Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak perlu jauh-jauh ke kutub untuk melihat iglo. Rumah berbentuk kubah itu kini dapat ditemukan di Sengir, sebuah dusun di Sleman, Yogyakarta. Iglo tersebut adalah rumah tahan gempa bagi para korban lindu setahun lalu di kawasan itu. ”Saya kaget karena bentuknya aneh, tapi setelah jadi ternyata bagus dan bisa ditempati,” kata Wagimin, 32 tahun, salah satu penghuni iglo, kepada Syaiful Amin dari Tempo pekan lalu.
Menurut Ikaputra, arsitek yang menjadi mitra Asosiasi Organisasi Nonpemerintah Dunia (WANGO)—lembaga yang menyediakan rumah tersebut—konsep dasar rumah ini menggunakan struktur monolit atau struktur tunggal menyatu mulai lantai hingga atap. Dengan struktur ini, seluruh bangunan akan menjadi penahan jika terjadi guncangan. Selain itu, fondasinya dibuat hingga kedalaman setengah meter.
Kompleks iglo di Sleman terdiri atas enam blok perumahan. Setiap blok dilengkapi fasilitas mandi-cuci-kakus. Rumah bulat ini memang tak punya kamar mandi di dalamnya. Setiap rumah memiliki garis tengah 7 meter dan tinggi 4,3 meter. Biaya pembangunannya relatif murah, Rp 7,8 juta. Tapi desain atap yang bulat tanpa talang air membuat kusen dan pintu cepat lapuk tersiram hujan.
Tangki Mini Etanol
Amerika Serikat terus berusaha mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Setelah Gedung Putih mencanangkan program pemanfaatan gas etanol, para peneliti di University of Missouri-Columbia merancang tangki khusus bahan bakar tersebut untuk kendaraan kecil (sedan dan minibus).
Sejak dikembangkan tiga tahun lalu, etanol belum menarik perhatian pemilik mobil. Sebab, gas ini harus disimpan di dalam tangki yang besar dan tebal karena tekanannya yang kuat. Hanya kendaraan besar, seperti bus dan truk, yang memakainya.
“Jika sedan Anda memakai etanol, tak ada lagi bagasi untuk barang-barang,” kata Peter Pfeifer, perancang tangki mini. Pekan lalu, Pfeifer mengatakan tangki yang sedang dia rancang lebih kecil daripada tangki bensin dan dapat diletakkan di kolong kendaraan.
Agar tangki itu bisa digunakan, etanol yang diolah dari batang jagung itu harus dikondisikan dalam tekanan serendah mungkin. Caranya, sisa-sisa batang jagung dijadikan briket karbon yang berfungsi mengisap dan menyimpan etanol.
Etanol Etanol atau ethyl alcohol merupakan gas hasil penyulingan tumbuhan. Etanol bisa dibuat dari jagung atau tumbuh lain yang bisa dijadikan tepung--antara lain gula, gandum, kentang, dan kedelai. Inilah proses pembuatan etanol.
- Penggilingan. Jagung digiling menjadi tepung.
- Pengadonan. Tepung jagung diaduk dengan air, dicampur enzim alpha-amylase. Adonan jagung dipanaskan pada suhu di atas 100 derajat Celsius untuk mengurangi bakteri pembusuk.
- Gula. Adonan didinginkan dan ditambahkan enzim gluco-amylase untuk mengubah adonan menjadi dextrose (zat gula).
- Peragian. Dextrose diberi ragi untuk memulai proses perubahan menjadi bir etanol dan karbon dioksida. Proses peragian berlangsung 40-50 jam.
- Distilasi. Bir hasil fermentasi terdiri atas 10 persen alkohol. Bir ini dipompa ke tabung distilasi untuk menghasilkan 95 persen alkohol.
- Pengeringan. Alat penyaring molekuler memisahkan air dari bir sehingga tersisa apa yang disebut anhydrous ethanol.
- Pencampuran. Etanol dicampur dengan bahan bakar minyak dengan komposisi 10-90 hingga 85-15 persen.
- Produk sampingan. Karbon hasil fermentasi dapat digunakan produsen pangan. Sedangkan sisa-sisa proses distilasi merupakan zat kaya protein untuk makanan hewan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo