Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Bila politikus seperti gorila

Ada studi yang membandingkan tingkah laku binatang dengan manusia. masters, profesor dari dartmouth, as, kini sedang meneliti orang-orang politikus, terutama dalam kampanye. (ilt)

10 April 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ETOLOGI (etbology) adalah studi tentang tingkah laku binatang. Tapi para etolog mulai gemar menganalogikan tingkah laku binatang dengan tingkah laku manusia. Bahkan sudah ada kesimpulan dari kalangan mereka bahwa politikus yang menang dalam pemilu bergaya seperti gorila yang kalah. Betulkah ? Para peneliti terutama menaruh perhatian kepada proses dorongan dari dalam (drives) karena dirangsang oleh lingkungan, yang lantas menghasilkan suatu perbuatan lahir (innates) tertentu. Dan sering penelitian ini dikait-kaitkan dengan berbagai jenis binatang, untuk kemudian dianalogikan dalam satu jenis tingkah laku (behavior). Sejarah etologi menggambarkan bahwa studi ini telah meluas sekali. Mulai dari pola berenang dari jenis protozoa sampai ke hewan yang terkenal karena hidup berkelompok, bersosialisasi dan berkomunikasi seperti jenis kera. Ahli biologi Jerman bernama Karl von Frisch, misalnya, telah meneliti sekelompok lebah. Gerakan-gerakan tubuh lebah ternyata menyimpan sejuta rahasia. Kepakan sayapnya yang bagaikan orang berdansa, ternyata berarti banyak sekali. Bukan sekedar memberitahukan teman-temannya bahwa di dekatnya ada makanan, tetapi juga memberi isyarat yang bisa diartikan arah tujuan dan jarak. Di Amerika, Carol Barner-Barry dari Universitas Maryland telah meneliti bahasa isyarat (nonverbal) dengan tingkah laku, antara binatang dan anak-anak. Tanda-tanda nonverbal ini telah dimiliki manusia lama sekali, sebelum mereka mengenal bahasa. Sebagai alat komunikasi tertua, bahasa nonverbal ini juga masih dimiliki oleh anak-anak yang belum pandai berbicara. "Tetapi begitu anak-anak itu semakin besar," demikian Barner-Barry, "ketergantungan kepada bahasa nonverbal semakin berkurang." Gail Zivin, profesor dalam psikiatri dan tingkah laku manusia dari Fakultas Kedokteran Jefferson di Philadelphia, berpendapat bahwa bahasa nonverbal mempunyai indikasi akan kepercayaan diri dari anak-anak tersebut. Tingkah laku anak-anak tersebut dengan penghuni kebun binatang, menurut dia, mempunyai ciri-ciri yang sama. Misalnya Zivin pernah melihat kera yang menipu kera lainnya dengan berpura-pura mempunyai makanan. Kemudian dia membuat dua kategori: muka plus (a plus face) pada anak-anak atau binatang yang mempunyai ekspresi: alis mata diangkat, mata terbuka lebar dan pandangan tajam ke depan dengan dagu yang dikedepankan. Pokoknya, gaya sombong. Sedangkan muka minus (a minus face) adalah tingkah laku yang sebaliknya, juga dalam kondisi kalah. Menurut Zivin, muka plus ada korelasinya dengan agresivitas baik dari binatang maupun dari manusia. Manusia atau binatang yang agresif adalah pertanda ia marah, atau beraktivitas tinggi --menonjolkan tingkah laku yang meletup karena terhina, terdesak, saingan berat, iri, dengki, atau bahkan karena gembira. "Tetapi, kalau pendapat Zivin ini benar, muka plus ada hubungannya dengan kemenangan," kata loger Masters. " Ini tidak cocok dengan tingkah laku calon presiden yang menang dalam pemilu. " Masters, profesor dari Dartmouth, AS, kini sedang meneliti orang-orang yang duduk dalam pemerintahan. Menurut penelitiannya, seekor gorila yang dominan sekali dalam kelompoknya akan hersikap agresif, tapi apa yang agresif dalam binatang mempunya situasi dan kondisi yang berbeda dalam tingkah laku manusia. Seorang calon yang menang dalam pemilu, menurut Masters, justru bersikap seperti gorila yang kalah. Yaitu memalingkan kepala, sering membuang pandang dan ngeloyor pergi dengan gaya lunglai. Masters menyatakan hal ini setelah meneliti 4.000 Iembar foto para politikus di negaranya. Postur, ekspresi raut muka seseorang di depan massa, di layar televisi atau di foto, sangat menentukan karir selanjutnya. Obyek studi Masters yang utama ialah Richard Nixon. Dia membandingkan Nixon yang kalah melawan John Kennedy di tahun 1960, dengan Nixon yang menang melawan George McGovern di tahun 1972. Nixon antara lain gemar sekali menaikkan kedua tangannya di depan massa, terutama dalam kampanye pemilihan. Ekspresi plus tetapi bukan sikap agresif ini juga dimiliki oleh para atlet sebagai tanda kemenangan. Harus Hati-hati Kesimpulan Masters: politikus yang menang justru bergaya seperti gorila yang kalah. Sebaliknya, politikus yang kalah bergaya segagah gorila yang jagoan. Mungkin, bagi manusia, kekalahannya perlu ditutupi dengan gaya yang digagah-gagahkan, meskipun pengalaman pahit yang baru ditelan. Hipotesanya ini dilengkapi dengan 114 variable yang telah dibuatnya. Antara lain perincian dari segala macam gerakan bulu mata, alis, dagu, bibir, bahkan sampai berapa banyak gigi seseorang tampak kalau meringis, ketawa atau tersenyum. Tidak semua pemilih bisa berhadapan muka langsung dengan pemimpin yang akan dipilihnya. "Dan di sini bahasa nonverbal penting," tukas Masters. Artinya, penampilan politikus di siaran televisi, atau cuma lewat potret sekalipun, bisa mempengaruhi pemilih. Jadi, kalau mau menang, politikus harus hatihati dalam kampanye. Jangan grusa-grusu atau berbuat sembarangan. Tetapi apakah tokoh politik memang mempunyai lagak gorila? "Publik Amerika," demikian Masters, "lebih menyukai tokoh yang tidak terlalu agresif." Sikap yang rendah hati, menurut Masters, lebih banyak mendapat pasaran. Karena itu pula calon pemimpin Amerika tidak akan berpidato menggebu-gebu ataupun berapi-api bagai singa podium, tapi cenderung mendekati massa kemudian bersalaman. Kalau kebetulan bertemu dengan anak-anak atau bayi, terjadi kemudian apa yang dinamakan: "kissing baby's politic ".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus