SEBUAH dokumen beredar di Parlemen Amerika Serikat dan badan antariksa AS. NASA, bersama misi ruang angkasanya yang sudah terdesak menjadi semakin terjepit. Sebab, dokumen itu masih saja memasalahkan ledakan Challenger, Januari lampau. Pertengahan Maret lalu, dokumen itu berhasil masuk agenda pembicaraan Fraksi Konservasi Tenaga dan Energi di Parlemen. Dan, pernyataan resmi pun dikeluarkan. Inti pernyataan Parlemen itu, pada dasarnya, tak berbeda dengan dokumen yang, konon, berasal dari seorang senator dari Massachusetts. Belakangan diketahui, dokumen itu dibuat Kelompok Perlindungan Lingkungan, sebuah badan swasta, yang beranggotakan sejumlah pencinta lingkungan. Dokumen itu menyebutkan, ledakan Challenger, Januari lalu, telah menimbulkan kontaminasi lingkungan seluas 1.000 kilometer persegi di sekitar kawasan peluncuran, di Tanjung Kennedy. Kontaminasi ini dinilai sangat berbahaya, karena menyebarkan radiasi yang berasal dari bahan bakar radioaktif pada ledakan Challenger. Radiasi ini, dalam jangka 50 tahun, kata dokumen itu bisa dipastikan mengakibatkan kasus-kasus kanker. Karena itu, dokumen tersebut berpendapat -- yang kemudian dikutip Fraksi Konservasi Tenaga dan Energi, Parlemen AS -- pemerintah hendaknya, menunda semua proram peluncuran pesawat ruang angkasa, sebelum ada kepastian perihal kontaminasi lingkungan tersebut. Penundaan memang sudah dicanangkan sebelumnya -- dan calon antariksawati Indonesia Dr. Pratiwi tertunda keberangkatannya. Namun, apakah perhitungan kontaminasi juga dipertimbangkan, belum ada pernyataan khusus dari pemerintah. Departemen Energi NASA tak menyangkal kemungkinan kontaminasi radiasi kendati mencoba membela diri dalam beberapa hal. Departemen itu menjelaskan -- hal yang tak disinggung dokumen pegangan Parlemen -- di mana letak bahaya radiasi itu. Edward J. Markey, pejabat departemen itu, menjelaskan, hampir semua pesawat ruang angkasa memiliki generator yang bekerja dengan panas nuklir. Misalnya, generator radioisotop termoelektrik, yang menggunakan butir-butir plutonium dioksida yang sangat radioaktif, sebagai bahan bakar. Markey juga menjelaskan, Challenger yang meledak itu sama sekali tak memiliki generator dengan panas nuklir tersebut. Namun, ia mengingatkan, pesawat-pesawat penelitian ruang angkasa Galileo dan Ulysses, yang sedianya akan diberangkatkan Mei mendatang, memiliki generator nuklir itu. Pada Galileo, generator itu terletak di salah satu kaki, berfungsi sebagai pembangkit listrik. Sedangkan pada kaki-kaki yang lain terdapat alat peneliti, misalnya kamera. Markey mengungkapkan, bahaya yang dikhawatirkan adalah, Galileo akan diluncurkan dengan roket Centaur yang memiliki tangki bahan bakar di bagian puncak. Bila terjadi kekeliruan perhitungan seperti pada Challenger, ledakan tangki akan sangat dahsyat dan tentu menghantam pula generator nuklir Galileo. Maka, ledakan akan mirip sebuah bom nuklir kecil. Kendati proyek Galileo-Centaur tidak melibatkan astronaut bahayanya di lingkungan peluncuran Tanjung Kennedy cukup mencemaskan. Andai kata ledakan itu terjadi, itulah yang dikhawatirkan Kelompok Perlindungan Lingkungan. Pada dokumen yang disorongkan ke Parlemen AS, para ahli di kelompok itu mengkaji kembali bahaya-bahaya radiasi. Zat radioaktif, seperti plutonium dioksida itu, dikenal mengandung unsur-unsur yang disebutkan tidak stabil dan untuk menjadi stabil senantiasa mengalami perubahan substansi. Pada proses perubahan itulah unsur-unsur radioaktif memancarkan radiasi - bukan cahaya, melainkan partikel-partikel kecil radioaktif. Radiasi itu mengakibatkan semua benda yang terkena menjadi radioaktif pula, dan dengan sendirinya memasuki proses perubahan substansi terus-menerus untuk menjadi stabil -- dikenal sebagai proses peluruhan. Bayangkan, besi akan menjadi bukan besi lagi, bahkan berubah terus-menerus sambil juga memancarkan radiasi, yang tentunya menghantam pula benda lain di sekitarnya. Pada manusia, akibatnya pasti gawat. Radiasi akan menghantam jaringan-jaringan sampai ke bagian paling inti: sel. Pada sel, radiasi mengubah zat asam amino yang terdapat pada inti sel. Dan, perubahan itu segera mempengaruhi pembelahan sel yang berfungsi dalam pertumbuhan dan penggantian bagian-bagian yang rusak. Salah satu akibatnya pembelahan sel akan terjadi terus-menerus tanpa bisa dikontrol, dan muncullah pertumbuhan daging-daging liar, seperti benjolan-benjolan yang kadang-kadang bisa dikatakan tumor atau kanker. James J. Lombardo dari Departemen Energi NASA mengkritik bahwa dokumen yang diajukan anggota Parlemen itu terlalu sederhana. Ia menyebutkan bahwa risiko-risiko yang dikemukakan itu sudah lama diperhitungkan NASA. "Perkiraan dan konsekuensi pada dokumen itu sangat konservatif," katanya. Menunjuk beberapa perincian, Lombardo mengkritik korban radiasi. "Korban yang diperkirakan dokumen itu bisa jatuh bila ledakan terjadi pada landasan peluncuran, sebelum roket meluncur," tambahnya. Dan perkiraan itu, kata Lombardo, sama sekali tidak memperhitungkan ikhtiar dekontaminasi dan pembersihan. Menunjuk ledakan Challenger sebagai contoh, Lombardo menjelaskan pesawat itu meledak setelah mencapai ruang angkasa di luar atmosfer bumi. Dengan begitu, tidak satu pun radiasi mencapai bumi. Padahal, kesalahan perhitungan Challenger terhitung parah. Kendati demikian, Lombardo mengatakan bahwa NASA tetap akan meneliti kemungkinan kontaminasi lebih jauh. Dan, penelitian ini akan sangat mempengaruhi misi penerbangan ke ruang angkasa. Jim Supangkat Bahan: Science Time, IHT
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini