Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Membuat Penumpang Seolah Telanjang

Gara-gara teror bom di pesawat, pemeriksaan penumpang kian ketat. Otoritas keamanan transportasi memasang alat pemindai radio dan sinar-X di bandar udara. Tapi waktu check-in harus lebih awal. Calon penumpang tambah kerepotan. Privasi pun terganggu.

18 Januari 2010 | 00.00 WIB

Membuat Penumpang Seolah Telanjang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

ENAM tahun tinggal di Amerika Serikat, Amelia tak pernah dibuat repot dengan pemeriksaan keamanan di bandar udara menjelang naik pesawat. Antrean pemeriksaan tak pernah memakan lebih dari setengah jam. Seperti laiknya di bandar udara mana pun, penumpang cukup melewati pintu pendeteksi logam. Bila pintu tak berbunyi, penumpang bebas melenggang.

”Bulan lalu, saya malah pernah datang ke bandara sepuluh menit sebelum boarding,” kata warga negara Indonesia yang bekerja di New York ini. Dan tak ada masalah. Petugas pun beberapa kali membiarkan tas berisi korek api dan gunting kuku—yang seharusnya tak diperbolehkan dibawa ke kabin penumpang.

Itu dulu. Sejak 1 Januari lalu, Amelia dan penumpang lain, baik untuk penerbangan domestik maupun internasional, harus menyisihkan waktu lebih panjang sebelum naik pesawat. Penyebabnya, pelabuhan-pelabuhan udara di Amerika mulai dipasangi pemindai seluruh tubuh untuk memastikan penumpang tak membawa benda yang bisa digunakan untuk mengancam keselamatan penerbangan.

Saat ini sudah sembilan belas bandara yang memakai alat itu. Proses pemindaian memakan waktu hingga empat puluh detik. Jika satu pesawat mengangkut dua ratus penumpang, proses pemeriksaan akan memakan waktu dua jam. Itu berarti setiap calon penumpang harus check-in lebih awal dari sebelumnya.

Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) Amerika Serikat memerintahkan pemasangan alat pemindai seharga Rp 1,9 miliar itu setelah terjadi insiden percobaan peledakan pesawat Northwest Airlines bernomor penerbangan 235 tepat di hari Natal tahun lalu.

Ketika itu, warga Nigeria, Umar Farouk Abdulmutallab, 23 tahun, melintas bebas melalui pintu pemeriksaan Bandar Udara Schiphol, Belanda, ke dalam kabin pesawat tujuan Detroit, Amerika Serikat. Satu jam sebelum pesawat mendarat, terdengar ledakan dengan asap dan lidah api dari selangkangan pemuda itu. Umar berteriak memiliki bahan peledak di kantongnya. Tapi ia keburu diringkus penumpang lain. Ledakan yang lebih besar dari peledak yang mengandung PETN alias pentaerythritol itu pun terhindarkan. Pesawat dan seluruh isinya selamat.

”Bahan kimia itu disimpan di dalam jahitan celana dalam,” kata Jaksa Agung Amerika Eric Holder.

Umar lalu ditahan oleh hakim federal Negara Bagian Michigan. Meski ulahnya gagal, Presiden Barack Obama menyemprot para petinggi keamanan dan intelijen. Walhasil, otoritas keamanan pun meningkatkan prosedur keamanan di bandara, termasuk pemasangan alat pemindai seluruh tubuh.

Berbeda dengan pendeteksi logam yang terdapat di hampir semua bandara di dunia, pemindai seluruh tubuh ini bisa ”menelanjangi” para calon penumpang. Alat ini bisa melihat benda apa pun yang tersembunyi di balik pakaian orang yang dipindai. Penjabat Administrator TSA Gale Rossides menyatakan alat pemindai itu merupakan teknologi yang menjanjikan untuk keamanan penerbangan. ”Dirancang khusus untuk mendeteksi anomali pada tubuh penumpang,” katanya. Ia yakin penggunaan alat ini akan menekan orang untuk tidak membawa barang berbahaya.

Harian The Washington Post menyebutkan ada dua jenis alat pemindai seluruh tubuh yang disebarkan TSA di bandara: pemindai gelombang milimeter dan pantulan balik sinar-X. Alat pemindai gelombang milimeter berbentuk silinder besar, mirip ruang telepon umum, yang terbuat dari kaca tembus pandang, dilengkapi panel pemindai di sekelilingnya. Mesin ini menyemburkan gelombang radio yang menembus pakaian obyek pindai. Hasil gelombang radio itu muncul dalam layar berupa citra tubuh tanpa pakaian. Memang, citra tubuh inilah yang hendak dimunculkan untuk memeriksa jika ada yang disembunyikan di balik pakaian.

Panel-panel pemindai, selain memberikan citra tubuh secara menyeluruh dalam format tiga dimensi, bisa menyajikan gambar bagian tubuh yang diperbesar, sesuai dengan perintah yang diberikan operator. Detail dan lekuk-lekuk permukaan tubuh calon penumpang akan terlihat jelas, tapi demi kerahasiaan pribadi, ada peranti lunak khusus yang membuat buram gambar pada wajah dan kemaluan. Apabila ada benda yang bukan bagian kulit manusia di balik pakaian, alarm akan berbunyi. Bila ini terjadi, bersiaplah dibawa ke ruangan khusus dan menjalani penggeledahan manual, bahkan dengan melepas pakaian Anda.

Sementara jenis pemindai dengan gelombang milimeter itu sudah terpasang, jenis yang kedua masih dalam proses pengadaan. Juru bicara TSA, Lauren Gatches, mengatakan lembaganya telah memesan 150 pemindai pantulan balik sinar-X itu dan dipastikan semuanya akan dipasang tahun ini. ”Kami akan terus mengembangkan, menguji, dan menyebarkan penggunaan teknologi baru,” katanya. Untuk penyediaan alat ini, TSA mengeluarkan US$ 25 juta atau sekitar seperempat triliun rupiah. Dana sebesar itu memang dialokasikan khusus oleh pemerintah Barack Obama untuk meningkatkan keamanan bandar udara dan penerbangan.

Penampilan pemindai jenis kedua ini memang tak sebagus pemindai milimeter. Tapi cara kerjanya jauh lebih canggih. Alat ini berupa dua kotak seukuran lemari es yang saling memancarkan sinar-X. Calon penumpang yang akan dipindai berdiri di antara benda itu dan mengangkat kedua tangan. Selama dua puluh detik, dua gelombang lemah sinar-X akan mendera. Bila sinar-X menembus tubuh, artinya penumpang itu ”bersih”. Bila ada benda yang disembunyikan di balik pakaian, sinar-X akan mencitrakan benda itu dalam monitor. Gambar tubuh di monitor lebih kasar, mirip gambar tengkorak.

Meski dibuat untuk tujuan keselamatan penumpang, tetap saja alat ini mengundang kritik dari berbagai kelompok masyarakat. Dua isu penting yang jadi sorotan adalah kesehatan dan privasi penumpang. Soal kesehatan, TSA berulang kali menjelaskan bahwa gelombang radio yang digunakan tak lebih kuat daripada gelombang sinyal telepon seluler, sehingga dijamin tidak akan menimbulkan kerusakan tubuh. Adapun sinar-X yang dipakai pada pemindai pantulan balik itu dipastikan memiliki tingkat radiasi yang sangat rendah. ”Tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan,” demikian pernyataan Rapiscan, perusahaan pembuat alat itu.

Memang ada kekhawatiran bahwa sinar-X, seperti roentgen di rumah sakit, akan merusak organ tubuh jika yang dipindai tidak memakai baju pelindung khusus. Tapi, menurut Masyarakat Kesehatan Amerika, tiap kali dipindai oleh alat ini, tubuh hanya menerima radiasi 0,005 milirem. Badan Regulator Radiasi Amerika menetapkan bahwa radiasi 1 milirem (ukuran unit serapan radiasi) per tahun adalah dosis yang diabaikan, sedangkan batas maksimal adalah 25 milirem. Jika menggunakan dua hitungan itu, radiasi 1 milirem baru tercapai jika penumpang melewati pemindai lima ribu kali dalam setahun.

Penjelasan ihwal dampak bagi kesehatan mungkin cukup melegakan. Tapi tidak demikian halnya dengan kekhawatiran terhadap kerahasiaan data pribadi. Meski TSA telah menjanjikan bahwa gambar wajah dan kemaluan akan diburamkan, itu tak menjamin gambar pindaian tak disalahgunakan. Sebagai contoh, hasil pindai seorang selebritas bisa saja muncul di media gosip. Pusat Informasi Privasi Elektronik (EPIC), pemerhati hak pribadi Amerika, memperoleh informasi bahwa alat ini bisa menyimpan dan mengirim gambar secara online. ”Ini bisa disalahgunakan,” kata Direktur Eksekutif EPIC Marc Rotenberg.

Dalam situs webnya, TSA menyebutkan kedua alat pemindai yang digunakan sama sekali tidak memiliki fasilitas penyimpan gambar, apalagi terhubung ke mesin lain secara online. ”Mesin ini tak bisa menyimpan, mengirim, bahkan mencetak gambar. Sekali dilihat, gambar akan hilang. Kami sangat peduli privasi,” demikian pernyataan TSA.

Meski tak berbahaya bagi kesehatan, tetap saja alat ini membuat penumpang harus datang lebih cepat ke bandara, dan antre lebih lama untuk pemeriksaan keamanan. ”Teroris memang bikin repot,” kata Amelia, yang mengaku lebih takut badai daripada teroris.

Adek Media (CNN, The Post)


Dipindai atau Diraba?

Demi keamanan, pemindaian tubuh menjadi pilihan pemerintah Amerika Serikat. Tapi penggunaan teknologi ini membuat sebagian masyarakat khawatir karena gambar yang tampil pada monitor ”terlalu” telanjang. Penumpang pun diberi dua pilihan: dipindai dengan alat, atau diraba seluruh tubuhnya oleh petugas. Bagaimana alat pemindai bekerja?

Proses Dasar

Penumpang harus melepas sepatu dan mengosongkan semua kantong.

Berada pada posisi yang ditentukan, penumpang mengangkat kedua tangan dan merenggangkan kaki.

Setelah dipindai, penumpang menunggu aba-aba petugas jaga. Petugas pemeriksa gambar berkomunikasi dengan petugas jaga melalui headset nirkabel untuk memberikan analisis.

Pemindai Gelombang Milimeter
40 alat ini tersebar di 19 bandara

  1. Penumpang melangkah ke dalam kapsul transparan. Panel pemindai akan berputar seperti revolver.

  2. Pemindai menyemburkan gelombang radio yang bisa menembus pakaian, tapi membentur tubuh. Segala jenis benda yang bukan bagian kulit manusia akan muncul secara kontras dalam gambar. Operator bisa memperbesar gambar pada bagian tertentu.

    Pemindaian hanya berlangsung satu detik. Tapi proses analisis dan hasilnya mencapai 40 detik.

Pemindai Pantulan Balik Sinar-X
150 alat ini akan dipasang sepanjang 2010

  1. Penumpang berdiri di antara dua pemindai yang tidak bergerak.
  2. Masing-masing pemindai mendera tubuh dengan sinar-X lemah. Material yang menyerap atau memantulkan gelombang akan muncul dalam citra tubuh pada monitor.

    Pemindaian berlangsung lima detik. Adapun keseluruhan proses memakan 20 detik.

Jika Tak Ada Kelainan

  • Petugas pemerhati gambar akan menyampaikan kepada petugas jaga bahwa penumpang itu aman.
  • Penumpang melewati pos pemeriksaan.

    Jika Ada yang Mencurigakan

  • Petugas pemeriksa mengabari petugas jaga bahwa ada yang tidak beres.
  • Petugas meminta penumpang menunjukkan benda yang mencurigakan.
  • Pindai ulang.

    Jaminan Privasi

  • Gambar diperiksa oleh petugas lain, yang tidak melihat langsung penumpang.
  • Ada peranti lunak yang memburamkan gambar pada bagian tertentu, atau membuat gambar hanya mirip sketsa.
  • TSA dan pabrik pembuat alat pemindai menjamin alat ini tak bisa menyimpan, mengirim, bahkan mencetak gambar.
  • Setelah penumpang melintas, secara otomatis gambar terhapus.

    SUMBER: THE WASHINGTON POST

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x100

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x600
    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    close

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x100
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus