Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mesin Bedah Maya |
OPERASI, kini, bukan lagi sesuatu yang mengerikan bagi para calon dokter. Dokter-dokter senior mungkin juga tak perlu lagi "berburu" mayat untuk dibedah di meja bedah sewaktu mengajar mahasiswanya. Teknologi telah menyediakan mesin simulator untuk keperluan latihan bedah.
Mesin yang sebenarnya merupakan sistem pencipta realitas maya tiga dimensi (3D virtual reality system) ini sekarang dalam tahap pengembangan. Mesin bedah maya itu dikembangkan oleh lembaga riset Australia, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) dan Advanced Computational Systems (ACSys) Cooperative Research Center. Berkat mesin ini, kelak calon dokter bedah tak perlu benar-benar mengotak-atik tubuh pasien operasi. "Mesin tersebut menggantikan kedudukan seorang pasien," kata juru bicara CSIRO kepada TEMPO melalui surat elektronik.
Mesin simulasi dibuat serealistis mungkin. Calon dokter bedah benar-benar akan mengalami situasi sebuah operasi. Bila ia memotong satu jaringan, misalnya, alat-alat monitor pun bakal segera berkedip-kedip, menandakan tekanan darah pasien turun atau naik. Dia juga akan merasakan bagaimana pisaunya mengenai tulang bila salah mengiris jaringan. Kemampuan meniru serealistis mungkin yang dimiliki mesin bedah maya tersebut merupakan hasil kombinasi teknologi sistem citra tiga dimensi dan lengan robotik.
Membuat Tiruan Suara |
KARENA suatu sebab, kecelakaan misalnya, seseorang bisa kehilangan suara. Untuk mengembalikannya, dokter harus melakukan operasi dan serangkaian terapi. Cuma, biasanya, suara itu tetap tidak bisa kembali seperti semula.
Kini, para ilmuwan mempelajari cara membuat suara dinamik dan akustik semirip yang dimiliki manusia. Mereka mengerjakan serangkaian riset demi mewujudkan suatu alat yang dapat mengembalikan suara yang hilang. "Tujuan utama riset ini adalah meramalkan rencana dan risiko operasi untuk meminimalisasi efeknya pada suara," kata Luc Mongeau, associate professor di Jurusan Rekayasa Mekanika Universitas Purdue, Amerika Serikat, yang melakukan riset itu, kepada situs berita sains, Scientific Daily.
Mula-mula, Mongeau dan koleganya, Steven Frankel, yang disponsori National Institutes of Health, menciptakan suatu model tiruan bagian tubuh manusia yang menghasilkan suara dari plastik. Sebagai tambahan, periset menciptakan larynx tiruan, yakni suatu wadah di dalam kerongkongan yang berfungsi membungkus pita suara. Lalu, dengan bantuan komputer simulasi, dilakukan percobaan mengalirkan udara ke bagian tiruan tadi. Melalui perhitungan matematis rumit, para periset menghitung seberapa banyak udara yang mengalir, berapa banyak udara yang menggetarkan pita suara, dan akhirnya keluar sebagai suara.
Kelak, hasil riset tersebut tidak hanya akan membantu mengembalikan suara seseorang, tapi juga membantu para ilmuwan membuat suara robot lebih realistis, dan membuat mesin-mesin yang mengandalkan suara sebagai pengenal (voice recognition).
Ikhtiar 'Mengerem' Cahaya |
TAHUKAH Anda berapa kecepatan cahaya? Di ruang kosong, cahaya mampu melaju dengan kecepatan 297 ribu kilometer per detik (186 mil per detik). Itu berarti cahaya matahari hanya butuh waktu sekitar delapan menit untuk mencapai kulit kita, kurang lebih satu detik untuk menjilat bulan, dan dua juta tahun untuk sampai ke galaksi terdekat.
Namun, seorang ahli fisika Denmark dan timnya berhasil menemukan cara untuk memperlambat kecepatan cahaya yang luar biasa itu menjadi kurang dari 1,6 kilometer per jam (1 mil per jam), alias lebih lambat dari kecepatan orang berjalan kaki. "Anda nyaris bisa menyentuh cahaya," kata pimpinan riset, Dr. Lene Hau, dari Rowland Institute for Science dan Harvard University kepada BBC Online. Padahal, tahun lalu, mereka baru berhasil memperlambat cahaya sampai 60 kilometer per jam (38 mil per jam).
Metode yang dipakai Dr. Hau dan timnya untuk mengerem cahaya adalah penggunaan sekelompok atom yang ditempatkan dalam sebuah "Bose-Einstein Condensate (BEC)". Atom jenis ini didinginkan sampai ke suhu beberapa miliar di bawah nol derajat Celsius, yakni temperatur terdingin yang mungkin, ketika semua gerakan berhenti.
Cahaya akan melambat ketika melalui medium atom tersebut, sesuai dengan teori yang menyatakan kecepatan cahaya berkurang manakala melalui medium transparan, semacam air dalam gelas. Percobaan memperlambat kecepatan cahaya diharapkan membawa manfaat dalam pembuatan peralatan komunikasi, monitor televisi, dan kacamata malam hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo