Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAYAP kerap menimbulkan masalah. Serangga kecil yang hidupnya bergerombol ini sangat suka mengerikiti kayu perabotan rumah tangga, kerangka rumah, dan tumpukan kertas atau kardus di ruangan.
Ulah rayap ini membuat gusar Muhammad Baiata Farisi, 11 tahun, September tahun lalu. Murid kelas VI A Sekolah Dasar Semesta Bilingual Boarding School Semarang itu mendapati segerombolan rayap menggerogoti tumpukan buku di perpustakaan sekolah. Dengan berselancar di Internet, Fais, sapaan Muhammad Baiata Farisi, bertekad mencari tahu cara membasmi rayap.
Di sebuah artikel di Internet, dia mendapat informasi bahwa buah bintaro mengandung racun jenis cerberin, yang biasa digunakan untuk mengusir tikus dan membunuh serangga. Bintaro merupakan pohon peneduh yang banyak tumbuh di taman dan pekarangan. Suku Dayak di Kalimantan menggunakan racun dari buah ini untuk berburu binatang. Sebelum dipakai berburu, anak panah dilumuri cairan buah bintaro.
Dari situ Fais terinspirasi membuat cairan herbal pembasmi rayap dari buah bintaro. Ia lalu mengajak Muhammad Zulfikar Avicenna, 10 tahun, murid Kelas V B SD Semesta Bilingual Boarding School. "Saya mengajak Avicenna karena sering jadi juara di kelas V," kata Fais di sekolahnya, Rabu pekan lalu.
Keduanya memulai penelitian dengan bimbingan guru pendamping, Ridwan. Mulanya mereka mencampur buah bintaro dengan alkohol. Larutan bintaro dan alkohol ini memang manjur membunuh rayap. Tapi zat pada alkohol lebih kuat ketimbang buah bintaro sehingga mereka menganggap penelitian ini gagal. Pertimbangan lain, harga alkohol relatif mahal.
Percobaan berikutnya, mereka mencampur buah bintaro dengan air murni atau akuades. Hasilnya, rayap mati setelah disemprot cairan tersebut. Fais menamai cairan ini Balmitor (Herbal Terminite Exterminator). Karya Fais dan Avicenna ini berbuah penghargaan dalam World Creativity Festival (WCF) di Daejeon, Korea Selatan, 16-18 Oktober 2015. Keduanya meraih medali perak, menyisihkan 58 tim tingkat SD di tujuh negara: Indonesia, Malaysia, Thailand, Hong Kong, Korea Selatan, dan Taiwan.
Ridwan mengatakan hasil karya kedua anak didiknya ini berbeda dengan pestisida pembunuh serangga. Balmitor ramah lingkungan karena terbuat dari bahan herbal. Bahan bakunya mudah diperoleh sehingga setiap orang dapat meracik sendiri.
Meski demikian, menurut dia, Balmitor memiliki tiga kelemahan yang perlu diperbaiki. Pertama, rentang waktu 10 menit rayap mati setelah disemprot dianggap terlalu lama. Sebagai solusi, Fais dan Avicenna menambahkan ekstrak cabe merah pada cairan buah bintaro. Hasilnya, rayap mati setelah satu menit disemprot.
Kelemahan kedua, cairan Balmitor hanya sanggup bertahan selama dua pekan. "Setelah itu akan membusuk sehingga tidak mempan membunuh rayap," kata Ridwan. Berikutnya, daya cegah pada kayu yang sudah disemprot Balmitor hanya bertahan satu pekan. Dua hal ini belum ada solusinya. Karena itu Ridwan berharap ada penelitian lanjutan untuk menyempurnakan Balmitor.
Cara Pembuatan
1. Iris tipis-tipis buah Bintaro muda.
2. Haluskan buah bintaro dengan blender.
3. Campur buah bintaro halus dengan air murni atau akuades ber-pH 7. Takaran: 100 gram bintaro, 300 ml air murni.
4. Diamkan campuran buah bintaro dan air murni selama dua hari.
5. Saring cairan tersebut, buang ampasnya.
6. Agar lebih manjur, Balmitor dicampur ekstrak cabe. 100 ml Balmitor, 5 ml larutan ekstrak cabe. Cara membuat ekstrak cabe sama dengan larutan Balmitor.
7. Balmitor tengah dipakai untuk menyemprot rayap
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo