Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti telah menemukan sebuah kemungkinan untuk terjadinya kasus pertama penularan Covid-19 rusa-ke-manusia. Kasusnya ditemukan di Kanada, seperti yang dipaparkan dalam sebuah studi yang hasil awalnya telah dipublikasi secara preprint di bioRxiv 25 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sana disebutkan kalau para peneliti mengumpulkan sampel dari rusa ekor putih di Ontario. Tim melibatkan peneliti di National Centre for Foreign Animal Disease, Canadian Food Inspection Agency, yang berlokasi di Winnipeg, Manitoba. Mereka berkolaborasi di antaranya dengan peneliti di Dalhousie University dan Sunnybrook Health Sciences Centre.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasilnya, setelah melakukan tes swab dari hidung dan kelenjar limpa, mereka menemukan 17 dari 298 rusa terinfeksi virus corona penyebab Covid-19. Virus disebut berasal dari turunan yang benar-benar baru dan kaya mutasi dalam susunan genetiknya.
Turunan virus itu memiliki 76 mutasi dari SARS-CoV-2 orisinal yang menyebar dari Wuhan, Cina. Di antara 76 mutasi itu, 37 di antaranya sudah pernah ditemukan pada hewan yang terpapar Covid-19 dan 23 benar-benar baru ada pada jenis rusa.
Finlay Maguire, asisten profesor di Dalhousie University yang juga anggota tim penulis laporan hasil studi itu, mengatakan susunan genetik virus itu memiliki sedikit saja kesamaannya dengan yang saat ini sedang menjangkiti umat manusia di dunia. "Genetiknya justru relatif paling dekat dengan virus asal sampel kasus Covid-19 pada manusia dan cerpelai di Michigan, Amerika Serikat, dua tahun lalu," kata Maguire.
Tim peneliti di Kanada kemudian membandingkannya dengan sampel Covid-19 dari masyarakat setempat. Mereka menemukan setidaknya ada satu orang, yang telah kontak dengan rusa, yang terkonfirmasi positif terinfeksi oleh virus corona dengan galur yang tepat sama dengan yang ada pada rusa-rusa yang biasa diburu itu.
Dengan alasan keterbatasan data sampel yang digunakan, tim peneliti menyatakan belum bisa memahami bagaimana rusa bisa mendapatkan infeksi virus itu dan kemudian menularkannya kepada manusia. "Hanya dengan lewat studi yang lebih jauh kita akan bisa tahu seperti apa risiko aktualnya," kata Samira Mubareka, ahli mikrobiologi dan klinis, anggota tim peneliti dari Sunnybrook Health Sciences Centre.
Para ahli telah sejak lama mencemaskan Covid-19 yang menginfeksi satwa dan kemudian bermutasi di sana untuk potensi melompat lagi ke manusia. Rusa termasuk satwa dengan potensi itu. Seperti diketahui, rusa ekor putih liar di AS dan Kanada telah sebelumnya ditemukan ikut memerangi wabah Covid-19.
Dalam bioRxiv Juli tahun lalu, misalnya, dimuat hasil survei Departemen Pertanian AS yang mendapati antibodi SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, dalam darah sampel rusa. Hasil studi pada bulan lalu menegaskan temuan infeksi Covid-19 pada rusa di Amerika Serikat.
Meski begitu Badan Kesehatan Publik Kanada memastikan belum ada indikasi terjadi penularan dari rusa ke manusia seperti yang dicemaskan itu, dan menyebut temuan tim studi terbaru kemungkinan sebatas kasus yang terisolasi. "Sampai kita tahu lebih jauh lagi, mereka yang biasa berburu dan berinteraksi dengan satwa liar harus mengambil langkah pencegahan penularan virus Covid-19," bunyi pernyataan sikapnya.
NEW SCIENTIST, THE GUARDIAN, BIORXIV