Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - International Animal Rescue IAR Indonesia bersama BKSDA Kalimantan Barat melepasliarkan enam orangutan di kawasan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) di Kabupaten Sintang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Cerita Pedagang Kain Keliling Menyelamatkan Bayi Orangutan
"Keenam orangutan yang kami lepas liarkan itu semuanya merupakan orangutan hasil rehabilitasi, termasuk sepasang induk dan anak orangutan bernama Maily dan Osin. Untuk pertama kalinya, induk anak orangutan hasil rehabilitasi dilepaskan di kawasan ini, bersama keempat orangutan bernama Lady, Obi, Muria dan Zoya," kata Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L Sanchez di Ketapang, Minggu, 17 Februari 2019.
Dipilihnya Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya tempat pelepasliaran orangutan karena hutannya yang masih alami dan bagus. Survei dari tim IAR Indonesia juga menunjukkan jumlah pohon pakan orangutan yang berlimpah, selain itu statusnya sebagai kawasan taman nasional akan lebih mampu menjaga orangutan ini dan habitatnya sebagai kawasan konservasi.
Dari kajian yang pernah dilakukan oleh tim ahli dari YIARI, di lokasi TNBBBR resort Mentatai yang menjadi lokasi pelepasliaran orangutan, tidak ditemukan keberadaan orangutan dan dinyatakan orangutan wilayah ini telah punah dalam 20-30 tahun terakhir.
"Oleh karena itu upaya untuk pelepasan orangutan sangat penting. Sampai saat ini IAR Indonesia telah melepaskan 36 orangutan sejak tahun 2016," ungkapnya.Satu dari enam individu Orangutan di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kabupaten Melawi, Kalbar, Kamis, 14 Februari 2019. IAR Indonesia bersama Balai TNBBBR dan BKSDA Kalbar melepasliarkan enam individu Orangutan di kawasan tersebut. ANTARA/Humas IAR Indonesia-Rudiansyah
Ia menambahkan, IAR Indonesia menerjunkan tim monitoring untuk melakukan pemantauan perilaku dan proses adaptasi orangutan ini di lingkungan barunya. Tim monitoring yang terdiri dari warga desa penyangga kawasan TNBBBR ini akan mencatat perilaku orangutan sejak bangun sampai tidur lagi setiap harinya. Proses pemantauan ini berlangsung selama 1-2 tahun untuk memastikan orangutan yang dilepaskan bisa bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Ia menambahkan, proses rehabilitasi merupakan proses panjang yang memakan waktu, tenaga dan upaya yang tidak sedikit. Salah satu tantangan terbesar dalam proses rehabilitasi adalah tidak adanya buku panduan yang pasti bagaimana merehabilitasi orangutan dan mengembalikan perilaku serta kemampuan alaminya untuk hidup bertahan di hutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Puan, Orangutan Sumatera Tertua di Dunia, Jalani Euthanasia
"Dalam pelepasan kali ini kami melakukan satu terobosan untuk melepasliarkan bayi orangutan dengan induk asuhnya. Zoya dan Muria saling belajar bagaimana bertahan hidup di alam. Zoya yang tidak pernah dipelihara oleh manusia menunjukkan perilaku alami yang bisa dipelajari Muria, dan Muria yang protektif selalu melindungi Zoya dari berbagai ancaman yang ada di alam. Melihat kemajuan keduanya yang pesat, kami tidak ragu untuk menjadikannya sebagai kandidat pelepasliaran," katanya.
Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Hernowo menyatakan, kegiatan pelepasliaran enam orangutan hasil rehabilitasi ini, merupakan salah satu program kerja sama TNBBBR dengan YIARI.
Rencananya akan ada tiga tahapan pelepasliaran orangutan selama 2019.
Satu dari enam individu Orangutan bergelantungan di pohon setelah dilepaskan di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kabupaten Melawi, Kalbar, Kamis, 14 Februari 2019. ANTARA/Humas IAR Indonesia-Rudiansyah
"Indikator keberhasilan adalah orangutan yang dilepasliarkan di TNBBBR dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan baik di habitatnya serta meningkatnya jumlah populasi dan terjaminnya keberlangsungan hidup orangutan di alam," ujarnya.
Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor mengatakan, upaya konservasi satwa liar dari waktu ke waktu menghadapi tantangan yang semakin besar, namun, kerja konservasi tidak boleh berhenti.
"Pelepasliaran orangutan kali ini merupakan salah satu pertarungan yang harus terus dilakukan dan harus dimenangkan. Terima kasih dan apresiasi untuk para mitra, khususnya IAR Indonesia, yang telah memberikan kontribusinya dalam mendukung tugas-tugas BKSDA Kalbar dalam mengemban amanah di bidang konservasi tanaman dan satwa liar di Kalbar," katanya.