Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Direktur Penyakit Menular World Health Organization (WHO) Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, memastikan virus Human Metapneumovirus (HMPV) berbeda dengan Covid-19 yang lima tahun lalu membuat geger dunia. Meski memiliki gejala yang mirip dan mulai merebak dari Cina, kedua virus ini memiliki perbedaan signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tidak tepat kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan Covid-19. Walau tentu kita perlu tetap waspada,” katanya melalui keterangan tertulis, dikutip pada Selasa, 7 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tjandra, yang kini menjabat Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, menyebut HMPV sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Adapun Covid-19 merupakan varian baru dari virus corona. Gejala yang ditimbulkan kedua jenis bibit penyakit ini memang mirip, mulai dari batuk, demam, sesak, serta nyeri di dada yang dalam kondisi tertentu membuat pasiennya harus masuk ke rumah sakit.
“Tapi perlu diketahui bahwa semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti itu,” ujar dia.
Kencangnya penularan HMPV di Cina belakangan ini, menurut Tjandra, belum bisa disamakan dengan kondisi pandemi Covid-19. Infeksi saluran nafas disebut selalu meningkat dari waktu ke waktu di negara dengan empat musim seperti Cina, terutama saat musim dingin.
Penjelasan soal virus HMPV pertama kali muncul dalam jurnal ilmiah berjudul ‘A Newly Discovered Human Pneumovirus Isolated from Young Children with Respiratory Tract Disease’, yang terbit di Belanda pada Juni 2001. Laporan soal temuan virus ini muncul dari berbagai negara, seperti Norwegia, Rumania, Jepang, dan Cina.
Kata pertama dari HMPV adalah human. Jenisnya berbeda dengan Animal Metapneumovirus (AMPV) yang ditemukan lebih dulu di Afrika Selatan, persisnya pada 1978. Virus AMPV yang memiliki 4 sub tipe, dari A sampai D, awalnya diberi nama Turkey Rhinotracheitis Virus (TRTV) karena menjangkit unggas.
“Para pakar berpendapat bahwa penyakit HMPV pada manusia tampaknya semacam evolusi dari AMPV yang sub tipe C,” tutur Tjandra.
Menurut Tjandra, kabar soal adanya kondisi darurat di Cina belakangan adalah hoax. Kabar itu dikaitkan dengan penyebaran virus seperti influenza A, HMPV Mycoplasma pneumoniae, dan Covid-19. “Itu tidak benar karena tidak ada sumber dari pemerintah Cina maupun WHO yang menyebut soal state of emergency.”
Pilihan Editor: BMKG Prakirakan Enam Kota Besar Hujan Disertai Petir