Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Mengandalkan Mata Pilot

24 Agustus 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyebab jatuhnya pesawat Trigana Air Service dengan nomor penerbangan IL-257 dua pekan lalu masih belum jelas. "Banyak faktor, seperti cuaca, human error, dan keadaan geografis bandara," kata Direktur Operasional AirNav Indonesia Wisnu Darjono, Rabu pekan lalu.

Sebelas menit sebelum jadwal mendarat pada pukul 15.06, pesawat jenis ATR 42-300 itu hilang kontak. Keesokan harinya, Badan Search and Rescue Nasional menemukan puing-puing pesawat di hutan lereng Gunung Tangok, sekitar 18 kilometer arah barat laut Bandar Udara Oksibil. IL-257 menabrak gunung, tak ada yang selamat.

Saat insiden terjadi, cuaca di atas bandara dan sekitarnya diselimuti awan kumulus. "Memang kerap muncul di dataran tinggi seperti Oksibil," tutur Kepala Bidang Meteorologi Penerbangan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Heru Djatmiko. Awan itu mengandung turbulensi dan muncul sepanjang pukul 12.00-17.00.

Direktur Operasional Trigana Air Service Beni Sumariyanto mengatakan maskapainya terbang empat kali pada rute Jayapura-Oksibil. Dua jadwal di antaranya, pukul 11.35 dan 14.21, bersamaan dengan kemunculan awan. Meski begitu, dia menyatakan, "Pesawat dilengkapi radar cuaca untuk menghindari awan."

Kapten Sekti Ambarwati, penerbang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, membenarkan bahwa radar cuaca bisa membaca celah kosong dari awan kumulus. "Itu pula yang mungkin membuat pilot meminta izin turun sebelum putus kontak," ujar Sekti. Meski begitu, kata dia, tetap harus dibantu dari darat.

Bandara Oksibil terletak di ketinggian 4.000 kaki (1.219 meter), dikelilingi Pegunungan Bintang. "Lokasi bandaranya seperti makanan di dasar mangkuk," ucap Wisnu. "Jadi tak mungkin dipasangi sistem navigasi instrumen." Karena itu, petugas menara hanya mampu membantu navigasi pilot sebelum memasuki sirkuit landasan. "Artinya, pilot harus mengandalkan mata hingga pesawat mendarat."

Amri Mahbub, Aviation Safety


TRIGANA AIR SERVICE IL-257
Rute: Jayapura (DJJ)-Oksibil (OKL)
Jarak: 258 kilometer
Waktu tempuh: 45 menit

16 Agustus

14.21
Lepas landas dari Bandara Sentani.

14.55
Pilot Kapten Hasanuddin meminta izin menara OKL masuk ke sirkuit (area pendaratan). Ketinggian pesawat di level 13.500 kaki (4.114 meter).

15.00
Menara memanggil, IL-257 tidak menjawab. Radar menunjukkan pesawat di level 8.800 kaki (2.930 meter) pada jarak 7-8 mil (12 kilometer) dari OKL.

15.06
Pesawat seharusnya sudah mendarat. IL-257 dinyatakan hilang.

15.30
Pencarian dimulai.

17 Agustus

08.05
Tim Basarnas menemukan puing-puing IL-257 di lereng Bukit Tangok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus