Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Tiga mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Hendra Putra, Salman Abdillah dan Reza Wahyu Kumana membuat sistem pengawasan ujian bernama digital EXAMINER yang bisa mendeteksi kecurangan ujian. "Pengawasan dalam ujian yang tidak sering diteliti menjadi alasan kami mengembangkan proyek ini," ujar Hendra, seperti dilansir Direktorat Humas dan Publikasi ITB, Kamis, 7 Juni 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setiap pengawas, kata Hendra, dituntut jeli dalam mengenal dan mengetahui bentuk kecurangan ketika ujian berlangsung. Terkadang, dia berujar, kecurangan luput dari pantauan seorang pengawas. Ketidakjelian tersebut bisa terjadi akibat kelelahan atau kebosanan pengawas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami terinspirasi membuat sistem pengawasan digital berbasis deteksi gestur tubuh, yang sempat dipamerkan dalam acara tahunan Elevtrical Engineering Day 2018 (EEDay) yang digelar Mei lalu. Mereka mengerjakan proyek untuk diajukan sebagai tugas akhir, proyek tersebut dikerjakan selaman 4,5 bulan.
Rekan satu tim Hendra, Salman, menjelaskan bahwa sistem EXAMINER ditentukan oleh gestur tubuh berdasarkan pergerakan sendi yang akan direkam oleh sensor gerak yang mendeteksinya. Sensor gerak itu, kata Salman, bernama Kinect Sensor, umum digunakan dalam permainan yang bergerak.
Keterbatasan Kinect Sensor dalam mendeteksi objek dibantu oleh sub sistem You Only Look Once (YOLO). YOLO dapat mengidentifikasi objek yang terekam oleh empat kamera dalam ruangan 4x4 meter. "Kinect Sensor dapat merekam seperti isyarat jari, pergerakan tangan yang membuka kertas, mengulurkan tangan dan pergerakan leher yang menengok," tambah Salman. "YOLO akan mendeteksi objek berupa gerakan tersebut."
Setelah gerakan teridentifikasi oleh kedua sistem tersebut, sub sistem terakhir bernama RabbiyMQ yang akan mengirimkan daya berupa tangkapan layar kepada pengawas secara terintegrasi. "Hasil tangkapan layar terkirim kepada si pengawas dalam waktu sekitar satu atau dua detik, sehingga sistem ini dapat dikatakan real-time system," kata Salman.
Akurasi sistem dapat mendeksi gerakan mencapai 94 persen dalam 200 kali percobaan. Sistem dapat melakukan pengawasan hingga 3 jam. Namun, sistem masih memiliki keterbatasan seperti jangkauan yang dipengaruhi oleh objek yang diamati, cahaya, sudut pemasangan sensor dan pemasangan kamera.
"Cahaya dalam ruangan dan sudut pemasangan IP Camera sangat mempengaruhi proses pendeteksian. Selain itu, saat ini EXAMINER hanya mampu merekam sebanyak enam objek saja," tambah Salman.
Simak kabar terbaru dari ITB hanya di kanal Tekno Tempo.co.