Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Yang antik, bangga di jalan

Pameran mobil dan motor di balai sidang senayan. penjualan mobil antik ternyata lancar. harganya pun kadang lebih tinggi dari mobil baru, tapi jangan harap mobil antik yang ada orisinil semua. (ils)

17 November 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARISAN drumband yang beberapa kali berputar-putar di depan penonton, akhirnya berhenti. Diganti suara musik rekaman. Parade Keluwesan atau Concours d'Elegance kemudian dimulai. Acara ini adalah salah satu bagian dari Pameran Mobil dan Motor dan berlangsung Rabu malam pekan lalu di Balai Sidang Senayan Jakarta. Tempat duduk seharga Rp 5.000/orang malam itu tidak semuanya terisi. Tetapi Sumi Hakim dengan Cipta Busananya bersama beberapa peragawati/peragawan toh tetap memenuhi acara itu. Kemudian meluncur beberapa mobil kelas orang kaya di Jakarta. Bukan mobil-mobil antik seperti semula direncanakan. Adegan demi adegan, keluar menggambarkan bagaimana seorang bisnismen berbusana dan bermobil. Ada pula bagaimana orang kaya berpiknik, ada sepasang merpati berpacaran, pergi k pesta dan kebiasan hidup santai lainnya. Beberapa peragawati bahkan ada yang mengelus-elus bodi si mobil. Atau mencoba membuka pintu mobil, duduk dalam jok sejenak, membuka bagasi, pokoknva menunjukkan rasa kagum dan "cinta" akan benda yang tidak murah itu. Sayangnya mobil-mobil yang ditampilkan dalam parade itu termasuk mobil kelas menengah di dunia mobil. Yaitu merek-merek Holden, Mitsubishi, BMW, Toyota atau Honda. Tapi kesan yang bisa disimpulkan ialah penonjolan kemewahan, konsumtif dan serba Barat (terutama dari segi busana). Tidak jadi keluarnya mobil-mobil antik dalam parade ini mungkin karena tidak ada hubungan langsung antara busana model terbaru dengan kendaraan tua. Sebab terang tidak cocok busana gaya jeans dipadukan dengan mobil Ford 1909 model T. Tetapi pameran mobil-mobil antik ini ternyata mempunyai daya tarik yang cukup tinggi di antara para pengunjung. "Pasti pameran tidak akan seramai ini, kalau tidak ada mobil antik," kata Miarsa Naftali, kolektor 6 mobil antik. Miarsa, direktur dari Antique Motor Agency 2 Nopember lalu telah menjual sebuah mobil Mercedes 170S-nya dengan harga sekitar Rp 3 juta. Penjualan mobil antik cukup lancar, walaupun cara orang membelinya cukup mengejutkan. Seorang anak berusia belasan tahun diajak sang ayah melihat pameran ini. Sampai di atas Mercy kuno ini, si anak tidak mau turun. Berkeras nongkrong di situ, sang anak bahkan mengancam akan mengencingi mobil itu, kalau mobil tua tidak dibeli sang ayah untuknya. Ternyata si ayah takluk dan dari koceknya keluar uang sebanyak yang diminta pemiliknya. Tidak percaya? Ada lagi penggemar mobil antik model lain. Juga anak dari keluarga kaya -- orang Indonesia. Mobil Alfonso Hispano Suissa 1912 memang cantik, walaupun beberapa bagian tubuhnya telah ditambal dengan beberapa atribut yang tidak kuno. Pada 7 Nopember lalu satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya melihat pameran ini. Sang anak sama sekali tidak mau pulang kalau tidak dibelikan mobil yang di papan disebutkan berharga Rp 9,5 juta. Tidak jelas, apakah bapak-bapak model abad 20 ini sudah tidak bisa lagi menghardik anak, Hispano Suissa yang belum mempunyai nomor polisi itu ditukarnya dengan sebuah Ford Mustan. Di Pecenongan tempat bursa mobil bekas, Ford Mustang itu diperkirakan bisa laku sekitar Rp 15 juta. Alfonso Hispano Suissa 1912, dulunya milik seorang kaya di Sumatera. Miarsa sudah tidak ingat lagi nama pemilik itu. Oleh pemilik pertama diceriterakan telah dipakai selama 50 tahun lamanya. Kemudian seorang insinyur telah membeli mobil ini. Miarsa -- yang selalu mengincar tiap mobil antik -- membujuk sang insinyur untuk menjual Suissa itu. Ditawarkan Rp 5 juta tapi akhirnya jadi Rp 2,5 juta. Miarsa menolak mengatakan kapan dia membeli mobil itu. Bambang Irawan almarhum. "Pengumpulan mobil antik ini tidak mempunyai tujuan komersial," kata Miarsa lagi, "tetapi hobi kami ini memerlukan biaya. Yang perlu, jangan sampai kita tekor karena hobi ini." Dan ternyata dia cukup beruntung dengan hobi ini. Meskipun dia juga harus memperhitungkan ongkos reparasi dan sebagainya. Tambahnya pula "Apabila motor atau mobil tersebut sudah bisa berjalan, hati saya puas. Di sinilah nikmatnya mempunyai mobil antik". Kebanggaan dan kepuasan yang dimiliki Budiono Widodo lain lagi. Budiono mempunyai Ford model T (pabriknya hanya memprodusir antara tahun 1908-1927) dan turut dalam pameran itu. Kata Budiono: "Bangga kalau sedang di jalan raya, tidak sedikit orang yang menoleh sambil menunjukkan jempol." Mariadi mempunyai seorang sahabat yang baru saja meninggal. Aktor Bambang Irawan. Mobil ini dibeli dari Bambang pada 1976. Biarpun banyak yang mengingini mobil ini, Bambang Irawan hanya mau menjual kepada sahabatnya yang bernama Mariadi. Biarpun telah pindah milik, tidak jarang, Bambang Irawan selalu datang menjenguk Mercy 1828-nya ini. Sampai diakhir hayatnya Bambang tetap berpesan agar Mariadi datang bersama Mercy 1928-nya. "Tetapi pesan itu tidak sampai pada saya, karena saya sibuk, " ujar Mariadi. Mercy kuno itu dipakai setiap hari oleh Mariadi. Jalannya masih bisa digenjot sampai kecepatan 90 km/jam. Mesinnya telah diganti dengan mesin Austin,ketika dimiliki Bambang Irawan. Bodi mobil cukup kuat, karena beberapa kali tubrukan, "tidak pernah rusak," ujar Mariadi. Yang babak beur bahkan mobil lawan. Setelah 4 tahun memiliki Mercy ini, Mariadi berniat untuk menjualnya dengan harga Rp 3 juta. Kata Mariadi tanpa emosi: "Saya sudah bosan dan ingin ganti mobil yang lain. " Tukang loak "Saya juga sudah bosan," kata pemilik Austin of England 1938, yang menawarkan harga Rp 3 juta. Si pemilik, D. Alamsyah juga memberi alasan karena perlu biaya untuk ongkos bikin betul Jaguar 1939-nya. Austin dibelinya 3 tahun yang lalu dengan harga satu juta rupiah. "Tetapi saya malah malu kalau naik mobil ini karena begitu menyolok dan selalu diperhatikan orang," ujar Alamsyah. Katanya juga pemilik mobil antik selain harus tahu dunia montir, harus rajin pergi ke tukang loak yang jual onderdil bekas. "Kalau saya menemukan onderdil atau perlengkapan mobil yang saya cari, puasnya bukan main," ujar Alamsyah. Tidak jarang, mobilnya ini disewa oleh produser film untuk adegan-adegan tertentu. Tarif sekali sewa Rp 100.000. "Kalau saya, selalu fanatik dengan merek BMW," ulang Miarsa lagi, yang juga memiliki sepeda motor BMW 1956, lengkap dengan zijspannya yang coba dijual seharga Rp 4,5 juta. Pernah dia membeli BMW mogok seharga Rp 25.000. Kemudian setelah dibikin betul, laku Rp 400.000. Itu terjadi di tahun 1951 dan sejak itu timbul keinginannya untuk menjadi kolektor mobil dan motor kuno. Tapi baru 1972 urusan jual beli mobil bekas dilakukannya secara serius. Dia ]uga berpesan, jangan harapkan orisinilitas kalau mau membeli mobil antik. Paling banter hanya bodi, chassis dan beberapa atribut seperti klakson, lampu, engkol yang masih asli. Lainnya sudah diganti barang baru meskipun tampak seperti barang kuno. Antique Motor Agency sendiri mempunyai anggota 16 orang, kebanyakan penduduk Jakarta dan Bogor. Perkumpulan ini mempunyai montir-montir ahli yang biasa menangani mobil zaman baheula ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus