya mempunyai mobil
antik".
Kebanggaan dan kepuasan yang dimiliki Budiono Widodo lain lagi.
Budiono mempunyai Ford model T (pabriknya hanya memprodusir
antara tahun 1908-1927) dan turut dalam pameran itu. Kata
Budiono: "Bangga kalau sedang di jalan raya, tidak sedikit orang
yang menoleh sambil menunjukkan jempol."
Mariadi mempunyai seorang sahabat yang baru saja meninggal.
Aktor Bambang Irawan. Mobil ini dibeli dari Bambang pada 1976.
Biarpun banyak yang mengingini mobil ini, Bambang Irawan hanya
mau menjual kepada sahabatnya yang bernama Mariadi. Biarpun
telah pindah milik, tidak jarang, Bambang Irawan selalu datang
menjenguk Mercy 1828-nya ini. Sampai diakhir hayatnya Bambang
tetap berpesan agar Mariadi datang bersama Mercy 1928-nya.
"Tetapi pesan itu tidak sampai pada saya, karena saya sibuk, "
ujar Mariadi.
Mercy kuno itu dipakai setiap hari oleh Mariadi. Jalannya masih
bisa digenjot sampai kecepatan 90 km/jam. Mesinnya telah diganti
dengan mesin Austin,ketika dimiliki Bambang Irawan. Bodi mobil
cukup kuat, karena beberapa kali tubrukan, "tidak pernah rusak,"
ujar Mariadi. Yang babak beur bahkan mobil lawan. Setelah 4
tahun memiliki Mercy ini, Mariadi berniat untuk menjualnya
dengan harga Rp 3 juta. Kata Mariadi tanpa emosi: "Saya sudah
bosan dan ingin ganti mobil yang lain. "
Tukang loak
"Saya juga sudah bosan," kata pemilik Austin of England 1938,
yang menawarkan harga Rp 3 juta. Si pemilik, D. Alamsyah juga
memberi alasan karena perlu biaya untuk ongkos bikin betul
Jaguar 1939-nya. Austin dibelinya 3 tahun yang lalu dengan harga
satu juta rupiah. "Tetapi saya malah malu kalau naik mobil ini
karena begitu menyolok dan selalu diperhatikan orang," ujar
Alamsyah. Katanya juga pemilik mobil antik selain harus tahu
dunia montir, harus rajin pergi ke tukang loak yang jual
onderdil bekas. "Kalau saya menemukan onderdil atau perlengkapan
mobil yang saya cari, puasnya bukan main," ujar Alamsyah. Tidak
jarang, mobilnya ini disewa oleh produser film untuk
adegan-adegan tertentu. Tarif sekali sewa Rp 100.000.
"Kalau saya, selalu fanatik dengan merek BMW," ulang Miarsa
lagi, yang juga memiliki sepeda motor BMW 1956, lengkap dengan
zijspannya yang coba dijual seharga Rp 4,5 juta. Pernah dia
membeli BMW mogok seharga Rp 25.000. Kemudian setelah dibikin
betul, laku Rp 400.000. Itu terjadi di tahun 1951 dan sejak itu
timbul keinginannya untuk menjadi kolektor mobil dan motor kuno.
Tapi baru 1972 urusan jual beli mobil bekas dilakukannya secara
serius.
Dia ]uga berpesan, jangan harapkan orisinilitas kalau mau
membeli mobil antik. Paling banter hanya bodi, chassis dan
beberapa atribut seperti klakson, lampu, engkol yang masih asli.
Lainnya sudah diganti barang baru meskipun tampak seperti barang
kuno.
Antique Motor Agency sendiri mempunyai anggota 16 orang,
kebanyakan penduduk Jakarta dan Bogor. Perkumpulan ini mempunyai
montir-montir ahli yang biasa menangani mobil zaman baheula ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini