Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Dan Naiklah Roket Eropa Itu

Pusat antariksa eropa (ase) berhasil meluncurkan satelit percobaannya, orbital test satelite (ots) ii, di cape kennedy, florida (as). selanjutnya dibuat roket-roket ariane untuk satelit komunikasi eropa. (ilt)

17 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK pacuan antariksa dicetuskan oleh AS dan Uni Soviet belasan tahun yang lalu, industri antariksa dunia -- roket berikut satelitnya -- praktis didominir oleh kedua negara itu. Termasuk pasaran satelit untuk komunikasi seperti Palapa, yang sejenis dengan Westar dan Anik yang digunakan AS dan Kanada. Jepang dua tahun lalu sudah mulai meluncurkan satelit komunikasinya dengan menumpang roket Amerika. Namun untuk jaringan komunikasi domestiknya, Jepang masih tetap lebih mengandalkan jaringan gelombang mikro dan jaringan darat (terestrial) yang konvensionil. Begitu pula Eropa selama ini. Namun didorong oleh ambisi Perancis dan Jerman Barat untuk mengakhiri supremasi AS dan US di bidang antariksa, Eropa Barat akhirnya sepakat mau melengkapi jaringan telkom intra-Eropanya dengan satelit pula. Diawali dengan peluncuran satelit OTS II dari Cape Kennedy pertengahan Mei lalu. Inilah laporan koresponden TEMPO Noorca M. Massardi dari Paris sebagai berikut: Para ahli dan pimpinan l'Agence Spatale Eropeenne (ASE) -- Pusat Antariksa Eropa -- yang bermarkas besar di Paris, akhir pekan 12 Mei lalu, mengikuti kejadian di layar televisinya denan saksama. Dan berdebar-debar. Sebab ribuan mil di sebelah harat mereka, di landasan peluncuran roket Cape Kennedy, Florida (AS), sebuah roket jenis Thor-Delta sedang mengambil ancang-ancang. Tanpa genderang publisitas roket itu mengudara di malam itu, membawa sebuah satelit percobaan ASE, Orbieal Test Sateltte (OTS) II, 25 menis setelah roket buatan NASA itu lepas landas, satelit bikinan Eropa yang berbobot 450 kg itu memasuki lintasannya. Namun tak cuma konsumen PTT di Eropa Barat saja yang dapat memanfaatkan jaringan telekomunikasi satelit itu. Dengan keenam antenenya, OTS II yang mampu melayani 4500 percakapan telepon bolak-balik dan dua kanal televisi itu juga menyabet kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, kepulauan Azores, Canari, Modere, dan pulau Islandia. Ada sebabnya acara itu berlangsung hampir diam-diam. Kenangan buruk 13 September 1977 belum sama sekali lenyap. Waktu itu, OTS I yang diluncurkan dari tempat yang sama, jatuh ke dasar samudera Atlantik. Roket peluncurnya -- juga dari jenis Thor-Delta-meledak di udara, sehingga musnahlah satelit yang dirancang begitu lama dengan biaya patungan sekian negara Eropa. Kerugian 42 juta dollar AS, sementara yang diasuransikan ASE hanya 29 juta dollar AS. Makanya untuk peluncuran OTS II, kontrak asuransi dengan maskapai Bowerings dari London sudah dinaikkan menjadi 52 juta dollar AS. Satelit OTS ini, hanya merupakan proyek perintis bagi satelit operasionil ECS yang akan melayani kebutuhan telekomunikasi Eropa sampai tahun 1990, dengan kapasitas 20 ribu percakapan telepon. Mulai tahun 1980, satelit ECS itu -- juga satelit Marots untuk merelai komunikasi kapal di laut lepas -- tak akan memerlukan bantuan roket Amerika. Satelit-satelit bikinan Eropa itu akan dijotos ke ruang angkasa oleh roket Ariane buatan Eropa sendiri. Tak Perlu Bantuan Amerika Taruhannya tak sembarangan. Sebab mulai sekarang sampai 1990, 100 satelit akan dibangun, diluncurkan dan digunakan. Investasinya lebih dari 30 milyar franc (sekitar 23 trilyun rupiah, hampir 2 x APBN Indonesia setahun). Ini merupakan penghasilan yang lumayan bagi industri antariksa Eropa yang dulunya kembang-kempis. Juga suatu dongkrak gengsi bagi Perancis, yang selalu berusaha membebaskan diri dari ketergantungan pada Amerika di bidang penerbangan dan antariksa. Roket Ariane memang ciptaan Centre National d'Etudes Spatial (CNES), Pusat Penyelidikan Antariksa Perancis, dan Aerospatiale, itu fabrikan pesawat terbang penumpang supersonik Concorde, arsitek industrinya. Pemerintah Perancis telah mengeluarkan 60% dari biaya proyek roket tersebut yang bernilai 3,8 milyar franc. Dengan tinggi 47 meter dan berat 200 ton, Ariane akan merupakan roket terpenting yang pernah dibuat di luar AS dan Uni Soviet. Pembangunannya telah berjalan dengan baik. Percobaan tahap pertama Desember lalu di Vernon begitu pula. Tahap keduanya juga tak mengalami gangguan dalam percobaan 31 Januari lalu. Makanya peluncuran percobaan direncanakan 15 Juni tahun depan di Kourou, Guyana, Afrika. Teknologinya memang maju. Tapi problim politik (dan ekonomi?) telah menyebabkannya terkatung-katung. Sejak lebih dari setahun, 10 negara anggota ASE tak pernah bisa mufakat soal modal pembuatan seri roket Ariane yang dianggap kelewat mahal. Untunglah awal tahun ini, berkat kongkou tingkat tinggi antara PM Jerman Barat Schmidt dan Presiden Perancis Giscard d'Estaing, persetujuan bisa tercapai. Pada akhir pertemuan ASE 6-7 April lalu, para negara anggota ASE setuju mengeluarkan anggaran sebanyak 117 juta francs untuk memesan 5 roket Ariane. Empat untuk peluncuran satelit komunikasi Eropa, dan yang kelima untuk cadangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus