Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Duel di Bawah Bara Api

Suriah meluncurkan permainan komputer baru bertema intifadah—satu lagi dagangan baru dunia maya yang berbalut warna politis.

5 Mei 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertarungan itu berlangsung di depan Masjid Al-Aqsa. Seru. Mendebarkan. Tak seimbang. Satu pemuda Palestina bernama Ahmad masuk ke halaman masjid suci di Yerusalem itu dengan batu-batu dalam kepalan tangannya. Di lokasi itu dia harus sendirian melawan musuh: serombongan serdadu Israel yang bersicepat memuntahkan hujan peluru dari senapan mesin mereka untuk meluluh-lantakkan tubuh Ahmad. Eh, alih-alih rebah ke tanah, pemuda dengan wajah berbalut kafayeh belang-belang itu justru berbalik menghajar para pemberondongnya dengan lontaran batu yang jitu. Alhasil, dia lolos dari kepungan, bahkan sukses merebut senjata serdadu-serdadu Israel. Belum kapok ”bersetori” di depan Al-Aqsa, Ahmad kemudian masuk ke permukiman orang-orang Yahudi sembari mengusung bendera Palestina. Dia menyusup ke gudang persenjataan Israel dan merebutnya. Dia tertawan, tapi berhasil melepaskan diri. Sekali lagi Ahmad berhasil mengecoh serta membunuh serdadu Israel, membebaskan tawanan, menghancurkan radar Israel, sebelum akhirnya bergabung dengan para mujahidin di Lebanon Selatan. La, lantas mengapa Ahmad yang sakti mandraguna ini tidak membantu saudara-saudaranya di Jenin, Tepi Barat, tatkala mereka diserang Israel dalam sebuah pertempuran besar pada awal pekan silam? Pemuda Palestina ini memang bukan kisah nyata. Dia cuma sosok virtual dari dunia maya dalam permainan komputer berjudul ”Tahta Ramad”. Artinya, di bawah bara api. Permainan yang diluncurkan awal April silam itu mengusung tema yang belum pernah ada dalam sejarah permainan komputer: intifadah. Ini tema yang tidak pernah tersentuh oleh produsen peranti lunak permainan komputer Barat ataupun Jepang. Tahta Ramad adalah produk pertama permainan tiga dimensi yang dibuat di Timur Tengah. Perusahaan swasta Suriah, Dar El Fikr, menjadi produsen permainan ini. Dikenal se-bagai penerbit buku-buku Islam di Damaskus sejak 1960-an, Dar El Fikr meluncurkan Tahta Ramad setelah satu setengah tahun penggarapan—melalui Proyek Underash. Direktur Eksekutif Underash, Hasan Salim, mengatakan bahwa Tahta Ramad bertujuan memalingkan anak-anak di dunia Arab dan Islam dari permainan produksi Amerika. Menurut Salim, permainan buatan Amerika itu sering menggambarkan superioritas tentara Amerika atas dunia Islam. ”Kami ingin meluruskan anak-anak Islam dari racun ideologi yang ditularkan oleh permainan tersebut,” Salim menandaskan. Lantas, apa keistimewaan produk ini dari segi teknologi? Khalid Fudda, salah seorang desainer Tahta Ramad, mengatakan bahwa teknologi dalam permainan ini nyaris tak berbeda dengan yang selama ini digunakan di Barat. Dan bahwa produk ini muncul dari Suriah juga bukan kebetulan semata. Negeri ini serius betul memacu pertumbuhannya di sektor teknologi informasi dalam beberapa tahun terakhir. Akhir tahun lalu, misalnya, pemerintah Suriah menginvestasikan dana sebesar US$ 6 miliar (setara sekitar Rp 5,7 triliun) untuk membangun kota teknologi Herns di kawasan Suriah Tengah. Tema intifadah yang dibawa Tahta Ramad terbukti laris. Sebulan setelah diluncurkan, tak kurang dari 10 ribu kopi Tahta Ramad laku terjual. Paket permainan seharga US$ 8 ini juga bisa di-download langsung dari internet. Grafisnya bagus dan bersih, sementara temanya—yang membangkitkan semangat melawan Barat dan Amerika—ikut mendongkrak popularitas Tahta Ramad. Nada, seorang ibu rumah tangga di Damaskus yang membelikan Tahta Ramad bagi anaknya, mengaku: ”Saya terkejut ketika anak saya ber-kata, dalam game yang dimainkannya, ia membunuh Saddam Hussein,” ujar wanita ini, merujuk pada per-mainan komputer buatan Amerika. Maka, Nada melirik Tahta Ramad dengan harapan agar anaknya tidak memiliki kesan buruk pada sesama muslim. Belakangan, produk itu laku keras pula di negara-negara Arab. Sukses peluncuran Tahta Ramad diiringi serangan bertubi-tubi terhadap situs Underash di jagat maya. Akibatnya? Hingga saat ini Tahta Ramad amat sulit diakses. Salim mengakui, serangan ini merupakan ulah para hacker dari Israel. ”Berkali-kali kami harus memperbaiki situs Underash,” Khalid Fudda menambahkan. Wajar saja kalau orang Israel tergelitik rasa jengkelnya. Permainan enam babak ini telak-telak memenangkan Ahmad, pemuda Palestina alias sang hero, yang melibas musuh-musuhnya cuma dengan batu di tangan. Walau laris jadi barang dagangan, Tahta Ramad tampaknya lebih bersifat politis ketimbang sekadar alat hiburan di depan komputer. Agus Hidayat (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus