SEMUA kendaraan dari Bali yang menyeberang dengan fery ke
daratan Pulau Jawa, kini harus disemprot dengan obat anti hama
tanaman. Ada kekhawatiran kendaraan tersebut di tumpangi virus
tungro, hama padi jenis baru, yang kini berjangkit di Bali.
Hampir 4.000 ha sawah (dari seluruh areal baku sawah seluas
98.000 ha) di Pulau Dewata sekarang rusak akibat virus itu. Di
Lombok si tungro juga sempat menjamah sawah ratusan ha. Tapi
menurut Dirjen Pertanian Tanaman Pangan Wardoyo dalam diskusi
panel di Denpasar 21 Januari, hama baru itu juga telah menyerang
Sul-Sel, Sum-Sel dan Yogya.
Pekan lalu Wardoyo bersama Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali,
Ir. Gusti Bagus Tenaya, meninjau sawah-sawah yang hancur itu.
Yang paling parah di Kabupaten Tabanan dan Badung, menyusul
Gianyar, Bangli, Klungkung, kemudian Buleleng.
Tulak Sumur
Di musim tanam tahun lalu Nyoman Dania, petani dari subak
Muding, Badung, masih bisa memungut padi 4,8 ton. "Tapi setelah
tungro datang, hasilnya hanya sepertiga dari tahun lalu," kata
Dania. Nasib petani seperti ini masih lebih baik karena masih
ada yang bisa diselamatkan, meskipun jauh berkurang dari target.
Tapi tanaman yang belum berusia 45 hari, dan jelas terserang
tungro, harus dibabat habis. Ini perintah Dinas Pertanian
setempat, "agar virus itu tidak semakin meluas," kata Kepala
Dinas Pertanian Bali, Tenaya.
Kerugian yang diderita tak kepalang tanggung. Tanaman hampir
4.000 ha yang rusak itu meliputi padi bimas dan nonbimas. Padi
bimas berumur 45 hari lebih dari 1.000 ha dengan kredit hampir
Rp 41 juta yang belum berumur 45 hari 850 ha dengan kredit
sekitar Rp 25 juta. Sedang padi nonbimas hampir meliputi 2.000
ha.
Sawah-sawah lainnya kini baru sekitar 12.000 ha, yang sudah
disemprot. Dan setiap petugas PPL (penyuluh pertanian di
lapangan juga dipersenjatai sebuah jaring penangkap wereng
hijau. Sebab wereng hijau inilah yang menggendong virus tungro
tadi. Virus ini sesungguhnya sudah dikenal di Bali sejak 1976
dengan sebutan bangsel atau kebebeng.
Sampai 1979 si bangsel belum terlalu ganas. Tapi pada musim
tanam 1980/81 kebebeng mulai keranjingan menyerang sawah petani.
Para petani sendiri sudah menggunakan bibit tahan wereng yaitu
dari jenis PB-36 yang juga dikenal merupakan VUTW (varietas
unggul tahan wereng). Dan memang wereng sendiri tak lagi
mengganggu padi, namun virus tungro yang ditinggalkan hama itu
tak kalah ganas dibanding wereng sendiri.
"Itulah repotnya. PB-36 memang tahan wereng. Tapi si wereng
sendiri membawa virus tungro," ucap Kepala Bagian Perlindungan
Tanaman Dinas Pertanian Bali, Arnawa. Menurut dia, Bangsel di
Bali lebih kejam ketimbang tungro yang menyerang sawah di luar
Bali. Itulah barangkali sebabnya panen raya yang rencananya
jatuh Januari-Februari ini, dikhawatirkan sebagian gagal.
Untuk menghindari serangan wereng berikut tungronya, kini para
petani dianjurkan meninggalkan tuluk sumur, yaitu cara bertanam
padi yang tidak serentak. Sekarang ini para petani di Bali
sedang menunggu jenis lain yang tahan wereng maupun tungro yang
disebut IR-50, IR-52 dan IR-54. Tapi bibit jenis itu baru
tersedia 3,5 ton.
Karena tidak cukup dibagikan, buat sementara kini petani masih
dianjurkan menanam PB-36 dan PB-38 -- tapi dengan perlakuan
khusus. Yaitu menyemprotnya dengan obat antihama yang lebih
kuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini