BEGITU Yves Stolz turun dari pesawat terbang di Halim
Perdanakusuma, Jakarta, minggu lalu, beberapa orang reserse
telah menunggunya di anak tangga pesawat. Dari sekian potong
barang bawaannya, dua buah kopor kulit sebesar tev14 inci
langsung dikawal ketat. Stolz dan kopor-kopornya itu kemudian
dihawa ke Kodak Metro Jaya.
Stolz bukan buronan atau penyelundup. Kawalan polisi itu memang
atas permintaannya. Karena barang-barang yang ada di kedua kopor
kulit tadi bernilai sekitar Rp 800 juta.
Yves Stolz adalah pemilik perusahaan Yves Saint Blaise yang
membuat arloji dan pemantik api yang serba mewah dan eksklusif.
Dia mewarisi perusahaan dari kakeknya yang semula hanya membuat
lonceng dan arloji berlapis emas dan bertaburan berlian. Tetapi
sejak Ives Stolz, 43 tahun, memegang usaha ini pada 1974, jenis
produksinya bertambah dengan pemantik (korek api) dan pistol.
Selain merancang, dia juga menjual sendiri barang-barang hasil
perusahaannya. Korek api yang sederhana bisa dihasilkan 4 buah
sehari. Tapi sebuah korek yang diselimuti mutu manikam, dengan
teknik dan bentuk yang eksklusif, dapat menghabiskan waktu satu
minggu. Setiap model dari masing-masing jenis produksinya, tidak
dibuat secara massal.
Harganya? Sebuah arloji dengan emas dan ditaburi 1.400 berlian
kecil-kecil berharga Rp 2 6 juta. Harga ini dapat dilihat ketika
ia mengadakan pameran di Hotel Jakarta Hilton selama 4 hari
minggu lalu. Arloji-arloji lainnya yang jumlahnya sekitar dua
ratusan, dijual dengan harga mulai dari Rp 840 ribu sampai Rp 22
juta sebuah. Korek api dengan gas otomatis dilapis emas atau
emas utuh 18 karat sampai 24 karat, boleh dibeli dengan harga
yang termurah Rp 1,5 juta, sampai Rp 13,3 juta.
Sedangkan pistol, juga dengan harga bermacam-macam. Etistol yang
dilengkapi teleskop dan peredam suara--dari emas atau berlapis
mas -- dijual dari harga Rp 900 ribu sampai Rp 24 juta.
Yamani & Raja Hussein
Yang paling khas adalah senjata api mini jenis revolver yang
diberi nama Liliput Ruger. Besarnya cuma seperti pistol mainan
untuk gantungan kunci, tetapi bisa mematikan--paling tidak kalau
ditembakkan dari jarak yang amat dekat dengan sasarah. Pelurunya
cuma sebesar lidi. Sepucuk senjata mini ini telah laku lewat
pameran yang selalu dijaga ketat oleh polisi tadi.
Siapa pembelinya? Yves Stolz menyebut sebuah nama. Gunawan
Wibisono seorang pengusaha di Jakarta. Menurut Gunawan, pistol
kreasi Yves Blaise dihadiahkannya kembali kepada seorang
pejabat. "Tetapi Pak Gunawanlah yang mengatur sampai saya bisa
ke Indonesia," kata Stolz. Stolz mengaku telah kenal betul
dengan Gunawan. Terutama karena hobi pengusaha Indonesia ini
antara lain mengumpulkan arloji mewah dan eksklusif. Gunawan tak
mau menyebut berapa harga pistol mini tadi dibelinya.
"Sejak lama saya ingin ke Jakarta," ujar Stolz lagi, "karena
selama ini langganan saya di Indonesia selalu membeli
barang-barang saya di Hongkong." Stolz juga ingin membuka toko
atau bengkel di Jakarta. Dengan begitu, menurut Stolz,
harga-harga barang produksinya akan lebih murah sambil
memanfaatkan pengrajin-pengrajin lokal. Di Swiss, perusahaan
Saint Blaise mempunyai 20 karyawan ahli permata, 10 orang ahli
membuat arloji dan 14 orang ahli senjata.
Menurut Stolz Raja Hussein dari Yordania pernah memesan sebuah
arloji emas dengan gambar sang raja, permaisuri dan putrinya
pada permukaan piringan arloji tersebut. Begitu juga Menteri
Minyak Saudi Arabia, Sheik Mohammad Zaki Yamani. Sebuah
pemantik api pernah dijualnya kepada Menteri Pertahanan Emirat
Arab dengan harga Rp 27 juta.
Pameran Stolz di Jakarta selalu penuh pengunjung. Dia juga repot
melarang pengunjung--orangtua atau anak-anak--yang selalu saja
ingin memegang atau menarik pelatuk pistol. "Saya bukan khawatir
hilang," ujarnya, "saya tak mau barang saya tergores dan cacat."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini