Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua bibit siklon 91S dan 93S yang berada di Samudera Hindia di sebelah selatan Jawa berada di balik hujan yang turun di banyak wilayah di Jawa Tengah sejak Minggu malam sampai Senin pagi ini, 8-9 Desember 2024. Proses penggabungan dua bibit siklon itu telah memicu fenomena badai squall line atau awan hujan yang bergerak membentuk kelurusan sejak Minggu malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fenomena itu semula hanya terpantau di atas daratan di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Belakangan terpantau pula terbentuk di Laut Jawa, atau di utara Jawa Tengah. "Squall line dari laut ini juga berpotensi masuk ke darat membuat hujan deras di pesisir utara Jawa Tengah membentang dari Brebes hingga Jepara," kata peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atomosfer BRIN, Erma Yulihastin, dalam keterangannya lewat akun media sosial X dan dikonfirmasi ulang pada Senin pagi ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Erma mengungkap itu lewat hasil pemantauannya sejak Minggu malam sampai Senin pagi ini. Terkini, dia menyampaikan kalau hujan deras meluas di Banjarnegara, Magelang, Wonosobo, Kebumen, Purworejo.
Hal itu senada dengan peringatan dini cuaca hujan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angina kencang yang dikeluarkan BMKG untuk wilayah Jawa Tengah pada pagi ini. Peringatan dini diberikan untuk wilayah, antara lain Wonogiri, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Temanggung, Kendal, Batang, Pemalang, Tegal, Brebes, dan Semarang.
Badai squall line di atas Jawa Tengah dan Laut Jawa yang terbentuk pada Senin dinihari, 9 Desember 2024, efek penggabungan bibit siklon 91S dan 93S di selatan Jawa. Dok.BRIN
"Seluruh Jawa Tengah harus waspada dan pemerintah daerahnya bersiap mitigasi dan antisipasi dimulai dari pagi ini," kata Erma. Meski tak mengharapkannya terjadi, profesor riset bidang klimatologi ini meminta kewaspadaan untuk kejadian banjir bandang.
Erma menerangkan, efek penggabungan bibit siklon yang sama juga sampai ke wilayah Jawa Barat, Jabodetabek, bahkan Kalimantan Selatan. Seluruhnya disebutkan mengalami hujan dinihari serta memiliki potensi hujan awet (persisten).
Penggabungan Bibit Siklon 91S dan 93S
Proses penggabungan dua bibit siklon terjadi lewat 91S yang tertarik ke 93S. Erma menjelaskan, bibit siklon di sebelah timur itu, atau di utara Australia, lebih kuat karena suhu muka laut di sana yang saat ini lebih panas.
"Anomali di sana sampai tiga derajat Celsius. Kalau di perairan Indonesia kan 1,5 sampai dua derajat anomalinya," katanya. Tekanan di pusat bibit siklon 93S juga disebutnya selisih 2 mb lebih rendah dibandingkan 91S, yakni 1001:1003 mb.
Berdasarkan analisis sementara ini, sistem badai itu akan mengarah ke daratan Australia. Meski begitu Erma menyatakan kalau pihaknya masih terus memantau perkembangan tersebut, mengantisipasi pembentukan pusat sistem badai baru di selatan Jawa Timur dan NTT.
Secara umum dia mengungkap kalau suhu muka laut yang menghangat seragam di banyak wilayah di Indonesia dan sekitarnya memicu banyak sistem badai tumbuh. Erma menunjuk Laut Cina Selatan di utara dan Samudera Hindia di barat dan selatan. Faktor lainnya adalah aktifnya fenomena gelombang atmosfer MJO dan Rossby.