Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kisah Helix dari Kafé Eagle

Cerita tentang penemuan struktur asam pembawa sifat genetis 50 tahun lalu. Ibarat pisau bermata dua, genetika maju pesat sekaligus mencemaskan.

9 Maret 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KITA sudah menemukan rahasia kehidupan." Kalimat itulah yang menandai ditemukannya struktur DNA (deoxyribonucleic acid atau asam deoksiribonukleat), yang memungkinkan para ahli mengetahui bagaimana sifat makhluk hidup diturunkan. Penemuan untuk menguak misteri kehidupan itu bukan terjadi di sebuah laboratorium, melainkan di pojokan sebuah kafé di tengah Kota Cambridge, Inggris. Saat itu, di sebuah meja di pinggir jendela Kafé Eagle, Francis Crick sibuk membuat banyak coretan sketsa asam amino—pembentuk protein—bersama koleganya, James Watson, yang sama-sama bekerja di Universitas Cambridge, untuk meneliti susunan asam itu. Struktur DNA mereka dapatkan setelah berjam-jam membuat sketsa. Kalender ketika itu menunjuk tanggal 28 Februari 1953.

Penemuan duet ilmuwan keturunan Inggris itu sudah bertahun-tahun berlalu. Inilah gol dari rangkaian riset tentang penurunan sifat yang telah dipelajari ratusan tahun sebelumnya, dan hingga kini manusia telah memperoleh banyak manfaat dari hasil coretan di Kafé Eagle itu. Masalahnya, benarkah mereka yang menemukan struktur DNA. Soal itu masih jadi perdebatan di saat para peneliti merayakan 50 tahun penemuan tersebut akhir bulan lalu.

Sebenarnya, ketika duet Crick-Watson menemukan rahasia kehidupan itu, para ilmuwan hayati sudah memahami cara kerja hereditas, sel, enzim, protein, DNA—bagian-bagian terpenting dari ilmu genetika. George Mendel, misalnya, dengan percobaan penyilangan kacang polong berhasil menemukan prinsip pewarisan sifat (hereditas) di abad ke-18—suatu hal yang masih diajarkan di sekolah menengah hingga hari ini. Istilah sel dan gen juga sudah ditulis Mendel sebagai "sesuatu yang menentukan sifat"—tanpa bisa menjelaskannya lebih detail. Di tahun 1944, Oswald Avery mulai mengenalkan istilah DNA sebagai pembawa sifat, dan bukan protein. Susunannya juga sudah terpetakan, yakni terdiri dari air, fosfat, gula, dan empat macam basis yang diberi nama adenin, timin, guanin, dan sitosin. Itulah inti penyusun gen itu. Sayangnya, ia berhenti sampai peristilahan saja karena tak berhasil menyelidiki mekanismenya. Sedangkan skema penyandian asam itu sudah pernah dikerjakan oleh George Gamow, fisikawan pencetus Teori Big Bang, mirip dengan skema yang dikembangkan dua ilmuwan di atas.

Yang belum terjawab adalah seperti apa struktur si pembawa sifat, untuk memahami cara kerjanya. Ilmuwan yang dianggap pertama kali menemukan struktur awalnya, menurut situs BBC, adalah Rosalind Elsie Franklin, doktor wanita yang saat itu juga sedang melakukan penelitian di Cambridge. Dengan mempelajari hasil pemotretan sinar-X terhadap DNA, Franklin menyimpulkan bentuknya kira-kira seperti helix—bentuk rantai anak tangga—dan berganda. Nyatanya, duet peneliti Watson-Crick dan seorang peneliti lain, Maurice Wilkins, yang diakui sebagai penemu struktur DNA dan karena itu berhak menerima hadiah Nobel di tahun 1962. Penyebabnya adalah mereka yang pertama kali mempublikasi dan mengklaim struktur double helix sebagai temuan mereka, seperti yang mereka kemukakan di majalah Nature Edisi 2 April 1953 (lihat, Dalam Bayangan Rosalind Franklin).

Perdebatan tentang siapa penemu pertama struktur DNA agaknya akan terus jadi misteri karena para penelitinya sendiri sudah lama tiada. Yang tidak lagi jadi misteri adalah pentingnya struktur DNA yang mirip ular tangga itu. Jawaban paling penting yang mereka dapatkan, dengan struktur demikian, ia bisa bereplikasi dan bersintesis. Di dalam struktur rantai anak tangga berganda, setiap basis yang terdiri dari empat untaian itu saling berpasangan. Maka, mereka bisa digandakan. Prinsip penggandaan ini sederhana saja, kedua untaian itu bisa saling menjauh dan segera membentuk struktur DNA baru. Adenin berpasangan dengan timin, dan guanin dengan sitosin. Begitu seterusnya. Ketika seorang bayi dikandung, otomatis ia mewarisi sifat-sifat bapak dan ibunya, yang berasal dari gen di sel telur dan sperma.

Inilah penguakan rahasia hidup, seperti yang dibisikkan oleh Watson. Rahasia hidup makin terkuak dengan berbagai penemuan lainnya, seperti penemuan struktur asam ribonukleat (RNA) yang berfungsi sebagai pembawa pesan genetis dari DNA ke pabrik protein. Delapan tahun setelah tulisan di Nature, Marshall Nirenberg menemukan kode genetis. Yang terakhir, penemuan cara kerja ribosom dalam sel melengkapi pemahaman tentang protein. Bermula dari penemuan di Kafé Eagle itu, para ilmuwan kini bisa memahami bagaimana satu sifat genetis mendominasi yang lain, dan membuat sifat-sifat unggul tetap bertahan.

Apakah pemahaman ini sudah diketahui oleh duet penemu tersebut? Dalam bukunya yang terkenal, The Double Helix, dengan terus terang Watson mengakui bahwa ia tidak terlalu tahu banyak apa saja dampak dari penemuannya itu.

Jawaban justru datang dari berbagai pusat riset, terutama dari kalangan pengusaha. Penemuan itu rupanya bisa dipakai untuk menghasilkan uang jutaan dolar, mulai dari pemakaian DNA pada kedokteran forensik, deteksi mikroba penyebab berbagai penyakit, tes paternalitas untuk mengetahui asal-usul keturunan, sampai dua hal yang paling kontroversial, yakni menciptakan tanaman transgenik dan menggandakan (kloning) makhluk hidup, termasuk manusia.

Ini bukan mimpi. Sudah ada domba hasil kloning atau pelbagai tanaman transgenik. Memang belum sempurna, karena domba Dolly harus dimatikan lantaran berbagai penyakit kelainan gen. Protes terhadap percobaan ini merebak. Manusia telah mempermainkan kehidupan dan melampaui Tuhan, begitu kata para pemrotes. Tapi kloning manusia, kata beberapa ilmuwan, tak akan berhenti karena satu kegagalan saja. Seperti yang diduga oleh Abdi Dharma, pakar bioteknologi dari Universitas Andalas, Padang, teknologi hayati hampir tak bisa dicegah, "Pengembangannya tinggal menunggu waktu," katanya.

I G.G. Maha Adi, Budi Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus