Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bale Kohana, Rumah Tahan Gempa BPPT Berharga Rp 175 Juta

BPPT meluncurkan prototipe rumah tahan gempa Bale Kohana, yang bersifat permanen.

23 Mei 2019 | 06.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rumah tahan gempa Bale Kohana yang dibuat BPPT, Rabu, 22 Mei 2019. (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - BPPT atau Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi meluncurkan prototipe rumah tahan gempa Bale Kohana, yang bersifat permanen dan bisa dibongkar pasang untuk daerah rawan gempa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca juga: Bangunan Jakarta Perlu Perketat Ketahanan Gempa

"Kita memang harus semakin siap karena Indonesia ingin menjadi negara yang tangguh bencana," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam peluncuran prototipe Bale Kohana di Pusat Teknologi Material, Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Tangerang Selatan, Banten, Rabu, 22 Mei 2019.

Dalam menghadapi rawan bencana hidrometerologi dan geologi, Indonesia harus siap dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap bencana. Untuk mendukung itu, BPPT melakukan pengkajian dan penerapan teknologi serta mengusung program prioritas pengembangan teknologi kebencanaan.

BPPT memandang diperlukan adanya suatu inovasi teknologi bangunan rumah tahan gempa yang meliputi desain, konstruksi, material, pengujian struktur untuk menghasilkan bangunan tahan gempa. 

BPPT telah berhasil membangun rumah tahan gempa mulai dari tahapan desain, konstruksi, material, pengujian dan struktur untuk menghasilkan bangunan tahan gempa. 

"Rumah komposit tahan gempa Bale Kohana kita harapkan merupakan solusi terhadap fase rekonstruksi terhadap kejadian bencana," ujarnya.

Rumah tahan gempa bertipe 36 dibangun dengan memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu kamar mandi dan ruang dapur dan diharapkan akan membuat masyarakat nyaman dan merasa terlindungi. Rumah itu senilai Rp170-Rp175 juta.

Bale Kohana adalah rumah tahan  komposit dengan desain material dan struktur bencana guna diaplikasikan di daerah rawan bencana. 

Rumah tersebut rencananya akan dikirim ke Lombok, Nusa Tenggara Barat dan menjadi rumah permanen yang dibangun di lahan yang telah dialokasikan sebagai lahan hunian permanen bukan di lahan hunian sementara.  

Rumah tersebut dinamakan rumah komposit, yang bermakna rumah dengan berbagai bahan material, khususnya material komposit polimer.

Material komposit, contohnya komposit polimer, memiliki banyak keunggulan, di antaranya kuat dan ringan. Beberapa dekade terakhir pemakaian material polimer komposit makin meningkat karena sifat tekniknya yang baik seperti kekuatan dan kekakuan khusus yang tinggi, kepadatan rendah, ketahanan lelah yang tinggi, redaman tinggi dan koefisien termal rendah.

Rumah itu didesain dengan konstruksi modular, "pre-assembly", dan sistem join interlock yang dapat dibangun dengan waktu yang relatif singkat serta telah dilakukan simulasi komputasi untuk prediksi ketahanan gempa menyesuaikan perilaku gempa di wilayah zonasi gempa Lombok 2018.

Material bangunan dapat diangkut dengan cukup ringan melalui jalur darat, laut, atau udara ke lokasi yang membutuhkan.

Deputi Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIEM) BPPT Eniya Listiani Dewi berharap desain rumah tahan gempa tersebut bisa lolos standardisasi dan strukturisasi.

Dia mengatakan dalam simulasi, rumah tahan gempa tersebut mampu bertahan dan tidak roboh ketika digoncang gempa magnitudo 7. BPPT akan meningkatkan ketahanan rumah tersebut pada goncangan gempa yang lebih kuat.

Prototipe tersebut dibangun dalam waktu tiga pekan, namun pada pembangunan ke depan ditargetkan dapat dibangun dalam jangka waktu satu pekan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca juga: Mau Bikin Bangunan Tahan Gempa? Simak Aturan Teknisnya

Rumah tahan gempa tersebut juga tahan api di mana telah diuji tidak terbakar dalam suhu 923 derajat Celcius selama 30 detik dan 743 derajat Celcius selama dua menit. Sementara standar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) harus tahan api paling tidak selama lima menit. Rumah Bale Kohana akan dikembangkan tahan api untuk jangka waktu lebih lama dari uji coba sebelumnya.

Rumah itu dibangun dengan panel-panel material komposit seharga Rp2 juta per meter persegi, namun bisa tahan lama dan bongkar pasang.

Kuda-kuda atau struktur Bale Kohana juga dipasang langsung dengan genteng metal sehingga ketika terjadi goncangan besar, tidak akan patah atau roboh seperti rumah konvensional dengan tembok bata dan genteng tanah liat atau keramik.
 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus