Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kurima butuh helikopter

Gempa tektonik di kurima ir-ja, melanda 14 kampung, beberapa ratus orang meninggal, tim penyelamat mendapat kesulitan karena lokasi yang ditimpa bencana berguncang gunung lembah-lembah terjal. (dh)

7 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AREAL seluas 50 km persegi yang semula hijau berubah menjadi kuning kemerahan. Gunung-gunung dan punggung bukit terkelupas dan gundul. Batu-batu besar berguguran, disertai longsoran tanah yang menyebabkan rumah-rumah penduduk di lereng bukit dan ngarai terbabat habis. Ada 14 kampung di Kecamatan Kurima, Jayawijaya (Ir-Ja) dengan penduduk sekitar 2.000 jiwa lenyap tertimbun tanah dan batu setebal 150 sampai 200 meter. Ratusan penduduk terjebak di dalam tanah longsor, dan ribuan lainnya panik berlarian menyelamatkan diri. Sebagian sampai ke kediaman Pendeta Clark (37 tahun) seorang misionaris Katolik di Lembah Lolat, Kabupaten Jayawijaya. Kepada pendeta itu, penduduk berkoteka melaporkan "tanah bergoyang" -- istilah orang Ir-Ja untuk gempa bumi di kampung mereka. Paginya Pastor Clark menghubungi perwakilan misi di Jayapura meminta pesawat untuk mencek keadaan gempa itu. Laporan pendeta ini adalah berita pertama yang sampai ke Jayapura tentang musibah yang melanda 14 kampung di Kecamatan Kurima, Kabupaten Jayawijaya, dekat perbatasan dengan Papua Nugini. Hari itu juga, Rabu 21 Januari, Gubernur Ir-Ja, Busiri Suryowinoto (yang waktu itu baru sehari menjadi gubernur), bersama Muspida dan John Karitji, Direktur Penerbangan Mission Aviation Fellowship (MAF) dengan pesawat terbang kecil meninjau lokasi gempa. Dari udara bisa disaksikan, kampung-kampung yang tertimbun batu-batu dan tanah. Bahkan Sungai Solo yang mengaliri lembah itu, tersumbat oleh tanah longsor, sehingga genangannya membentuk danau. Di hari pertama tim SAR dan tim bencana yang dibentuk Pemda diperkuat juga oleh misi dan masyarakat sekitar berhasil mengeluarkan 15 orang yang telah meninggal. Sepekan kemudian diketahui korban yang meninggal berjumlah 271 orang. Jumat pekan lalu, korban yang berhasil ditemukan meninggal mencapai 305 orang. "Sangat sulit mencari korban yang tertimbun, dan menghitung jumlah korban yang belum ditemukan," kata J. Buce Rahakbauw, Humas Pemda Tk. I Ir-Ja yang ikut terjun ke lokasi bencana. Sulitnya, tim-tim penyelamat tidak bisa berbuat banyak. Lokasi yang ditimpa bencana bergunung-gunung dengan lembah-lembah terjal seperti umumnya daerah Ir-Ja. Cuaca yang terus memburuk, juga menjadi halangan besar bagi tim untuk menyelamatkan korban-korban di bawah tanah sedalam 150 meter. Hanya 1 Pesawat. Sarana angkutan ke tempat bencana, juga sangat minim. Satu-satunya helikopter yang ada, hanyalah milik MAF, tipe Huges dengan kapasitas 3 orang penumpang. Helikopter itu sudah digunakan terus menerus mengangkut makanan dan minuman serta penduduk yang berhasil diselamatkan dari tempat bencana. Sayangnya helikopter itu hanya bisa digunakan 3 jam sehari, karena setelah jam 12 siang, medan bencana ditutupi kabut tebal. Minimnya sarana ini, menyebabkan bantuan Depsos sebanyak 24 ton beras dan 30 kg obat-obatan dari Depkes sulit dibawa ke tempat bencana -- sampai pekan lalu masih menumpuk di Posko Satkorlak Wamena. Pihak Pemda sudah meminta bantuan makanan dan tambahan pesawat dari SARNAS Pusat, tapi sampai Rabu pekan lalu bantuan itu belum muncul. "Kami hanya butuh helikopter, kalau tenaga sudah cukup," keluh Rahakbauw. Gempa tektonik yang memporakporandakan Kecamatan Kurima itu berkekuatan 6,8 skala richter. Lokasi sumber gempa diperkirakan di pegunungan Jayawijaya yang berbatasan dengan Papua Nugini. Getaran gempa tercatat di Pusat Informasi Gempa di Golden Colorado AS. Wilayah yang sama pada 1976 pernah pula mengalami bencana dengan kekuatan yang sama. Saat itu gempa mengguncang areal seluas 7.500 kmÿFD, melanda tiga kecamatan yaitu Kurima, Oksibil dan Okbibab, yang semuanya berpenduduk 8.000 jiwa. Korban yang tewas ketika itu tercatat 724 orang. Tiga bulan berikutnya, Oktober 1976 daerah itu kembali disabet gempa dengan kekuatan 6,5 pada skala richter. Korban yang meninggal 118 jiwa. Wilayah Indonesia memang dijuluki negara "gempa bumi" paling aktif. Karena Indonesia terletak di garis perpotongan dua sistem gempa bumi. Sistem pertama dinamakan jalur sirkum Pasifik melewati daerah Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Irian Jaya Utara. Garis sistem lainnya dinamakan jalur sirkum mediteran, melewati Pulau Sumatera, Jawa, Nusatenggara dan Maluku Selatan. Kedua garis itu berpotongan di Irian Jaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus