Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Caleg Papua Diusulkan Pakai Koteka Saat Pelantikan

Calon anggota legislatif pria di wilayah pegunungan tengah Papua diusulkan mengenakan koteka saat pelantikan anggota DPRD.

5 Agustus 2019 | 08.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pembukaan Kongres XIV KNPI di Papua Tarian tradisional Papua yang dipentaskan pada momentum penyambutan tamu. Penarinya merupakan kaum pria asal Papua yang menggunakan koteka. Tarian ini dipentaskan pada momentum pembukaan Kongres XIV KNPI, 24-28 Februari 2015, di Jayapura. (ANTARA)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen antropologi Universitas Cendrawasih, Jayapura, Hari Suroto, mengusulkan agar calon anggota legislatif  di wilayah pegunungan tengah Papua mengenakan koteka saat pelantikan anggota DPRD.

"Ini merupakan salah satu cara melestarikan penggunaan koteka di wilayah tersebut," ucap Hari Suroto di Jayapura, Jumat, 2 Agustus 2019.

Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya sebagian penduduk asli Papua. Koteka terbuat dari kulit labu air, Lagenaria siceraria. Secara harfiah, kata ini bermakna "pakaian", berasal dari bahasa salah satu suku di Paniai. Sebagian suku pegunungan Jayawijaya menyebutnya holim atau horim.

Tak sebagaimana anggapan umum, ukuran dan bentuk koteka tak berkaitan dengan status pemakainya. Ukuran biasanya berkaitan dengan aktivitas pengguna, hendak bekerja atau upacara. Banyak suku di sana dapat dikenali dari cara mereka menggunakan koteka. Koteka yang pendek digunakan saat bekerja, dan yang panjang dengan hiasan-hiasan digunakan dalam upacara adat.

Namun, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Orang Yali, misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang. Sedangkan orang Tiom biasanya memakai dua labu.

Seiring waktu, koteka semakin kurang populer dipakai sehari-hari. Koteka dilarang dikenakan di kendaraan umum dan sekolah-sekolah. Kalaupun ada, koteka hanya untuk diperjualbelikan sebagai cenderamata.

"Sebagai bagian dari upaya melestarikan koteka di pegunungan tengah Papua. Seharusnya pelantikan calon anggota legislatif (caleg) terpilih hasil pemilu 2019 di kabupaten se-pegunungan tengah Papua," kata Hari Suroto, yang juga peneliti Balai Arkeologi Jayapura.

Menurut dia, masing-masing caleg pria terpilih harus mengenakan koteka. Sebagai putra daerah setempat, tentu saja mereka memiliki koteka, sehingga tidak perlu lagi disiapkan anggaran pakaian anggota DPRD baru.

Anggota DPRD terpilih juga perlu memberi contoh pada masyarakat konstituennya. Tidak ada aturan resmi yang mengharuskan dalam pelantikan anggota DPRD harus mengenakan jas.

Lanjut dia, Papua memiliki otonomi khusus, sehingga pelantikan anggota DPRD berkoteka tidak menjadi masalah. Koteka adalah bagian dari budaya pegunungan tengah Papua.

Pengenaan koteka ini juga merupakan bagian dari pendidikan politik kepada masyarakat konstituen bahwa para anggota dewan juga peduli sama budaya. Dengan mengenakan koteka, akan menunjukkan bahwa anggota dewan memiliki kapasitas dan integritas untuk memperjuangkan kepentingan konstituennya, sehingga tidak ada jarak lagi antara wakil rakyat dengan rakyat.

Pegunungan tengah Papua meliputi sepuluh kabupaten yaitu Jayawijaya, Puncak Jaya, Pegunungan Bintang, Tolikara, Yahukimo, Nduga, Yalimo, Lani Jaya, Mamberami Tengah, dan Puncak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Masyarakat yang mengenakan koteka di pegunungan tengah Papua saat ini hanya tinggal sekitar 10 persen saja," ujarnya.
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus