Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tiga orang Indonesia membuat inovasi untuk aktivitas belanja yang lebih ramah lingkungan.
Berwujud extension atau modul tambahan untuk aplikasi penjelajah web yang dikembangkan itu dapat membuat estimasi karbon yang dihasilkan dari setiap produk
Masih banyak pengembangan yang harus dilakukan sebelum extension ini dipakai umum.
AKTIVITAS keseharian kita, termasuk berbelanja, berpengaruh terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Selain produk, hal yang berkontribusi penting terhadap iklim adalah transportasi, yang melepaskan karbon. Untuk menjawab masalah ini, Dharmawan Santoso bersama dua rekannya membuat inovasi berupa ekstensi peramban atau browser extension bernama e-CO2mmurz. Modul tambahan pada peramban ini bisa membuat estimasi produksi karbon yang dihasilkan saat berbelanja barang di situs pasar digital (e-commerce).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dharmawan menjelaskan, sebelumnya ia mengikuti berbagai kegiatan kolaborasi pengembangan perangkat lunak (hackathon) yang berhubungan dengan isu iklim dan lingkungan. Ide tentang ekstensi peramban itu muncul saat ia bersama Raihan Hamid Suraperwata dan Clarissa Audrey Chinara mengikuti kompetisi yang diselenggarakan Singapore International Foundation dan Code for Asia, Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dharmawan mengatakan sejumlah ide yang saat ini ada di masyarakat untuk mendukung gerakan lingkungan bersifat "memaksa" sehingga kurang diikuti. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada ini lantas mencari solusi, antara lain dengan memberikan alternatif saat berbelanja. Itulah yang ditawarkan tiga orang yang tergabung dalam tim Not Samsan Tech ini. Untuk inovasi ini, mereka menjadi juara pertama, mengalahkan 46 prototipe digital dari tim di seluruh Asia.
Belanja yang Ramah Iklim
Cara kerja e-CO2mmurz sama seperti modul screenshot untuk menangkap gambar dan penerjemah Google Translate. Setelah dipasang di program peramban, ekstensi itu akan membuat estimasi konsumsi karbon dari barang yang akan kita beli di sebuah e-commerce. "e-CO2mmurz menangkap gambar produk dan mengklasifikasikannya berdasarkan material pembuatan, dan memperhitungkan jarak toko dan lokasi pengiriman," kata Dharmawan, Kamis, 17 Juni lalu.
Ada tiga acuan yang menjadi dasar e-CO2mmurz saat menghitung rata-rata karbon yang dihasilkan sebuah produk, yakni material produk, jumlah produk, dan jarak pengantarannya. Selain mengalkulasi jumlah karbon dari sebuah produk, ekstensi itu menampilkan produk alternatif serupa yang lebih rendah kadar karbonnya.
Ekstensi ini dipilih dengan sejumlah pertimbangan. Menurut Dharmawan, bisa saja sistem itu dipasang di aplikasi e-commerce asalkan mendapat izin. Hal ini akan cukup menyulitkan pada fase implementasi dan pembuatannya memakan banyak waktu. “Sistem yang digunakan untuk mendeteksi kadar karbon adalah logika computer vision. Klasifikasi serta penghitungan CO2 didasarkan pada gambar yang tertangkap," ucapnya. Dengan sistem seperti ini, ekstensi itu bisa dipakai untuk semua jenis e-commerce.
Dharmawan menuturkan, saat ini e-CO2mmurz belum tersedia bagi publik. "Masih berupa purwarupa yang sangat sederhana. Masih banyak pengembangan yang harus dilakukan sebelum extension ini dapat digunakan oleh masyarakat umum, baik dari segi user interface maupun dari segi kalkulasi jejak karbon," tuturnya. Ia dan timnya berkomitmen membuat e-CO2mmurz dapat diakses dan digunakan publik dalam waktu dekat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo