Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gadis berambut pendek itu tampak tekun di depan layar komputernya. Beberapa kali terlihat usahanya mencoba menyelesaikan animasi yang menggambarkan efek fatamorgana yang biasa terjadi di jalan raya yang panas.
Ita Nuraidah, gadis itu, sibuk membuat gambar bergerak berupa penampakan gelombang-gelombang air di udara yang panas itu senyata mungkin. Untuk itu, Ita banyak berdiskusi dengan Heru Sukandar, sang penulis naskah (scriptwriter) sekaligus sejawat yang bertugas menjaga agar karya animasi Ita tetap konsisten pada kaidah naskah, yang telah disadurnya dari berbagai buku teks dan referensi tentang efek fatamorgana.
Yang sedang dipersiapkan Ita, Heru, serta 13 rekan kerja lainnyaterdiri dari scriptwriter, illustrator, animator, dan programmer, di dapur kreatif PT Pesona Edukasi di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, merupakan upaya membuat sebuah peranti lunak pendidikan yang diharapkan dapat membantu proses belajar fisika menjadi mudah dimengerti dan menyenangkan.
Selain bab fatamorgana tadi, PT Pesona Edukasi juga merancang animasi untuk konsep gerak relatif. Konsep ini, oleh para perancang animasinya divisualkan dengan menampilkan gambar-gambar kendaraan di jalanan Jakarta. Ada gambar bus kota, mobil, sepeda motor, sepeda, hingga bajaj. Apabila tangan kita menggeser kursor dan mengklik gambar bajaj di monitor, maka kita akan dapat melihat efek gerak relatif kendaraan-kendaraan yang lain yang bertumpu pada bajaj. Begitu pula apabila kita mengklik obyek yang lain, kita akan melihat efek yang sama terhadap obyek itu.
Contoh lain tampak pada animasi yang menjelaskan perihal gaya berat. Konsep ini divisualkan melalui gambaran aktivitas bongkar-muat di pelabuhan seperti Tanjung Priok. Selain itu, ada bab tentang besaran dan satuan yang menampilkan gambaran yang sebenarnya: dengan menggerakkan kursor, kita dapat mengubah-ubah skala pada mikrometer sekrup dan jangka sorong.
Upaya membuat pelajaran fisika menjadi menyenangkan agaknya dirasa cukup berhasil. Paling tidak, seperti yang diakui Taura Violiza, siswi sebuah SMPN di Jakarta, "Saya merasa lebih mudah mengerti," ujarnya yakin. Tak hanya itu, peranti pelajaran yang menggunakan animasi seperti ini juga akan mampu meniadakan miskonsepsi dalam mata pelajaran itu. Karenanya, kerja cermat dengan diskusi di antara pembuat animasi dalam proses kreatif menjadi kewajiban.
Para animator tidak bisa berkreasi semaunya. Produk itu bertanggung jawab atas kecerdasan siswa di sekitar 450 sekolah di seluruh Indonesia, yang telah menggunakan peranti ini sejak 2001. Bahkan kini tidak sebatas pada wilayah sendiri, karena sejak diluncurkan versi bahasa Inggrisnya, pertengahan Mei lalu, Pesona Fisika dan Pesona Matematika segera dapat ditemukan pula di sekolah-sekolah di Singapura dan Malaysia. "Boleh dibilang kami pengekspor pertama peranti pendidikan semacam ini," kata Hary Sudiyono, Direktur PT Pesona Edukasi.
Berbeda dengan produk video yang dibuat Pusat Teknologi Komunikasi (Pustekkom), Informasi Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional, yang mencakup seluruh mata pelajaran di sekolah, pada peranti ini, menurut Hary, dibatasi produknya hanya pada fisika dan matematika. "Tidak semua mata pelajaran akan memberikan added value apabila divisualkan," kata dia. "Untuk mata pelajaran matematika kelas 3 SMA pun tidak kami buat karena bagaimana untuk memvisualkan bilangan pangkat n misalnya?"
Theresia Ang Le Tjien, pengajar fisika di SMU Kanisius Jakarta, sepakat soal itu. Dia menggunakan peranti Pesona Fisika hanya pada materi tertentu. "Animasinya memang bagus-bagus, tapi ada topik-topik yang akan lebih baik apabila siswa praktikum langsung," kata dia. Thresbegitu ibu guru ini biasa disapamengatakan, di beberapa sekolah, guru menjadi lupa dan lepas tangan karena adanya peranti semacam ini. "Ini harus tetap sebagai sarana bantu saja," kata dia seraya menambahkan, beberapa materi bahkan ada yang salah.
Sujanto, Direktur Kreatif PT Pesona Edukasi, menyatakan bahwa pihaknya tidak memungkiri kalau masih ada kesalahan yang terjadi dan edisi pembaruan selalu disediakan gratis. Meski begitu, peluang untuk terjadinya kesalahan telah diminimalkan dengan melibatkan para pakar seperti Masno Ginting, profesor di bidang penelitian fisika LIPI, dan Wono Setya Budhi, matematikawan dari Institut Teknologi Bandung, serta guru-guru senior yang sudah "ngelotok" di bidangnya.
Mereka tidak hanya memeriksa naskah dari tangan para scriptwriter, tapi juga setelah programer mengintegrasikan naskah, animasi, dan suara. Satu CD biasa diselesaikan dalam satu hingga satu setengah bulan, dan menghabiskan ongkos produksi hingga Rp 250 juta.
Menurut Sujanto, bagian tersulit dalam proses kreatif justru bagaimana menampilkan ide-ide visualisasi yang menarik bagi para siswa di Indonesia. Merenung, riset internet, dan diskusi dengan Ita dan kerabat kerja lain dilakukannya. "Semaksimal mungkin kami membuat visualisasi yang membumi," kata dia sambil mencontohkan animasi menendang bola pada bab gerak parabola berusaha untuk tidak meniru animasi peluru meriam seperti yang banyak terdapat dalam peranti asal luar negeri. "Betul-betul ala Indonesia," ujar pria lulusan Teknik Listrik sebuah universitas di Taiwan ini.
Bila dibanding peranti sejenis yang diproduksi di luar negeri, Hary berani mengklaim produk-produknya lebih baik. Dia mencontohkan pada beberapa bab yang diyakininya lebih unggul dari barang impor. Misalnya soal latihan bab besaran dan satuan. Begitu juga pada bola dalam bab gerak parabola. Tapi yang jelas, yang membedakannya adalah "interaktif dan random", katanya, menjelaskan keunggulan produknya.
Hary sadar benar, program edukasi dengan animasi sebagai proyek bisnis akan terbentur pada keterbatasan kemampuan sekolah di Tanah Air untuk dapat membeli paket CD dan sarana pendukung berupa komputer PC Pentium IV 2,6 GHz dan satu unit proyektor layar lebar. Sekadar contoh, Pesona Fisika untuk SMP Kelas 1 terdiri dari 11 CD (satu CD satu bab), dijual ke sekolah seharga Rp 10 sampai 15 juta dan dapat dipakai selama empat tahun. "Sepuluh persen saja dari total 200 ribuan sekolah yang ada, sudah lebih dari cukup," kata dia.
Hary mengimpikan, peranti Pesona Fisika dan Pesona Matematika mampu menarik perhatian pemerintah. "Kalau ada stasiun TV yang ingin menyiarkannya sebagai tontonan edukasi, saya akan sediakan paket-paketnyagratis," kata dia dengan penuh semangat.
Zacharias Wuragil
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo