Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Inovasi

26 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Robot Pembedah Tulang Belakang

OPERASI tulang belakang merupakan salah satu metode pembedahan yang rumit dan berisiko tinggi. Sedikit saja pisau dokter bedah melenceng, salah-salah pasien malah menderita lumpuh. Maklum, tulang belakang merupakan pusat susunan saraf manusia. Padahal, operasi bedah mungkin satu-satunya cara menyembuhkan pasien dari gangguan yang menimpa tulang belakang.

Kini ada cara untuk mengurangi risiko bedah tulang belakang. Para ilmuwan di Jerman telah menciptakan robot yang mampu melakukan operasi bedah tulang belakang dengan aman. Kehebatan kemampuannya terletak pada stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tangan manusia. Tidak seperti tangan manusia, dia tak mudah goyah.

Robot itu, misalnya, sanggup memasang sekrup ke dalam tulang belakang dengan akurasi sampai sepersepuluh milimeter. Sekrup tersebut dipakai untuk melekatkan jeruji besi penyambung tulang yang putus sehingga dapat stabil. Adapun gerakan robot dipantau melalui citra sinar-X di layar monitor.

Menurut Dr. Peter Weber dari Fraunhofer Institute for Biomedical Engineering, robot hanya merupakan salah satu cara dari beberapa alternatif yang saat ini sedang dikembangkan. Selain itu, untuk sementara robot baru dicoba mengoperasi boneka, belum manusia sungguhan. Seandainya berhasil kelak, robot akan digunakan untuk mengoperasi tulang leher, yang masih mustahil dewasa ini.

Biodiesel Ramah Lingkungan

RANJAU adalah musuh nomor satu para prajurit di medan tempur lantaran letaknya sulit dilihat oleh mata telanjang. Padahal, bila ranjau sampai terinjak, akibatnya sangat mematikan. Kalau bukan tubuhnya yang terburai, si penginjak bisa kehilangan kaki.

Demi mengurangi risiko menginjak ranjau, angkatan bersenjata Inggris mencoba hasil riset baru para ilmuwan militer, yakni sepatu antiranjau. Sekilas, bentuk sepatu antiranjau mirip sepatu bot pendaki gunung. Hanya, solnya sedikit lebih tebal, yakni 2,5 sentimeter. Sol tersebut terbuat dari butiran-butiran kerikil halus yang dibungkus resin melalui metode yang disebut TABRE (technology for attenuating blast related energy) atau teknologi peredam ledakan suatu energi.

Cara kerja TABRE begini. Begitu ranjau meledak dan menghantam sol, entakannya disalurkan ke ribuan kerikil tadi, sementara sebagian lagi dialihkan ke pelbagai penjuru. Dengan demikian, energi ledakan ranjau tersebar dan mengurangi efek fatal.

Aigis, perusahaan dari Derby yang mengembangkan sepatu itu, mengklaim produknya mampu menyerap 90 persen entakan energi dari sebuah ranjau yang meledak. Namun, tes menunjukkan pemakai sepatu masih mengalami patah tulang walau kakinya tetap utuh. Kendati demikian, pihak Aigis berkilah, daripada harus diamputasi, toh masih lebih baik menyambung tulang.

Sepatu Antiranjau

JIKA suatu ketika Anda berada di belakang knalpot mobil berbahan bakar solar, ditanggung Anda bakal sesak napas atau setidaknya pedih mata. Solar memang bahan bakar yang sangat mencemari udara. Tak aneh jika para pendekar lingkungan rajin gembar-gembor berkampanye menghapus solar sebagai bahan bakar lantaran tidak akrab lingkungan.

Dalam rangka mengupayakan lingkungan yang lebih sehat itulah, kini, para ilmuwan menciptakan apa yang disebut sebagai biodiesel untuk mengganti solar. Biodiesel merupakan bahan bakar hasil olahan minyak tumbuhan dan metanol atau etanol. Dia lebih kental dan mudah menguap ketimbang solar. Tingkat emisi karbon monoksida dan hidrokarbon yang dihasilkan dari pembakarannya pun lebih rendah 25 persen ketimbang solar. Pendeknya, bahan bakar ini lebih ramah lingkungan.

Dalam uji coba yang dilakukan para ilmuwan di West Virginia University dan disponsori oleh Biro Teknologi Transportasi Departemen Energi Amerika, awal Maret lalu, biodiesel terbukti menurunkan tingkat polusi dari mesin diesel truk. Hebatnya lagi, pemakaian biodiesel tak memerlukan modifikasi mesin.

"Biodiesel bermanfaat mengurangi ketergantungan pada minyak impor dan memperbaiki kualitas udara," tutur Mridul Gautam, Ph.D., guru besar di Department of Mechanical and Aerospace Engineering, West Virginia University, kepada situs berita ilmiah Science Daily. Itu sebabnya Gautam berharap biodiesel dapat menggantikan kedudukan solar suatu hari nanti, tentu saja dengan catatan: harga jualnya lebih murah atau setidaknya sama dengan solar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus