INDONESIA cuma mampu meraih sebuah medali perunggu dalam
kejuaraan Binaraga Asia ke-16, di Balai Sidang Senayan, 19 Juni
lalu. Dari 5 orang atletnya, cuma Maruli Ferry, si pemegang
medali perunggu, yang berhasil menempatkan Indonesia dalam
jajaran juara umum ketiga. Tapi itu pun bisa dianggap masih
lumayan. Kalau dibandingkan dengan Pakistan, Taiwan, Korea
Selatan, Jepang, Filipina dan Srilangka yang mendapat angka jauh
di bawah Indonesia.
Mr. Tarzan
"Untuk Jakarta, akhir-akhir ini memang sedang merosot," kata
Sinatra Kaeses, Sekjen PB PABBSI (Pengurus Besar Persatuan
Angkat Berat, Angkat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia).
Tambahnya "Tapi yang berkembang justru di daerah." Dia kemudian
menyebutkan Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera
Utara dan kalau. Sementara itu Madek Kasman, bekas atlet angkat
besi dan kini jadi Komisaris Teknik & Pembinaan Binaraga,
berkata. "Perkembangan ada, tetapi kita tidak mempunyai
pelatih."
Seorang binaragawan, kata Kasman lagi, sudah harus berlatih
sejak usia 18 tahun. Dalam tempo tahun dia juga harus
berlatih--yang ideal 8 jam setiap hari tanpa absen. Otot-otot
tubuh harus dibentuk secara berangsur-angsur tidak bisa
sekaligus. Kalau dipaksakan bisa mendapat akibat sampingan sakit
jantung atau wazir. Latihan juga harus sesuai dengan keserasian
bentuk tubuh.
Olahraga jenis ini dituntut pula dengan makanan yang bergizi
tinggi. "Ini kesulitan kami," kat Boyke. Ia sendiri, usianya 22
tahun, sejak 1976 sudah berlatih. Sampai sekarang, belum
berhasil menggondol medali untuk kejuaraan nasional. Tapi ia
tidak putus asa. Berlatih di Pintu Kuning, Stadion Utama
Senayan, Boyke berkata lagi: "Atlet kita kalau tidak masuk
Pelatnas, kagak makan daging." Sedangkan Khadim, pemegang
medali emas untuk juara "ringan berat" dari Irak, ktanya:
"Kerjanya cuma latihan terus, dapat uang saku dan setiap hari
paling tidak menelan « kg daging dan 4 butir telur."
Beberapa tahun lalu binaraga di sini masih mendapat angin ada
lomba pameran otot dengan judul Mr. Tarzan atau Mr. Hercules
masih ada pemilihan Mister Jakarta. Walaupun sambil berteriak
mencari "cukong kalori". Karena si mister paling tidak harus
menelan 4000 kalori setiap harinya.
Pemuda berbentuk tubuh seperti Tarzan atau Hercules tidak model
lagi. Sebab tubuh kerempeng dan pantat tepos mode masa kini.
Tetapi, sebaliknya, kini mulai banyak wanita mengolah otot
sebagai binaragawati Misalnya Indra B. Hurip, mahasiswi tingkat
III dari IKIP Jakarta, yang juga bekerja sebagai Sekretaris PB
PABBSI. Ia adalah satu di antara 11 wanita yang berlatih di
TOVO. Namun Sinatra Kaeses, yang mengkoordinir latihan untuk
para wanita itu, belum bisa mengatakan kapan binaragawati bisa
ditampilkan dalam suatu pertandingan.
Binaragawati di Amerika sudahlah jamak. Bahkan telah
dipertandingkan walaupun belum untuk memperebutkan gelar sesuatu
"Miss". Namun begitu pro dan kontra perlombaan otot wanita tetap
timbul. "Kalau binaragawati muncul di pentas," kata
Schwarseneggrer, si penyelenggara di Pennsylvania, "pose-nya
tidak seperti pria. Artinya, mereka harus menunjukkan binaraga
yang sesuai dengan gerakan wanita."
Penyelenggara yang lain, McGhee, menandaskan bahwa otot-otot
yang ada pada tubuh wanita harus dipandang dari keindahannya.
Bukan kckuatannya. Memang banyak yang berpendapat, binaragawati
tubuhnya lebih indah, ketimbang wanita-wanita yang turut dalam
kontes kecantikan.
Tapi tidak semua pria rupanya bisa menerima "keindahan"
tersebut. Jim Morris, yang pernah jadi Mr. America di tahun 1973
dan pernah jadi juri dalam lomba binaragawati, berkomentar:
"Sebaiknya pameran tubuh wanita ini tidak diteruskan. Saya tidak
menyukainya. Rasanya menjijikkan melihatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini