Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para ahli diet menudingnya sebagai biang penyebab kegemukan. Para dokter spesialis penyakit dalam juga sering menuliskannya sebagai pantangan untuk dimakan dalam resep-resepnya. "Bila dikonsumsi, dia bisa meningkatkan kolesterol dan menyebabkan sakit jantung," demikian komentar kebanyakan orang awam. Para ahli kimia pun sering berkata serupa, "Terlalu banyak mengandung asam lemak jenuh, tak baik buat tubuh." Petani jagung Amerika Serikat membikin kampanye besar-besaran untuk memboikot produk ini, karena dianggap membahayakan.
Si pembikin heboh itu adalah minyak kelapa?produk yang sudah bertahun-tahun belakangan ini dijauhi masyarakat Indonesia. Minyak yang hanya diproduksi di negara-negara tropis itu kini nyaris punah; hanya orang kampung pedalaman atau tukang pijat yang masih memakai minyak ini. "Orang Indonesia termakan propaganda yang salah terhadap minyak kelapa," kata A.H. Bambang Setiadji, dosen kimia Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Di tangan Bambang, minyak kelapa yang sering dianggap racun pembunuh malah menjelma menjadi obat pembunuh aneka rupa virus, konon termasuk virus AIDS. Doktor pengelola Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM ini memang menemukan teknik baru membuat minyak kelapa. Teknologi baru ini jauh lebih murah, lebih cepat prosesnya, dan menghasilkan minyak kelapa yang lebih bermutu ketimbang metode yang sudah dipakai masyarakat Indonesia turun-temurun.
Pembuatan minyak kelapa metode lama adalah dengan cara merebus santan selama dua hari dan terus-menerus diaduk. Api akan membuat air pada santan menguap sampai habis. Yang tersisa adalah minyak kelapa dan ampasnya, yang di Jawa sering disebut blondo. Tapi teknologi ini membuat minyak kelapa tak bisa berumur lama. "Belum sampai dua bulan pasti sudah tengik," kata Bambang.
Ada juga cara kuno lain yang tak populer: santan dicampur nanas atau daun pepaya. Nanas akan membantu minyak terlepas dari santan. Namun, dengan cara ini, kualitas dan daya tahan minyaknya juga sami mawon dengan metode rebus santan. Kualitas minyak hanya bertahan dalam hitungan hari.
Ketika pemikiran Bambang sedang tertantang untuk mencari teknologi melawan rasa tengik minyak kelapa itu, hatinya digedor-gedor oleh rasa iba. Setiap kali dia melihat timbunan butiran kelapa di pesisir Kulon Progo, Yogyakarta, dia merasakan nelangsanya kehidupan para pembuat minyak kelapa di daerah itu. Seorang tukang masak minyak kelapa, sebut saja Ani, menuturkan bahwa untuk mendapatkan laba Rp 15 ribu, para petani kelapa bekerja keras. Mereka harus menguliti, membelah, dan memarut 150 butir kelapa, memerasnya jadi santan dan merebus selama dua hari. Hasilnya cuma 30 botol minyak kelapa yang seliternya seharga Rp 4.600-4.800.
Kegetiran hidup para tukang masak minyak kelapa itulah?tak hanya ada di Kulon Progo, tapi juga ada di Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Sulawesi, dan Sumatera?yang mendorong dirinya masuk laboratorium. Tabung-tabung kaca, dan bau zat-zat kimia yang menyodok hidung, ternyata memunculkan ide baru pembuatan minyak kelapa.
"Minyak akan keluar dari santan bila dipancing dengan minyak," ujar Bambang menjelaskan. Caranya, kelapa dijadikan santan, cairan putih dan gurih ini didiamkan selama dua jam. Selama proses "tidur" itu akan terjadi pemisahan antara air dan kanil (bagian yang mengandung minyak). Air akan berada di bawah dan kanil akan menggumpal di permukaan.
Kanil yang menjadi cikal bakal minyak ini diambil dan ditempatkan di panci besar. Agar kanil berubah menjadi minyak, dilakukan pemancingan dengan memasukkan minyak kelapa yang sudah jadi. Takarannya, tiga bagian kanil dicampur dengan satu bagian minyak atau 3:1. Setelah itu diaduk hingga merata kurang lebih 20 menit. Campuran kanil dan minyak pemancing ini "ditidurkan" selama 6-7 jam. Si biang minyak ini pelan-pelan akan terpisah menjadi tiga bagian. Bagian paling bawah adalah blondo. Kemudian di bagian tengah ada air, dan paling atas adalah minyak.
Bila minyak itu diambil dan disaring dengan batu zeolit, jadilah minyak kelapa yang berkualitas tinggi. "Minyak ini dalam keadaan terbuka bisa tahan tujuh tahun," ujarnya bangga.
Teknologi memancing minyak dengan minyak ini sebenarnya memanfaatkan reaksi kimia sederhana. Santan adalah campuran air dan minyak. Kedua seteru itu bisa bersatu karena ada bola-bola protein yang mengelilingi molekul minyak. Dalam metode konvensional, ketika santan dipanaskan, ikatan bola protein pelindung molekul minyak pun putus. Walhasil, terpisahlah molekul minyak, air, dan protein (yang di Jawa disebut blondo).
Dengan teknik pemancingan, molekul minyak dalam santan ditarik oleh minyak umpan sampai akhirnya mereka bersatu. Tarikan itu membuat air dan protein yang sebelumnya terikat dengan molekul santan pun bebas lepas. "Jadi, model pancingan ini adalah untuk mengubah bentuk emulsi air-minyak menjadi minyak-minyak," tutur Bambang.
Pembuatan minyak tanpa pemanasan ini membuat minyak kelapa jenis ini memiliki kandungan yang lebih baik ketimbang minyak kelapa biasa. Minyak yang biasa disebut virgin coconut oil (minyak kelapa murni) mengandung 92 persen asam lemak tak jenuh.
Jangan curiga dulu dengan istilah lemak jenuh. Tak semua lemak jenuh berbahaya bagi kesehatan?seperti mitos yang selama ini dipercayai sebagian besar masyarakat kita.
Sejatinya, lemak jenuh itu ada dua jenis: yang memiliki rantai karbon sedang dan yang panjang. Yang berbahaya adalah yang berantai panjang. Adapun yang berantai sedang justru berguna buat kesehatan tubuh.
"Asam lemak yang ada di minyak kelapa ini sama dengan yang ada di ASI (air susu ibu), sehingga sangat khayal kalau minyak kelapa adalah kolesterol," kata Bambang menambahkan.
Bahkan salah satu asam lemak yang ada di minyak kelapa itu, yakni asam laurat, terbukti bisa melarutkan kolesterol dalam darah. Lemak jenis ini juga mudah diubah menjadi energi dalam tubuh. Yang lebih penting, lemak ini melawan bermacam virus, seperti HIV, herpes simplex virus-1, berbagai bakteri, serta protozoa. Sejumlah orang telah membuktikan khasiatnya. "Sukar dipercaya, penyakit hepatitis saya sembuh setelah meminum minyak kelapa," kata Suharno, warga Jakarta (baca juga Dari Kolesterol hingga Hepatitis).
Dengan beragam kegunaan itu, sejak dua bulan lalu Bambang bekerja sama dengan 45 petani dari Kecamatan Galur, Kulon Progo, untuk membikin minyak kelapa murni. Minyak itu kemudian dibeli oleh sentra yang dikelola mahasiswa MIPA UGM seharga Rp 10.000 per liter, lebih tinggi ketimbang harga minyak kelapa biasa Rp 4.600-4.800 per liter. Minyak ini kemudian disaring dan dikemas dengan merek Vico alias Virgin Coconut Oil. "Lumayan, produksinya sebulan mencapai lima ribu liter," kata Bambang. Sedikit sentuhan teknologi telah mengubah si jahat menjadi si pembawa berkah.
Burhan Sholihin, Syaiful Amin (Yogyakarta)
Dari Kolesterol hingga Hepatitis
Delapan bulan lalu, Patria Ragianto, 41 tahun, tak percaya dengan enam botol minyak kelapa pemberian Bambang Setiadji, dosen UGM. Dia baru percaya mujarabnya minyak itu setelah seorang karibnya, yang terkena penyakit hepatitis B, sembuh setelah meminum satu sendok minyak tiap hari selama dua pekan. "Setelah itu, ternyata berdasarkan pemeriksaan di laboratorium, bakteri di tubuhnya berkurang hingga 75 persen," kata Patria.
Kesembuhan serupa juga dialami Lidia Ruswanti. Perempuan setengah baya ini menderita penyakit tuberkulosis sejak umur 45 tahun. Lidia sudah beberapa kali berobat ke dokter bahkan sempat opname beberapa hari di rumah sakit. Setelah 10 hari minum minyak kelapa, Lidia mengaku kondisinya semakin baik. Tubuhnya pun tak lunglai lagi.
Lain lagi cerita Mohamad. Warga Jakarta yang terkena penyakit asam urat dan harus pantang kolesterol itu merasakan khasiat minyak kelapa. Pening-pening yang kerap menimpanya kini hilang. "Saya coba makan seafood sepuasnya dan minum minyak ini ternyata aman-aman saja tuh," ujar Mohamad sembari menyunggingkan senyum puas.
Segala mukjizat minyak kelapa itu masih dipertanyakan keabsahannya oleh guru besar ilmu pangan dan gizi dari Institut Pertanian Bogor, Ali Khomsan. "Pada siapakah percobaan dilakukan? Pada hewan atau manusia?" tanyanya. Bila penelitian itu dilakukan pada manusia, harus ada kontrol yang ketat apa saja yang dikonsumsi manusia. Soalnya, kata dia, masakan berdaging pun, kolesterolnya bisa luruh karena bumbu-bumbu. Masakan Jawa Timur rawon, contohnya, rendah kolesterol karena bumbu kluwak. "Jadi masih perlu ditelaah lebih lanjut."
Kendati khasiat minyak kelapa murni ini masih diragukan, di Amerika Serikat seorang doktor telah membukukan hasil risetnya. Bukunya berjudul The Healing Miracles of Coconut Oil. Buku karya Bruce Fife itu sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Terapi Minyak Kelapa. Mau coba?
BS, Syaiful Amin (Yogyakarta), Deffan Purnama (Bogor)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo