Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerusakan rel yang tak terdeteksi dapat membuat kereta api mengalami kecelakaan karena anjlok saat tengah meluncur. Alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Virbyansah Achmadan Nurrohman, merancang perangkat identifikasi kerusakan rel menggunakan sensor getaran.
Dengan sistem pendeteksi dini kerusakan rel, risiko kecelakaan kereta bisa diperkecil. Petugas perawatan yang memantau sistem dapat memberi tahu masinis bahwa rel yang berjarak 5-10 kilometer di depannya berisiko menyebabkan kecelakaan. “Masih ada waktu untuk mengurangi kecepatan laju kereta,” kata Virbyansah pada akhir Desember lalu.
Lulusan Departemen Teknik Komputer itu mengatakan ide merancang detektor rel berawal dari laporan Komite Nasional Keselamatan Transportasi yang menyebut roda anjlok sebagai penyebab terbesar kecelakaan kereta api. Jumlah kereta ukur yang digunakan PT Kereta Api Indonesia untuk pengecekan kelayakan rel tidak seimbang dengan panjang rel yang diperiksa. Pemeriksaan rel dilakukan setiap enam bulan.
Agar Kereta Tak Anjlok
Virbyansah kemudian melakukan riset yang menunjukkan kondisi rel bisa diperiksa melalui getaran yang dihasilkan kereta saat melintas. Riset ini menjadi bagian dari tugas akhirnya tentang perangkat pemantau dan identifikasi kondisi rel kereta api untuk membantu petugas perawatan serta masinis.
Dia merancang detektor menggunakan sensor akselerometer digital ADXL345 yang dapat mengukur getaran vertikal, horizontal, dan lateral. Data getaran itu kemudian diolah untuk mengidentifikasi kondisi rel yang dilalui kereta. Detektor tersebut juga dilengkapi pelacak Global Positioning System untuk menentukan lokasi, waktu, dan kecepatan kereta yang diukur.
Dengan memanfaatkan Internet of things, data bisa langsung dikirim ke pusat data. Menggunakan komputer tipe Raspberry Pi, data dari sensor akselerometer dan GPS dapat divisualisasikan. Menurut Virbyansah, seperti ditulis di situs ITS, data itu dapat diamati petugas perawatan rel dalam waktu nyata (real-time).
Virbyansah telah menguji coba detektor itu bersama petugas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VIII. Alat tersebut digunakan untuk memeriksa kelayakan rel kereta jalur Surabaya-Malang. Di layar komputer, kondisi rel ditampilkan dalam indikator warna berbeda sesuai dengan tingkat kelaikannya.
Menurut Virbyansah, hasil percobaan tersebut bisa menjadi masukan bagi para petugas yang merawat rel di sepanjang jalur Surabaya-Malang. “Juga bagi masinis mengenai batas kecepatan maksimal kereta,” tuturnya.
Virbyansah mengatakan perangkatnya belum dapat menggantikan peran kereta ukur karena masih memerlukan penyempurnaan. Dia ingin sistem pemantau itu bisa dipasang pada aplikasi berbasis Android sehingga lebih praktis. Masinis dapat mengetahui kondisi rel yang akan dilewati tanpa perlu menghubungi petugas PT KAI setempat.
KUKUH S. WIBOWO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo