TULANG Bawang di Lampung nanti bukan hanya sekedar jadi lokasi
transmigran. Kecamatan itu akan terkenal karena proyek pembuatan
etanol untuk bahan bakar. Hal ini terungkap pekan lalu dalam
simposium berjudul Alkohol sebagai baban bakar alternatif, yang
berlangsung di Hotel Hilton, Jakarta.
Simposium itu menunjang gagasan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) untuk merintis industri pembuatan alkohol
sebagai bahan bakar. Sejak tahun lalu Menteri Negara Ristek, Dr.
Ing. B.J. Habibie sibuk mewujudkan gagasan itu (TEMPO 24 Mei
1980). Sebagai sasaran jangka pendek, Habibie merencanakan
sebuah pilot plant yang akan memproduksi etanol dengan kapasitas
5 juta liter setahun. Ini diperoleh dari ubi jalar dan singkong.
Penanamannya bisa dilakukan para petani transmigran, Ini
diharapkan sekaligus meningkatkan pendapatan mereka. "Bahkan
justru ini merupakan tujuan proyek pembuatan etanol itu," ujar
Habibie.
Sambil bersimposium, BPPT yang bekerjasama dengan PT Federal
Motor dan PT Honda Federal memperagakan sejumlah mesin yang
dijalankan dengan bahan bakar alkohol. Antara lain derum mesin
sepeda motor mengiringi bau alkohol. Sepeda motor itu, Honda CG
125, tidak berciri khusus meski dijalankan alkohol. Hanya
pengamat teliti akan bisa melihat perbedaan pada desain
karburator. Juga diperagakan di situ pompa air, generator
listrik dan pompa tangan.
Para ahli perusahaan Honda di Jepang konon cukup pusing mengubah
mesin standar 4-tak dari kelas 125 cc dan 400 cc, hingga bisa
menggunakan alkohol sebagai bahan bakar. Problem terbesar
ditimbulkan sifat alkohol yang selain mengandung sebagian air,
juga cenderung menarik air dan secara kimiawi sangat aktif. Ini
menimbulkan karat pada bagian logam dan merusak bagian karet,
terutama pada bagian seperti tanki bahan bakar karburator dan
saluran bahan bakar. Mengganti jenis bahan serta melapis bagian
dalamnya dengan bahan antikarat ternyata bisa mencegah gangguan
ini.
Problem kedua ialah tingginya titik letup pada alkohol dan
lamban ia menjadi uap. Dengan menggunakan suatu alat perangsang
yang meningkatkan permukaan bahan bakar dalam karburator waktu
start, hal ini pun bisa diatasi. Juga rendahnya kadar kalori
pada alkohol menimbulkan masalah efisiensi. Tapi karena nilai
oktan pada etanol lebih tinggi dari premium, efisiensi itu bisa
disamakan dengan menaikkan kompresi. Dan ini bukan problem.
"Mudah saja dengan mempertinggi kop silinder," ucap Kenjiro
Okajasu, direktur pelaksana Honda Motor Company kepada TEMPO.
Okajasu menjelaskan bahwa harga mesin alkohol memang sedikit
lebih tinggi dibanding mesin bensin sejenis. Ini disebabkan
semua mesin yang diperagakan dikembangkan dari mesin standar
bensin. "Bila nanti diproduksi secara masal, harganya akan
sama," ujar Okajasu. Di Brasil, misalnya, sepeda motor tipe CG
125 bermesin alkohol mulai diproduksi bulan ini oleh Honda Motor
do Brazil Ltd.
"Kita tak usah pusing membuat mesin alkohol," ujar Habibie,
"Biar mereka yang mengembangkan teknologi itu. Kita
mengkhususkan pada teknologi pembuatan etanol," Program itu
agaknya sudah mencapai momentum. "Semua sudah selesai," ujar Ir.
Wardiman, Asisten I Menteri Negara Ristek. Ia memimpin Tim
Proyek Alkohol yang terdiri dari wakil berbagai departemen dan
sejumlah ahli BPPT.
Hasil persiapan tim itu baru saja dimantapkan lagi dalam suatu
lokakarya tentang etanol. Sejumlah ahli dari National Academy of
Sciences (NAS) di Amerika Serikat ikut membahasnya. Segera
semua hasil itu mendasari desain pabrik yang akan dibuat
Salzgitter Industriebau GmbH, suatu perusahaan Jerman Barat.
Sebagian besar pembuatan pabrik itu akan ditenderkan kepada
perusahaan konstruksi nasional. Pembangunan fisiknya, menurut
rencana, dimulai April. Selain pabrik etanol itu juga akan
dibangun suatu pusat penelitian pertanian, suatu laboratorium
dan pusar latihan. Semua itu meminta biaya sekitar US$ 8 juta
(Rp 5 milyar) dan diharapkan berproduksi menjelang November
1982.
Produksi etanol di Indonesia setiap tahun direncanakan mencapai
sekitar 42 juta liter dari 10 pabrik utama. Etanol yang
diperoleh dari pengolahan tetes hasil sampingan pembuatan gula
tebu - -terutama disalurkan ke industri minuman keras, farmasi,
kosmetika serta industri kimia lain.
Tapi harga etanol produksi dalam negeri ini cukup tinggi.
Stephanus Rulan dari Imora Motor yang menunggu generator listrik
di simposium itu mengatakan: "Kami beli alkohol untuk mesin ini
Rp 1000 seliter."
Limbah Pertanian
Bagaimana harga ini bisa bersaing dcngan premium yang cuma Rp
150? Itu termasuk tugas penelitian di pilot plant Tulang
Bawang nanti. "Harus dicari suatu mekanisme menurunkan ongkos
produksi," ujar Habibie. Tapi satu tahun lagi Habibie yakin
harga BBM pasti naik.
Masalah harga juga dikemukakan Hitoshi Shozawa di simposium itu.
Menurut ekonom dari Lembaga Ekonomi Energi di Tokyo itu,
kenaikan harga BBM dengan 20% per tahun, bisa dianggap wajar.
Tapi selain itu komponen cukai sebesar Rp500 setiap liter
alkohol di Indonesia menyebabkan harganya demikian tinggi.
Harga etanol produksi Lampung dengan ubi jalar dan singkong
sebagai bahan dasar ditaksir hanya Rp 335 per liter, kata
Wardiman. Mungkin harganya bisa ditekan lagi dengan
menyempurnakan proses produksi, dengan teknologi baru.
Sebagian terbesar energi terpakai di tahap persiapan proses
pembuatan etanol seperti memasak. Juga di tahap penyelesaian
seperti menyuling. Justru bukan di tahap fermentasi yang
sebetulnya terpokok. Di Jepang saat ini dikembangkan tahap
persiapan nonmasak dan tiap penyelesaian nonsuling. Kedua
metode itu mengurangi separuh sampai sepertiga pemakaian total
energi hingga jelas sangat menurunkan ongkos produki. Apalagi
seperti direncanakan di Lampung, bagian terbesar erergi itu
diperoleh dari pembakaran limbah pertanian, menghemat pemakaian
BBM yang mahal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini