Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

4 Prototipe IoT Karya Anak SMA Dipamerkan di Indocomtech 2018

Gelaran pameran teknologi, informasi dan komunikasi, Indocomtech 2018, memamerkan prototipe teknologi Internet of Thing (IoT) karya anak bangsa.

3 November 2018 | 07.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Booth SMAK Kanaan Tangerang yang memamerkan beberapa prototipe berteknologi Internet of Thing dalam gelaran Indocomtech 2018 di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, 2 November 2018. TEMPO/Khory

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gelaran pameran teknologi, informasi dan komunikasi, Indocomtech 2018, memamerkan prototipe teknologi Internet of Thing (IoT) karya anak bangsa. Tiga orang siswa asal Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) Kanaan Tangerang bergantian mempresentasikan hasil karyanya kepada pengunjung Indocomtech 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketiga siswa itu Felix Setiawan (Kelas XII) Michael Krisna Cahyadi (Kelas XII) dan Joshua Muliawan (Kelas XI) memamerkan empat teknologi yang dibuat bersama yang difasilitasi ekstrakulikuler Robotik di sekolahnya.

Mulai dari smartcity pemantau kendaraan masuk, helm anti ngantuk, penyaringan sampah di penampungan dan smarthome control with smartphone. Berikut penjelasan detil dari teknologi yang dibuat oleh ketiga siswa berseragam pramuka ini:

1. Smartcity Pemantau Kendaraan

Felix Setiawan siswa SMAK Kenaan Tangerang memamerkan prototipe smartcity pemantau kendaraan masuk dan parkir, di Indocomtech 2018, JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, 2 November 2018. TEMPO/Khory

Felix menjelaskan bahwa smartcity pemantau kendaraan masuk ini menggunakan teknologi IoT. "Ini memantau banyak kendaraan yang masuk, bahkan sampai jenis kendaraan mobil, truk dan sepeda motor. Kendaraan yang masuk akan terkena sensor dan masuk ke server, data yang masuk itu mulai dari waktu, jam hingga tanggal berapa," ujar Felix sambil menjelaskan teknologinya di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, 2 November 2018.

Dalam prototipe tersebut dihadirkan juga tempat parkir yang diatur jumlah mobilnya. Felix dan kedua temannya itu membatasi jumlah mobil untuk masuk ke dalam parkiran hanya 7 kendaraan. Jadi, Michael menambahkan bahwa ketika 7 kendaraan sudah masuk, kendaraan ke 8 tidak bisa masuk karena kondisi parkiran penuh, kecuali ada satu kendaraan yang keluar.

"Ini Intinya untuk monitoring jumlah kendaraan yang ada di dalam kota, termasuk parkir. Untuk buat alat ini, butuh waktu kurang lebih sebulan. Untuk biaya pembuatan, berasal dari sekolah, ya dibawah sejuta-lah, yang mahal itu beli modul-modulnya, sensor-sensornya seperti inframerah," tambah Michael.

Selain tempat parkir, prototipe juga dipasang teknologi untuk pemasangan solar panel sebagai sumber energi listriknya. Joshua, siswa termuda yang hadir menjelaskan bahwa, solar panel yang dipasang nanti bisa mengikuti cahaya matahari.

"Biasanya kan solar panel dirumah itu diam doang kan, kita bikin solar panel itu bisa mengikuti arah cahaya matahari, jadi bisa mengomtimalkan cahaya matahari sehingga tidak terbuang sia-sia. Kalau malam nanti dia kembali ke posisi seperti semula kalau pagi gerak lagi mengikuti cahaya matahari," kata Joshua.

Nantinya, Felix kembali menjelaskan, energi yang disimpan oleh solar panel bisa dipakai lagi buat menjalankan pemantauan smartcity. Dan bisa dioperasikan melalui aplikasi Bling, mereka membuat terlebih dulu lokasi server, lalu buat programnya sesuai dengan server agar bisa terkoneksi. Jadi, kata dia, meskipun alat semuanya ada di Indonesia, bisa dipantau dari luar negeri.

"Ada juga penampungan air untuk hujan, setelah ditampung ketika tanah kering nanti otomatis buat nyiram tanaman. Semuanya pakai IoT bisa dinyalakan dari handphone pompanya," lanjut Joshua. Michael, Felix dan Joshua berharap teknologi yang perna mendapat juara dua dalam kontes robot nusantara itu bisa dipakai dan dikembangkan lagi oleh pemerintah.

Selanjutnya: Heln Anti-ngantuk...

2. Helm Anti-ngantuk

Michael Krisna Cahyadi dan Joshua Muliawan siswa SMAK Kanaan Tangerang menunjukkan helm anti ngantuk dalam gelaran Indocomtech 2018 di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, 2 November 2018. TEMPO/Khory

Dalam booth-nya, ketiganya juga menuntukan helm berwarna putih yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa. Helm yang disebut helm anti nyamuk itu bermanfaat agar para pengguna sepeda motor ketika malam tetap fokus berkendara.

"Kita memanfaatkan sensor kemiringan derajat atau girostrop, nanti saat posisi kepala kita sudah miring seakan-akan kayak kita ngantuk, nah nanti buzer di area telinga bunyi untuk membangunkan kita, bunyinya, seperti alarm, panjang gitu," ujar Michael menjelaskan karya kakak kelasnya itu. "Kalau posisi kepala kita tegap lagi buzer bakal mati".

Komposisi helm tersebut terdiri dari helm sebagai bahan utama, kemudian, kata Michael, menggunakan arduinomega, baterai, buzer, girostrop dan pakai kabel jumper sama button. Proses pembuatan teknologi yang pernah menyabet juara pertama di ajang International Robotik Compotition di Malaysia tahun 2014 itu, Michael berujar, sekitar dua minggu.

Selanjutnya: Penyaring Sampah di Penampungan...

3. Penyaring Sampah di Penampungan

Prototipe teknologi penyaringan sampah di penampungan dan sungai karya siswa SMAK Kanaan Tangerang yang dipamerkan di Indocomtech 2018, di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, 2 November 2018. TEMPO/Khory

Penyaringan sampah di penampungan, memiliki tiga fungsi, pertama memantau seberapa banyak sampah, mengambil sampah yang mengapung di sungai dan menyaring air yang terkontaminasi dengan minyak. "Ini juga pakai IoT," kata Felix yang memcoba mempresebtasikan kembali teknologi buatannya.

Teknologi yang juga meraih juara dalam gelaran kontes robot nusantara dua bulan lalu itu, kata Felix, bisa dikendalikan dan dipantau dari smartphone. Sama seperti smartcity pemantau kendaraan masuk, kata dia, menggunakan aplikasi Bling juga, bahkan kedua teknogi tersebut bisa disatukan servernya.

"IoT-nya itu kalau misalkan sampah sudah terkumpul di tempat sampah, nanti si infrared bakal mengirim data ke smartphone atau server dan data waktu jam serta tanggal masuk. Kalau sudah penuh kita bisa kirim orang untuk mengangkut sampah itu," tambah Felix. "Terus ada tombol button on atau off, ini digunakan ketika alat sedang rusak, misalkan ada yang rusak, kan sampah bisa terkumpul dong, makanya kita bisa matiin dan kirim orang untuk memperbaiki alatnya, kalau sudah baik baru kita nyalakan lagi".

Prototipe teknologi yang dibuat dalam waktu kurang lebih sebulan itu mendapat komentar dari Dirjen Telekomunikasi Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kominfo Firmansyah Lubis yang mewakili menteri saat hadir dalam pembukaan Indocomtech. "Kemarin dia menyarankan untuk dipatenkan sebelum diambil orang lain, pas Rabu lalu, 31 Oktober 2018, pembukaan itu," Michael melanjutkan.

Untuk pengambilan sampah di permukaan lain, menurut Falix, cara kerjanya adalah jadi ada pompa yang dikendalikan server, jika pompa menyala air bakal masuk ke filter dan otomatis sampah yang mengambang dipermukaan air bakal terbawa ke atas. Dan terangkat dan ketempat penampungan.

"Juga, misalkan minyak dan air yang ada disungai kan terpisah, air selalu di atas, semakin tinggi nanti air bisa keluar kembali tanpa tercampur minyak. Air naik nanti pas penuh keluar. Pompanya bakal nyala kalau ultrasonik-nya terdeteksi, ultrasonik kita atur jaraknya, supaya kalau minyak cukup tinggi baru disaring, lalu air keluar," kata Felix.

Prototipe tersebut memasang sensor Infrared, Ultrasonic, Arbino, Non-MCU, Cable Jumper, Pompa DC dan Conveyor. "Ini mahal diakuariumnya sama pompa. Jika diaplikasikan Ini peletakannya bisa dibeberapa titik, terutama dipelabuhan dan dikendalikan lewat IoT," ujar Felix.

Selanjutnya: Smarthone Control...

4. Smarthome Control...

Michael Krisna Cahyadi, Joshua Muliawan dan Felix Setiawan siswa SMAK Kanaan Tangerang menunjukkan prototipe teknologi smarthome control with smartphone di Indocomtech 2018, di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, 2 November 2018. TEMPO/Khory

Smart home control with smartphone, prototipenya berbentuk memanjang diatas papan dengan lampu dan beberapa rangkaian kabel yang terpasang. "Jadi dia tinggal pencet melalui smartphone bisa nyala ataupun mati. IoT ini pakai relay, lampu tetap nyolok ke listrik, tapi dia nyambung, bisa dioperasikan jarak jauh, beda provider bisa," tambah Felix.

Jadi, kata dia, alat ini misalnya dipasang di rumah pakai WiFi. Dan smartphone dengan paket kuota sendiri bisa dioperasikan bahwa dari jarak jauh. "Bisa dioperasikan dari luar negeri," lanjut Felix. Programnya menggunakan SSD atau paswordnya dan bisa berkembang lebih luas.

"Ini buatan angkatan saya, saya bantu-bantu dikit sih, buat hanya seminggu. Pas persiapan lomba penampungan sampah itu, yang enggak ikut bikin ini," kata Joshua. Ini bisa dinyalakan pakai Google Voice juga, Felix menambahkan, cuma smartphone-nya ada di teman yang tidak ikut ke sini.

"Jadi cuma bilang LED On, langsung nyala, pakai Google Asisten. Ini belum dilombakan, tapi harus dikembangin lagi. Ini kemungkinan banyak rumah yang berminat," kata Felix.

Michael berharap bahwa, prototipe yang mereka buat dapat bermanfaat dan bisa diaplikasikan oleh pemerintah. "Belum kami patenkan ini, kami tidak tahu jalurnya seperti apa dan harus kemana. Cuma baru sampai ke Yayasan Sekolah saja, belum tahu jalur pematenannya. Ada niat dan pengen dipatenkan cuma kita enggak tahu caranya," kata Michael sambil mengeluh.

Simak artikel menarik lainnya seputar Indocomtech 2018 hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Amri Mahbub

Amri Mahbub

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus