INI boleh jadi kabar gembira: PT Lomax di Surabaya berhasil membuat alat timbang curah, bagian penting dari sistem pengemasan ban berjalan. Sistem itu biasa dipakai pabrik semen, pupuk,terigu, dan industri lain. Sampai pekan lalu,bengkel Lomax dilingkungan Tanjung Perak, sudah mengirimkan 10 unit produknya ke berbagai pemesan, di antaranya pabrik pupuk di Cilacap, pabrik tapioka di Lampung,dan proyek percobaan makanan ternak LIPI di Denpasar. "Itu alat timbang curah pertama yang dibuat di Indonesia," ujar Sugondo widodo Kepala Seksi Standar Massa, Direktorat Metrologi, Bandung. Setelah menelitinya, tiga bulan lalu, instansi itu akhirnya merekomendasikan produk Lomax itu untuk dipasarkan. Memang, angka deviasi alat timbang curah dari Surabaya itu maksimal 0,3%. "Amat rendah dibandingkan timbangan biasa," kata Harry Lomantow, 48, Direktur Lomax. Dibandingkan dengan produk sejenis, yang selama ini diimpor dari Amerika Serikat dan Jerman Barat, kata Harry, "hampir tak ada perbedaan." Malah produk lokal ini sudah mengalami penyempurnaan. Penjepit (klem) kantung kemasan, misalnya, sudah diubah sama sekali. Sehingga, material yang sedang ditimbang tak tercurah di luar karung, sekalipun karung terlepas dari klem. Dinding lempengan baja dibikin lebih tipis - cuma 5 mm - tanpa menurunkan kualitas. Hal itu, antara lain, yang menyebabkan harga alat timbang curah itu mampu bersaing. Alat timbang mekanik, dengan kode Packer II AO-100, dijual hanya Rp 13 juta.Bandingkan dengan barang sejenis buatan Amerika Serikat, Red Oak, yang Rp 30 juta. Sedang yang manual, Packer I AO-IO, cuma Rp 7 juta, sementara eks impor Rp 18 juta. Alat timbang itu dibuat dari bangunan berbentuk kotak berukuran 0,6 x 0,6 x 2m. Seluruh rangkaiannya dibuat dari lempeng baja. Di dalam kotak ada timbangan dalam bentuk penampang. Untuk yang mekanik, seluruh peralatan bersistem gaya berat yang digerakkan kompresor bertenaga 5TK (tenaga kuda). Ketika bahan curah masuk ke dalam alat timbang, penampang di kotak baja bergerak ke bawah, karena berat bahan yang menimpanya persis ukuran yang ditentukan.Gerakan itu akan membuka katup di bagian bawah dan, otomatis, bahan yang ditimbang itu tercurah ke dalam karung. Jenis Packer 11 AO-100 punya kecepatan menimbang dan mengepak 18 karung (tiap karung 50 kg) setiap menit. Sedangkan prinsip kerja Packer I AO-10 sama saja, tapi tidak otomatis. Maka, kemampuannya lebih rendah dibanding yang mekanik, 6 sampai 8 karung/menit. Harry, si pembuat alat timbang curah itu, sebetulnya hanya seorang mahasiswa gagal. Tapi,sejak 10 tahun lalu, dia menjadi importir alat alat sistem pengemasan ban berjalan. Rupanya sambil berdagang dia juga rajin mengutak-ngatik alat timbang curah itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini