Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Berita Tempo Plus

Konsumsi Sayuran Cegah Kanker Usus

Zat kimia dalam sayuran dapat menjaga kesehatan usus dan mencegah kanker usus.

9 Desember 2020 | 00.00 WIB

Konsumsi
Sayuran
Cegah
Kanker Usus
Perbesar
Konsumsi Sayuran Cegah Kanker Usus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah studi baru dari Francis Crick Institute, London, menemukan bahwa zat kimia yang ada dalam sayuran, seperti kale, kubis, dan brokoli, dapat membantu menjaga usus sehat. Selain itu, kandungan dalam sayuran itu dapat mencegah kanker usus besar.

Hasil penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Immunity itu menjelaskan manfaat kesehatan dari diet kaya indole-3-carbinol (I3C). I3C diproduksi dalam tubuh ketika sayuran dari genus brassica dicerna.

Sayuran dalam keluarga brassica, antara lain, adalah brokoli, kembang kol, kecambah brussel, kubis, dan kale. Hasil penelitian mereka pada tikus menunjukkan bahwa tikus yang diberi diet kaya I3C terlindung dari peradangan usus dan kanker usus besar.

Karena itu, penelitian ini memberikan bukti nyata pertama bahwa I3C dalam diet dapat mencegah peradangan usus besar dan kanker, dengan mengaktifkan protein yang disebut reseptor aril hidrokarbon (AhR).

AhR bertindak sebagai sensor lingkungan, mengirimkan sinyal ke sel-sel kekebalan dan sel-sel epitel di lapisan usus. Protein ini berfungsi melindungi manusia dari respons inflamasi ke triliunan bakteri yang hidup di usus.

”Kami mempelajari tikus yang direkayasa secara genetik dan tidak dapat menghasilkan AhR dalam usus mereka. Kami menemukan mereka mudah terkena peradangan usus yang berkembang menjadi kanker usus besar,” kata Amina Metidji dari Francis Crick Institute.

Namun, Metidji menambahkan, ketika tikus diberi makanan kaya I3C, peradangan atau kanker tidak berkembang. ”Yang menarik, ketika tikus yang terkena kanker beralih ke diet kaya I3C, tumor di tubuh mereka jauh lebih sedikit dan lebih banyak yang jinak.”

Dengan mempelajari hal tersebut, para peneliti menemukan bahwa AhR sangat penting untuk memperbaiki sel epitel yang rusak. Tanpa AhR, sel induk usus gagal berdiferensiasi menjadi sel epitel khusus yang menyerap nutrisi atau menghasilkan lendir pelindung.

Pemimpin Francis Crick Institute, Gitta Stockinger, mengatakan banyak yang berpikir kanker usus besar sebagai penyakit yang diakibatkan diet kaya lemak dan sedikit sayuran. “Banyak sayuran menghasilkan bahan kimia yang membuat AhR terstimulasi dalam usus,” kata Stockinger.

Stockinger menambahkan, faktor lingkungan dan genetik dapat mempengaruhi adanya kemungkinan seseorang didiagnosis mengidap kanker. Konsumsi makanan sehat merupakan bentuk pencegahan yang sangat efektif.

“Temuan ini mungkin bisa mengurangi risiko kanker dengan mengadopsi diet yang tepat dengan banyak sayuran.” Ke depan, para peneliti berharap dapat melakukan percobaan lebih lanjut pada usus manusia.

Pakar Cancer Research UK untuk diet dan kanker, Tim Key, mengatakan penelitian ini menunjukkan bahwa bukan hanya serat dalam sayuran yang membantu mengurangi risiko kanker usus. “Tapi juga molekul yang ditemukan dalam sayuran ini,” kata Key.

Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa pola makan sehat dan kaya sayuran sangat penting. Penelitian lebih lanjut akan membantu mencari tahu apakah molekul dalam sayuran ini memiliki efek yang sama pada manusia.

SCIENCE DAILY | CRICK INSTITUTE | FIRMAN ATMAKUSUMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus