Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"A shallow magnitude 3.6 earthquake was reported Tuesday morning 9 miles from Ridgemark, according to the U.S. Geological Survey. The temblor occurred at 11:17 a.m. PDT at a depth of 3.1 miles. According to the USGS, the epicenter was 12 miles from Hollister, 17 miles from Soledad and 18 miles from Salinas.
This information comes from the USGS Earthquake Notification Service and this post was created by an algorithm."
Petikan teks berita di atas sekilas tampak biasa saja. Berita tentang peristiwa gempa bumi berkekuatan 3,6 Magnitude yang melanda kawasan Ridgemark di California, Amerika Serikat, itu dimuat dalam situs Los Angeles Times, Selasa, 9 September 2014, pukul 11.56 waktu setempat. Namun coba perhatikan lebih saksama, terutama pada penggalan akhir kalimat pamungkas. Di situ tertulis: "...this post was created by an algorithm."
Ya, berita itu tidak ditulis oleh wartawan, tapi oleh sebuah robot. Namanya Quakebot. Tapi jangan dibayangkan bentuknya seperti Asimo atau robot dalam film Transformers. Quakebot adalah program buatan jurnalis dan pemrogram Ken Schwencke. Program itu didukung algoritma yang secara otomatis menghasilkan sebuah artikel pendek ketika terjadi gempa. Artikel inilah yang diunggah secara otomatis dalam situs LA Times.
"Hanya butuh waktu sekitar tiga menit untuk memuat cerita itu secara online," kata Schwencke, seperti dikutip BBC, 9 September lalu. Pendekatan mutakhir di dunia jurnalistik yang melibatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence ini disebut "robo-journalism".
Untuk membuat berita awal tentang gempa bumi, LA Times tak perlu repot mengirimkan reporternya ke lokasi kejadian. Pun mereka tak harus menugasi seorang juru warta untuk memelototi situs lembaga riset atau badan penanggulangan bencana. Cukup dengan teknologi jurnalisme robot, berita gempa bumi akan tersaji secara cepat dan akurat bagi para pembaca.
Algoritma menjadi kunci dasar suksesnya robo-journalism. Seperti dikutip Wired.com, algoritma adalah perintah matematis dasar yang bertanggung jawab terhadap semua aplikasi komputer, termasuk peranti lunak pembuat berita yang digunakan LA Times. Agar dapat dijalankan oleh komputer, algoritma harus ditulis dalam notasi bahasa pemrograman.
Algoritma berkembang dari postulat bahwa komputer dapat belajar sendiri jika diberi instruksi sederhana. Nah, bagi komputer, algoritma digunakan untuk perhitungan, pengolahan data, dan penalaran otomatis. "Untuk membuat komputer melakukan sesuatu, Anda harus menulis program komputer. Untuk menulis program komputer, Anda harus memberi tahu komputer, langkah demi langkah, apa yang Anda ingin lakukan," tulis Wired.com mengenai algoritma.
Komputer kemudian "mengeksekusi" program itu, mengikuti setiap langkah mekanis di dalamnya untuk mencapai tujuan yang telah dirancang oleh si pemrogram. Ibaratnya, ketika memerintahkan komputer untuk melakukan sesuatu, kita juga bisa menentukan bagaimana komputer melakukan perintah itu. "Di situlah algoritma komputer masuk," Wired.com menuliskan. Algoritma menjadi teknik dasar bagi komputer untuk merampungkan tugasnya.
Dalam berita gempa yang dimuat LA Times, algoritma didesain untuk menghimpun data kebencanaan dari Pusat Peringatan Dini Gempa milik Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS). Setiap terjadi gempa di berbagai belahan bumi, sensor-sensor seismik USGS akan mengirimkan data kegempaan ke pusat data. Selanjutnya, data itu diolah dan ditampilkan sesegera mungkin dalam situs resmi USGS.
Nah, data yang sama diakses oleh komputer di kantor LA Times di Kota Los Angeles, California. Informasi tentang kekuatan, waktu kejadian, lokasi terkena dampak, dan titik pusat gempa semua tersedia. Algoritma buatan Ken Schwencke lantas memilah data itu dan menyusunnya ke cetakan berita yang telah didesain sebelumnya. Begitu rampung diolah, data gempa akan tersaji dalam bentuk artikel yang memenuhi unsur what, who, when, where, why, dan how alias 5W+1H.
Selain buat laporan gempa, LA Times memanfaatkan teknologi robo-journalism untuk menghasilkan berita kriminalitas. Hanya, karena substansi beritanya lebih rumit, artikel yang dibuat oleh sang "robot" tidak langsung dimuat. Editor akan lebih dulu menyunting artikel itu sehingga materi pemberitaan bisa lebih diperdalam dan dilengkapi.
LA Times, yang memuat berita buatan Quakebot sejak Maret lalu, memang menjadi pelopor dalam penggunaan jurnalisme robot. Namun mereka bukan satu-satunya. Situs berita Associated Press (AP) juga kepincut oleh teknologi peracik warta instan ini. Media yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat, itu bahkan memanfaatkan algoritma khusus untuk menulis berita di rubrik ekonomi dan bisnis.
Seperti dikutip USA Today, AP bulan lalu mengumumkan pemakaian Wordsmith. Perangkat lunak penulis berita besutan perusahaan start-up Automated Insights itu dirancang untuk membuat artikel tentang laporan keuangan berbagai perusahaan. AP biasanya memproduksi sekitar 300 berita tiap kuartal yang membutuhkan wartawan tertentu untuk mengolah data laporan keuangan. "Sangat menyita waktu dan tenaga," tulis USA Today.
Dengan Wordsmith, AP dapat mengotomatisasi berita dalam jumlah lebih banyak. Artikel yang dihasilkan mungkin tampak kaku jika dibaca sekilas. Namun cerita pendek berisi 150-300 kata ini telah menyediakan latar belakang informasi yang cukup untuk dipahami pembaca. Dan bagian yang paling mengesankan adalah waktu penulisannya yang sangat cepat. "Kurang dari satu detik," kata Lou Ferrara, editor pelaksana AP yang mengawasi berita bisnis.
AP tidak hanya bekerja sama dengan Automated Insights. Untuk urusan data, mereka didukung lembaga riset bidang investasi, Zacks Investment Research. Lembaga yang banyak diacu oleh ribuan analis keuangan ini bertugas memasok data laporan keuangan perusahaan, termasuk saham. Tentu mereka hanya menyediakan data yang sesuai dengan permintaan AP.
Proses produksi berita selanjutnya nyaris serupa dengan yang terjadi di LA Times. Hanya, di kantor AP, data dari Zacks langsung diolah lewat Wordsmith. Semuanya berlangsung otomatis. "Tugas editor hanya membaca artikel sebelum diterbitkan," ucap Ferrara. Pada akhir tahun, AP berencana menyediakan hingga 4.400 artikel per kuartal. Dengan begitu, semua klien AP dapat mengakses informasi di dalamnya dan memanfaatkannya secara lebih cepat.
Ferrara mengatakan jurnalisme robot akan membebaskan wartawan untuk mengejar lebih banyak pemberitaan yang bersifat mendalam. Adapun penulisan berita ringkas yang diolah dari data dapat digantikan oleh komputer. AP, seperti dikatakan Ferrara, menyangkal jika kebijakan penggunaan Wordsmith dianggap telah menghilangkan pekerjaan wartawan. "Sebagian besar anggota staf kami justru bereaksi positif," ujarnya.
Kekhawatiran serupa ditepis oleh Ken Schwencke. Menurut Schwencke, artikel berita yang dihasilkan lewat jurnalisme robot tidak akan menggantikan peran juru warta. Terobosan baru itu lebih dimanfaatkan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan sebanyak mungkin data ke publik dalam waktu cepat. "Hanya bersifat tambahan," katanya. "Teknologi ini tidak menghilangkan pekerjaan siapa pun dan justru membuat pekerjaan semua orang lebih menarik."
Rasa waswas wartawan cukup beralasan. Mereka melihat bagaimana mesin dan robot telah menggantikan pekerja manusia di pabrik-pabrik mobil atau perangkat elektronik. Para juru warta selama ini masih yakin profesi mereka aman dari otomatisasi. Namun, ketika AP mengumumkan penggunaan "tenaga kerja robot", kabar kepanikan terdengar menyebar ke meja-meja redaksi media massa di berbagai belahan dunia.
Namun, menurut CEO Automated Insights Robbie Allen, kekhawatiran itu terbilang prematur. Program penulis berita tidak didesain untuk menggantikan peran wartawan. Apalagi teknologi kecerdasan buatan sampai saat ini belum menunjukkan tanda akan mengalahkan kecerdasan otak manusia. "Otomasi hanya mempermudah pekerjaan wartawan," ujarnya seperti dikutip Slate.com.
Toh, artikel yang dihasilkan Wordsmith masih memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya membubuhkan komentar bernada nyinyir di dalam laporan. Belum lagi soal gaya bahasa atau gaya penulisan, yang tentunya khas bagi setiap wartawan. Allen mengatakan kekuatan robo-journalism memang tidak terletak pada kemampuan penulisan berita, tapi lebih ke pengolahan data. Teknologi ini membantu menyajikan bermacam data yang melimpah menjadi narasi yang mudah dicerna pembaca.
Misalnya terlihat pada berita gempa buatan Quakebot. Jika diperhatikan, semua berita memiliki format penulisan yang sama. Hanya data kekuatan gempa, lokasi, dan waktu kejadian yang berganti sesuai dengan pasokan data dari USGS. Kita mungkin bosan membaca laporan yang dibikin oleh Quakebot. Namun justru informasi yang terbilang "minimalis" itulah yang sejatinya dibutuhkan pembaca dalam waktu cepat.
Mahardika Satria Hadi
Mencerna Tumpukan Data
Teknologi Wordsmith buatan Automated Insights tak hanya digunakan oleh Associated Press. Samsung, Yahoo!, dan Microsoft juga memanfaatkannya untuk mengolah dan mencerna tumpukan data yang sangat besar. Berikut ini cara kerja Wordsmith.
1. Mengambil Data
Menelan data dari pelanggan, repositori publik, atau penyedia data pihak ketiga. Mampu menerima data dalam hampir semua format.
2. Menganalisis Data
Membuat matriks canggih yang mengelompokkan tren menarik, catatan, dan garis-garis. Menempatkan mereka ke dalam konteks historis.
3. Mengidentifikasi Data
Menemukan pola dan tren dalam data individu, menempatkan mereka ke dalam konteks. Membandingkan mereka terhadap data lain sehingga mudah dipahami.
4. Menyusun Struktur dan Format Laporan
Menyusun laporan naratif menggunakan bahasa tertentu yang menceritakan hasil pengolahan data. Bentuknya bisa dalam format apa pun: narasi yang panjang, artikel singkat, visualisasi, cuit, berita, dan lain-lain.
5. Publikasi Laporan
Didukung infrastruktur berbasis komputasi awan atau cloud, Wordsmith dapat mempublikasikan laporan secara real time melalui API, JSON, XML, Twitter, e-mail, situs Internet, dan perangkat bergerak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo