Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Mengenal Tarsius, Primata Terkecil di Dunia Asal Sulawesi

Tarsius, primata terkecil di dunia ini merupakan endemik Sulawesi ini, bisa melompat cukup jauh dan sangat romantis terhadap pasangannya.

25 Agustus 2021 | 14.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Siapa sangka tarsius, primata terkecil di dunia ada di Indonesia, tepatnya di Sulawesi. Hewan endemik Sulawesi ini bisa melompat cukup jauh dan sangat romantis terhadap pasangannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari laman indonesia.go id, Sabtu, 12 Desember 2020, tarsius mudah dijumpai di Suaka Margasatwa Tandurusa di Aer Tembaga dan Cagar Alam Tangkoko Batuangus, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Ada 11 jenis tarsius di Sulawesi, yaitu T. tarsier, T. fuscus, T. sangirensis, T. pumilis, T. dentatus, T. pelegensis, T. lariang, T. tumpara, T. wallacei, T. spectrumgurskyae, dan T. supriatnai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tarsius berukuran tak lebih dari genggaman tangan orang dewasa. Panjang tubuhnya kurang dari 160 milimeter, sedangkan panjang ekornya antara 135 hingga 275 milimeter atau hampir dua kali lipat badannya.

Selain itu, ia juga memiliki kaki belakang yang panjang. Hampir dua kali lipat ukuran badannya. Alhasil, tarsius bisa melompat hingga jarak tiga meter.

Tarsius adalah satwa nokturnal yang aktif pada malam hari. Ketika malam mereka keluar dari sarang di pohon beringin untuk menjelajahi daerah mereka. Sebaliknya, ketika siang tarsius menjadi lebih pasif. 

Saat siang, ia menghabiskan waktu dengan bersembunyi dan tidur di dahan. Ia bisa memejamkan sebelah mata dan membiarkan mata satunya terbuka ketika tidur. Saat peralihan waktu dari siang ke malam, pasangan tarsius akan melakukan duet call, yaitu mengeluarkan suara bersahut-sahutan.

Terhadap pasangannya, ia adalah hewan yang setia karena hanya memilih satu pasangan. Ketika pasangannya mati, ia akan membujang seumur hidup. Sifat monogami ini disinyalir turut berkontribusi terhadap kelangkaan tarsius.

Selain sifat monogaminya, maraknya perburuan tarsius telah menyebabkan populasi hewan ini makin langka. Salah satu jenis tarsius, tarsius pumilis bahkan sempat dinyatakan punah.

Pemerintah akhirnya memasukkan tarsius dalam daftar fauna langka dan dilindungi melalui UU 5/1990 tentang Konservasi dan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, serta PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

AMELIA RAHIMA SARI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus