Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Mengenal Gagal Ginjal Kronis, Penyakit yang Diderita Lukas Enembe Sebelum Meninggal

Mantan Gubernur Papua, Lukas Enembe meninggal dunia hari ini, Selasa 26 Desember 2023. Lukas meninggal di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Lukas meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. Lukas mempunyai beberapa riwayat penyakit, salah satunya gagal ginjal kronis.

26 Desember 2023 | 20.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Terdakwa mantan Gubernur Papua Lukas Enembe menyapa pengunjung usai menjalani sidang vonis atau putusan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis, 19 Oktober 2023. Menurut Kuasa hukum Lukas Enembe, Antonius Eko Nugroho, mantan Gubernur Papua itu meninggal dunia pada pukul 10.00 WIB. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe meninggal dunia hari ini, Selasa 26 Desember 2023. Lukas meninggal di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Politikus Demokrat tersebut merupakan terpidana kasus korupsi tindak pidana pencucian uang yang ditahan di Rutan KPK.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum meninggal, Lukas diketahui mengidap penyakit gagal ginjal kronis. Pengacara Lukas, Petrus Bala Pattyona mengatakan, kesehatan kliennya sudah memburuk sejak beberapa waktu belakang. Berdasarkan hasil pemeriksaan RSPAD, Lukas didiagnosa penyakit gagal ginjal kronis mencapai stadium lima.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak hanya itu, Lukas juga dikabarkan punya penyakit lainnya yang membuat kondisinya semakin menurun. Penyakit Lukas lainnya yakni denyut jantung melemah, diabetes, hingga stroke.

Apa Itu Gagal Ginjal Kronis?

Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan, gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia. Seringkali saat terdiagnosa gagal ginjal, pasien sudah dalam keadaan lanjut dan memerlukan cuci darah atau terapi.

Penyakit gagal ginjal terbagi menjadi dua, yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Perbedaan dua penyakit ini dinilai dari durasi diagnosanya. Jika pasien tersebut mengalami kerusakan fungsi ginjal yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih maka disebut gagal ginjal kronis. Sedangkan apabila kondisi perubahan fungsi ginjal terjadi mendadak dan belum mencapai tiga bulan, maka disebut gagal ginjal akut.

Penyakit ini bisa bermula dari diabetes mellitus atau kencing manis dan hipertensi yang tidak terkontrol. Selain itu, gagal ginjal kronis juga akibat dari tidak terkendalinya kadar gula darah di tubuh yang membuat berujung komplikasi.

Selain dua hal tersebut, gagal ginjal kronis juga disebabkan oleh infeksi ginjal berulang, penyakit autoimun, penyakit ginjal polikistik, pembesaran prostat, konsumsi obat anti inflamasi non steroid jangka lama dan tanpa pengawasan.

Gejala Gagal Ginjal Kronis 

Kementerian Kesehatan menyebut variasi gagal ginjal kronis bermacam-macam. Mulai dari tanpa gejala dan ada yang bermula dari keluhan. Kasus tidak bergejala biasanya ditemukan saat pemeriksaan laboratorium tes kesehatan. Sedangkan yang menimbulkan keluhan dapat dirasakan melalui mual, sakit kepala, rasa gatal pada kulit dan mudah lelah.

Gagal ginjal kronis juga ditandai dengan perubahan frekuensi buang air kecil. Lalu, sembab pada kaki dan perut yang semakin besar. Sesak nafas disertai kejang-kejang juga salah satu ciri-ciri penyebab gagal ginjal kronis.

Walau penyakit gagal ginjal kronis ini mempunyai gejala yang bervariasi, para ahli tetap menyarankan untuk tidak melakukan diagnosa sendiri. Pasien perlu dirujuk ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan. Deteksi gagal ginjal kronis dapat membantu pasien untuk mendapatkan penanganan sesegera mungkin dan mencegah komplikasi.

Bagaimana Mengobati Gagal Ginjal Kronis?

Tata laksana pada penyakit gagal ginjal kronis harus bersifat menyeluruh, dimulai dengan mengubah gaya hidup, mengobati penyakit yang mendasarinya dan terapi pengganti ginjal. Pilihan terapi pengganti ginjal ini juga beragam. Misalnya, bisa dengan cuci darah menggunakan mesin atau cuci darah menggunakan membran peritobeun pasien dan cangkok.

Pasien yang sudah didiagnosa gagal ginjal tahap akhir biasanya memerlukan tindakan cuci darah dua hingga tiga kali dalam seminggu. Sedangkan, untuk terapi ginjal yang terbaik sampai saat ini adalah cangkok atau transplantasi. Namun, prosesnya memerlukan waktu yang lama karena menunggu pendonor ginjal yang cocok.

Kementerian Kesehatan mengingatkan masyarakat untuk selalu melaksanakan pola hidup sehat untuk menghindari penyakit gagal ginjal tersebut.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus