Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Persoalan devitalisasi Planetarium dan Observatorium Jakarta hingga kini belum terlihat titik terang. Dalam keadaan menumpang di Theater Jakarta yang juga berada di kompleks Taman Ismail Marzuki, para staf Planetarium tetap berusaha melayani warga di bidang astronomi. Seperti saat ini, sedang diadakan Pekan Astronomi Jakarta 2023 pada 7-13 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah melakukan layanan yang sederhana, bantuan menyuarakan permasalahan Planetarium datang dari mantan Kepala Observatorium Bosscha, Premana W. Premadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu staf Planetarium dan Observatorium Jakarta, Muhammad Rayhan, mengatakan Premana tengah berada di Jepang, tepatnya di konferensi APRIM International Astronomical Union (IAU).
“Bu Nana merupakan anggota IAU, menjadi SOC IAU APRIM 2023 di Jepang,” tulis Rayhan lewat pesan singkat 9 Agustus 2023. Dilihat dari laman IAU, acara ini berlangsung pada 7-11 Agustus 2023 di Koriyama, Jepang.
“Beliau sudah bilang sejak lama ingin membawa isu Planetarium dan Observatorium Jakarta ke tingkat internasional,” jelasnya. Hal ini terjadi terutama sejak audiensi ke gubernur gagal dan audiensi ke presiden hanya berbuah limpahan tugas ke Kemenko PMK, yang sampai saat ini pun belum berbuah solusi konkret.
Tempo pernah mewawancarai Premana mengenai keadaan Planetarium dan Observatorium Jakarta. Premana menilai Planetarium dan Observatorium Jakarta pantas dan harus terus diperjuangkan, dijaga, dan dilindungi. "Walaupun terjadi banyak masalah, harus tetap berbuat sesuatu," kata astronom dari ITB ini.
Saat itu Premana ditemui usai menjadi pembicara dalam agenda 'Astronomi Indonesia' gelaran Himpunan Astronomi Amatir Jakarta di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Sabtu, 21 Januari 2023.
Menurutnya, planetarium termasuk tempat pendidikan umum yang sangat dekat dengan kemajuan sains, yang sangat dibutuhkan Indonesia. "Kita harus pastikan Planetarium berfungsi dengan program-program yang bagus, dengan SDM yang terpilih dan bagus dan memang dihargai," katanya.
Planetarium Jakarta sebelumnya selalu menjadi tempat belajar astronomi, bukan hanya bagi tim pelajar yang hendak berlaga di olimpiade sains, tapi juga masyarakat luas. Peralatan planetarium, misalnya, mampu membuat simulasi keadaan langit di belahan Bumi utara yang berbeda dengan yang ada di atas kepala kita di Indonesia yang berada di belahan selatan. Namun kini fungsinya tinggal 10-20 persen.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.