Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

26 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mencegah Katarak

SETELAH 18 tahun dinyatakan berpenyakit buta yang tak bisa disembuhkan, Jean Baxter akhirnya bisa kembali melihat terang dunia. Sebelumnya, ibu, saudara perempuan dan laki-lakinya juga divonis buta akibat faktor keturunan. Hidup Nyonya Baxter yang kini berusia 39 tahun itu berubah ketika enam pekan lalu seorang dokter spesialis mata mengatakan kornea matanya seratus persen masih berfungsi sempurna. Warga Warlingham, Inggris, itu ternyata hanya menderita katarak, penyakit yang dengan teknologi masa kini bisa diatasi dengan operasi. Setelah kabut yang meyelimuti lensa matanya diangkat, Jean Baxter pun bisa kembali menikmati indahnya warna. "Ini sepenuhnya dunia baru," katanya kepada BBC News Online.

Katarak memang bisa memicu kebutaan. Namun, perkembangan pengetahuan tak hanya membuat penyakit ini bisa ditangani tapi juga bisa dicegah. Secara umum, risiko katarak bisa ditekan dengan menghindari paparan sinar matahari berlebihan. Sebuah penelitian yang digelar Institut National de la Sante et de la Recherche Medicale (INSERM) terhadap 2.584 warga Sete, kota kecil di Prancis, menunjukkan kaitan kuat antara katarak dan matahari. Penduduk yang sering terpapar sinar matahari punya risiko katarak empat kali lipat ketimbang yang tidak sering terpapar matahari.

Karena itulah para ahli kini gencar menyarankan agar kebiasaan memakai topi atau kacamata antisinar ultraviolet dimulai sejak anak-anak. Penelitian membuktikan, paparan sinar matahari pada anak-anak berakibat lebih buruk ketimbang pada orang dewasa.

Madu Melawan Bakteri

Peter Molan, pakar biokimia dari Universitas Waikato, Selandia Baru, punya cerita tentang ke-hebatan khasiat madu. Seorang perempuan Inggris, katanya kepada CNN Health, mengeluhkan abses yang tumbuh di bekas luka di bagian ketiak. Selama 20 tahun, pembengkakan itu timbul-tenggelam, kadang mengempis kadang membengkak. Berbagai antibiotik dicoba tapi tak ada yang sanggup mengikis secara total bengkak yang timbul karena bakteri itu. Lalu, wanita ini mencoba pengobatan dengan mengoleskan madu di abses. Ajaib. Setelah sebulan pengolesan intensif, pekan lalu absesnya sembuh total.

Sebenarnya, madu memang bukan barang baru bagi pengobatan. Selama ribuan tahun, madu tak pernah lepas dari dunia pengobatan tradisional. Secara ilmiah memang belum ada penjelasan menyeluruh. Merujuk kasus abses tadi, madu, antara lain, terbukti berkhasiat membunuh bakteri yang telanjur kebal terhadap antibiotik. Menurut Molan, kandungan hidrogen peroksida dalam madu yang dilepas pelan-pelan secara aktif membunuh berbagai kuman. Adapun zat lain, yang belum diketahui dengan pasti, berkhasiat menormalkan jaringan yang meradang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum