Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Cahaya dan Lagu untuk Tumbuh

Suara gamelan Kebo Giro mengalun lembut di screen house alias rumah paranet tanaman sawi daging seluas 200 meter persegi di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.

15 Oktober 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suara gamelan Kebo Giro mengalun lembut di screen house alias rumah paranet tanaman sawi daging seluas 200 meter persegi di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Lantunan gamelan itu bersumber dari Etrovice (electroculture vegetable device) yang terpasang di sudut-sudut rumah.

Etrovice adalah inovasi dari tim mahasiswa Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya, Malang. Beranggotakan Sintya Laylie Mukaromah, Danar Wicaksono, Khurun In Nur, dan Aziz Iman W., penelitian ini dibimbing dosen Joko Prasetyo dan masuk dalam 109 Inovasi Indonesia 2017.

Sintya mengatakan musik apa pun bisa dipakai asalkan frekuensinya 3.500-5.000 hertz. Mereka memasang Kebo Giro, yang biasa mengiringi pengantin di Jawa Tengah, untuk, "Melestarikan musik tradisional," kata Sintya di Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian FTP UB, Selasa pekan lalu.

Etrovice adalah perangkat untuk menaikkan produktivitas tanaman dan memangkas masa panen. Perangkat yang menghabiskan biaya Rp 7 juta ini memanfaatkan teknologi cahaya monokrom dan musik (teknologi sonic bloom), yang dilengkapi lampu light emitting diode (LED) dan pengeras suara.

Menurut Khurun, musik dapat meningkatkan pergerakan tekanan membran sel terhadap dinding sel tanaman. Kondisi ini memicu sel penjaga dalam stomata (mulut daun) membuka lebih lebar sehingga penyerapan asupan makanan, unsur hara, dan karbon dioksida meningkat.

Etrovice bisa diterapkan pada semua tanaman sayuran, seperti wortel, kentang, sawi, seledri, dan cabai. "Diuji coba pada sawi daging karena kebetulan petani yang jadi mitra kami menanamnya sesuai dengan musim tanam yang berlaku di sana," ujar Khurun.

Hasil pengujian Etrovice sepanjang Mei-Juni lalu menunjukkan adanya peningkatan morfologi sawi hingga 42 persen. Masa panen pun bisa lebih cepat. Produktivitas tanaman juga meningkat hampir dua kali lipat.

Danar mengatakan ide riset muncul pada Agustus tahun lalu karena masalah yang lazim dihadapi para petani sayuran Kota Batu. Kota ini berada di dataran tinggi yang minim cahaya matahari dan cepat tertutup kabut. Akibatnya, tanaman mengalami etiolasi: tumbuh cepat, tapi menjadi lemah dengan daun kecil dan pucat. Kadar klorofilnya rendah sehingga tanaman memiliki fisik kerdil dan kurus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus