Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kubah Beton Kerangka Tipis

Kristian de pudjiadi dari pt monolitik utama indonesia memperkenalkan dua jenis struktur monolit concrete dome & ekonospan steel round. lebih sejuk dan tahan api. cocok untuk pabrik, gedung, dsb. (ilt)

12 Oktober 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAKIN banyak saja pilihan di bidang konstruksi. Kini di antara pilihan itu muncul Struktur Monolit (SM), sebuah teknik yang dikembangkan Monolithic Constructors Inc., Idaho, AS. "Tahun ini kami memperkenalkan konstruksi itu di Indonesia," kata Kristian de Pudjiadi, B.Sc., yang mengaku sudah memperolch lisensi dari perusahaan AS itu sejak tiga tahun lalu. Melalui perusahaannya, PT Monolitik Utama Indonesia, Kristian memang sedang getol-getolnya menjajakan SM. "Struktur ini cocok untuk pabrik, gudang, gedung pameran, gelanggang pacuan kuda, sarana olah raga tertutup, bahkan hanggar pesawat terbang," katanya kepada TEMPO, pekan lalu. Ia tidak lupa menjanjikan, struktur ini "kuat, ekonomis, antikarat, dan tahan api". Di negeri asalnya, teknik ynag dikembangkan David, Barry, dan Randy South ini juga disebut "teknologi struktur kerangka tipis". Struktur kerangka tipis sendiri, sebetulnya, sama tuanya dengan arsitektur. Tetapi, di zaman dulu, para developer menggunakan alat pembantu yang bukan mainnya banyaknya, sehingga dibutuhkan biaya tinggi dan waktu lama. South bersaudara datang dengan teknik "revolusioner", dan pendekatan yang sama sekali baru. SM pertama dibangun sebagai wadah penyimpanan air di Utah, di Canyon Meadows, AS. Dengan kapasitas 150 ribu galon, desain bangunan ini disiapkan oleh Arnold Wilson, profesor rekayasa pada Universitas Brigham Young di Provo. Di sini, "Kami menawarkan dua jenis SM," kata Kristian. Masing-masing disebut Concrete Dome dan eKonospan Steel Round Building. Yang pertama merupakan bangunan beton berbentuk kubah, sedangkan yang kedua berwujud bangunan setengah lingkaran dari besi. Keduanya dibangun tanpa kolom dan kerangka penyangga. Untuk membuat sebuah kubah SM bergaris tengah 35 meter dan tinggi 10,5 meter, dibutuhkan waktu paling lama dua bulan. Pembangunannya dilakukan dengan prosedur konstruksi "mundur". Mula-mula dengan menggembungkan semacam "balon" yang terbuat dari bahan tenunan berlapiskan plastik yang diperkuat. Dengan mesin takal bagian dalam "balon" di semprot setebal 5 sampa 10 cm dengan urethane sejenis busa isolasi plastik. Busa dengan sel-sel berisi freon ini tahan air dan memiliki kekuatan yang andal. Setelah pembesian dilakukan, masih dari bagian dalam, beton disemprotkan setebal 5 sampai 10 cm. Langkah terakhir adalah melepaskan "balon" dan menyemprotkan coating (lapisan penutup) dari permukaan sebelah luar. Bisa juga "balon" ditinggalkan sebagai penguat tambahan. Kemudian, dipasanglah pintu dan jendela bangunan. Isolasi busa menjanjikan pula daya tahan bangunan terhadap api. Di AS, misalnya, biaya asuransi kebakaran SM rata-rata sekitar 90% lebih rendah ketimbang bangunan lainnya. Bentuk kubah menghasilkan kekuatan yang merata ke seluruh ruangan. Penghematan energi dicapai, antara lain, dengan terjaganya suhu rendah oleh busa urethane tadi, sehingga alat pendingin ruangan tidak perlu disetel ke batas maksimal. eKonospan, konon, lebih praktis lagi. Pembangunan bangsal berbentuk setengah lingkaran ini bisa diselesaikan dalam dua minggu dengan tenaga kerja delapan orang, termasuk seorang tenaga ahli. Panel-panel besi sebagai struktur bangunan dibuat langsung di tempat. Proses penyambungan antarpanel dilakukan dengan mesin khusus, tidak memerlukan paku dan sekrup. Menanggapi SM, "Semua konstruksi baik, sepanjang ia memenuhi kriteria dan persyaratan sebuah bangunan," kata Ir. J. Liman B.E., Sekretaris Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI). "Dan yang paling penting, cocok dengan fungsinya." Dalam kriteria dan persyaratan tadi terlibat faktor biaya, waktu membangun, dan kualitas fisik bangunan. Liman mengakui, "SM merupakan hasil penemuan baru, dan banyak mempunyai kelebihan." Dengan meletakkan insulasi urethane di permukaan sebelah luar, misalnya, bahaya kebakaran memang menjadi lebih rendah. Wujud kubah itu juga membagi rata kekuatan bangunan, sementara kerendahan suhu bisa dipertahankan karena sinar matahari bisa dipantulkan ke luar oleh insulasi tadi. Hanya saja, dengan sistem penyemprotan kualitas beton agak diragukan, bila dibandingkan dengan sistem pengecoran konvensional. "Dalam sistem semprot, koral, air, dan semen menjadi terbatas," kata Liman. Tetapi, sistem semprot memang lebih andal terhadap kebocoran. Yang patut dipertimbangkan juga, agaknya, ialah keserasian struktur ini dengan lingkungan di sekitarnya. Karena itu, bisa dimaklumi, kalau Liman menganggap SM kurang sesuai diterapkan secara masal, paling tidak untuk sementara ini. "Untuk rumah Perumnas atau rumah susun, misalnya, konstruksi ini perlu dipertimbangkan lebih matang," katanya. Diam-diam, sebetulnya, kita sudah memiliki bangunan dengan konstruksi setengah lingkaran, yaitu Teater Keong Emas di Taman Mini Indonesia Indah. Hanya saja, sistem pembangunannya masih konvensional, tidak meng-gunakan "balon", dan insulasinya diletakkan di lapisan sebelah dalam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus