Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Di Desa, Teknologi Yang Luwes.

Desa Subang, Jawa-Barat akan dikenalkan sebagai "proyek perintis" teknologi pedesaan. berbagai peralatan di pamerkan dalam Widyakarya. Rakyat perlu dibujuk merubah kebiasaan lama.(tek)

24 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUBANG dulu pernah membanggakan perkebunannya, yang kini merosot. Pernah pula ia menjadi kebanggaan PKI sebagai basisnya yang terkuat di Jawa Barat. Basis itu sudah lenyap. Tampaknya Subang akan ditenarkan kembali, sekali ini sebagai "proyek perintis" teknologi pedesaan. Berbeda dengan transfer teknlogi dari negara maju yang melibatkan bantuan dan tenaga asing, teknologi pedesaan ini sederhana saja yang mungkin akan pamor. Tapi LIPI (Lembaga Imu Pengetahuan Indonesia) sendiri telah menjadikan Subang itu prioritasnya untuk dilaksanakan mulai Mei. Menjelang ke Subang, LIPI -- semacam pemanasan -- menyelenggarakan suatu widyakarya atau pertemuan para ahli teknolgi pedesaan pekan lalu di Hotel Kartika Chandra, Jakarta. Di situ dirumuskan strategi dan langkah untuk penelitian, pengembangan dan penerapn teknologi di pedesaan. Kasus Air Apa pula itu? Dari pamerannya di halaman hotel itu, orang bisa mendapat gambaran apa yang menjadi sasarannya. Sedikit contoh alat pengukur kelapa, pencerna tinja, penjernihan air, penampung air, lemari pendingin, pompa bambu, pompa irigasi, kincir angin, pemisah gabah dan mesin pertanian. PTP (Pusat Teknologi Pembangunan) lTB sudah mendisain pompa bambu. Mereka di kompleks perumahan buruh pelabuhan Tg. Priok sudah mencobanya, lantas tertarik untuk memesan 150 buah, yang jauh lebih murah ketimbang pompa besi. Pompa air hidram, yang mengalirkan dari bawah ke tempat yang tinggi, juga dibikin PTP ITB. Telah banyak pula permintaan akan pompa ini dari berbagai perusahaan, instansi pemerintah, perorangan yang tentu saja, di pedesaan. Di Gunung Kidul, ada kebutuhan akan proyek PAH (Penampungan Air Hujan). Masyarakat setempat selalu kekurangan air. Banyak lagi daerah pedesaan lain yang bernasib sama. Persoalan dalam hal ini ialah bagaimana sebaiknya bak penampung air yang bisa dikerjakan rakyat dengan biaya murah. Yayasan Dian Desa, pimpinan Anton Sudjarwo, sudah mencobanya di Gunung Kidul, dan berhasil. Tapi di Madura persoalannya bukan hanya teknologi. Ia harus memakai pendekatan agama, yaitu menggairahkan masyarakat membikin bak air untuk keperluan sembahyang Tungku api untuk memasak di pedesaan juga meminta teknologi. Kini tungku mereka memboroskan energi. Dengan sedikit perbaikan tungku, diharapkan penduduk bisa lebih berhemat dengan kayu bakar, yang kemudian mengurangi penebangan pohon. Tapi ternyata di Gunung Kidul tungku model baru telah merobah rasa makanan nasi jagung dan sayur nangka muda. Tak mungkin dipaksakan. Dalam hal ini, kata Anton Sudjarwo, "teknologi pedesaan membutuhkan keluwesan, jangan dilaksanakan dengan satu jalur instruksi yang kaku." Susu Encer Teknologi memotong ubi kayu rupanya juga menjadi perhatian. Gaplek desa sekarang masih bermutu rendah. Dengan memperbaiki cara memotong dan mengeringkannya, mutu gaplek bisa ditingkatkan, hingga layak ekspor. Dalam hal ini rakyat pun nyatanya perlu dibujuk supaya merobah kebiasaan lama. Perbaikan mutu terbukti tidak menguntungkan bagi suatu perusahaan susu yang melayani AKABRI. Mutu susunya sudah dijaga seperti di negeri Belanda. Pembinanya pun orang Belanda. Namun para calon perwira terserang penyakit perut karena susu tadi. Akhirnya perusahaan itu memakai teknologi yang disesuaikan dengan kondisi setempat: Kadar air ditambahnya, hingga susu menjadi lebih encer. BUTSI (Badan Usaha Tenaga Sukarela Indonesia) memperkenalkan lemari pendingin sederhana, terbuat dari bambu, seng, karung goni (atau flanel). "Orang desa bisa menyimpan sayur asam tiga hari di lemari itu tanpa merobah rasanya," demikian promosi BUTSI. Pengembangan teknologi pedesaan tidak memerlukan tenaga asing. Maka di Subang nanti, menurut Ketua LIPI Prof. Dr. ir. Bachtiar Rifai, sekaligus ingin dibuktikan suatu proyek yang dikerjakan sepenuhnya oleh tenaga Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus