Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Cangkir dan Sedotan Antibius

16 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PESTA. Bagi sebagian orang, terutama wanita, ingar-bingar pesta bisa saja membawa malapetaka. Statistik kepolisian Amerika Serikat menunjukkan, setiap tahun sejak 2007, lebih dari 200 ribu wanita melaporkan mengalami serangan seksual akibat terbius minuman di pesta. Kepolisian negara itu menganggap angka ini cuma puncak gunung es. Dipercaya lebih banyak wanita enggan melaporkan serangan seksual yang dialami, mungkin karena malu atau trauma.

Beranjak dari data mengerikan itu, Mike Abramson, sarjana hukum dari University of New Hampshire, dibantu profesor kimia dari Worcester Polytechnic Institute di Massachusetts, Dr John MacDonald, membuat cangkir dan sedotan anti-pemerkosaan. Kedua alat minum ini bisa mendeteksi ada atau tidaknya obat bius berbahaya, seperti gamma hydroxybutyric acid (GHB) atau ekstasi cair, ketamine, dan Rohypnol, dalam suatu minuman.

"Temuan ini didasari pengalaman pribadi. Tiga tahun lalu, saya dan tiga teman wanita terdekat pernah menjadi korban pembiusan. Motifnya dari penjarahan harta hingga pemerkosaan," kata Abramson. Dia mengaku pernah dibius di sebuah bar di Kota Boston, Amerika.

Nyaris mustahil bisa melihat atau mencium kandungan obat berbahaya dengan indra telanjang. Soalnya, zat semacam GHB, ketamine, dan Rohypnol tidak memiliki bau dan rasa serta tidak berwarna.

Abramson, dalam wawancaranya dengan berbagai media, mengatakan cara kerja cangkir dan sedotan buatannya sangat sederhana. Jika terkena cairan zat berbahaya seperti GHB, ketamine, dan Rohypnol, kedua peralatan itu spontan berubah warna. Deteksi ini dimungkinkan karena Abramson menyelipkan serpihan filter kertas mirip lakmus pada permukaan cangkir dan sedotan. Filter kertas atau cartridge ini bisa dipakai hingga tiga kali—setelah itu, harus diganti.

Meski sudah mematenkan temuannya, dengan alasan khawatir dijiplak, Abramson belum mau blakblakan mengenai bahan utama filter kertas penguji buatannya. Situs analisis sains dan teknologi CNET menduga teknologi kertas penguji Abramson tidak jauh berbeda dengan cara kerja kertas lakmus, yang merupakan pengukur tingkat keasaman. Menurut situs ini, dengan mengetahui data tingkat keasaman GHB, ketamine, dan Rohypnol, peneliti bisa membuat filter dengan tingkat sensitivitas keasaman tertentu, yang lebih akurat daripada kertas lakmus biasa.

Proyek Abramson yang didanai sistem saweran atau crowdfunding itu akan diluncurkan pada akhir September. Abramson berharap produknya bisa dibuat secara massal serta tersedia di setiap bar dan restoran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus