TANPA tanda istimewa, Farnborough International Air Show 88 dibuka Minggu 4 September lalu. Persiapan pameran dirgantara itu tak tampak tergesa-gesa. Jam 08.00, ketika pengunjung sudah mulai mengalir masuk, sejumlah pesawat masih digusur ke sana-sini agar sesuai dengan formasi pameran. Pesawat-pesawat Uni Soviet, Antonov An-124 dan pemburu MiG-29 baru digeser dari hanggar sekitar jam 10.00. Dan pesawat pemburu terkenal Amerika Serikat F 16-A selesai disusun sekitar jam 11.00. Menjelang tengah hari, baru kesibukan menata tidak lagi terlihat. Ada sedikit aral melintang pada persiapan pameran dirgantara di Kota Farnborouh, 64 kilometer di tenggara London itu. Kecelakaan akrobatik udara di pangkalan militer AS Ramstein, Jerman Barat, yang menelan korban tewas 49 orang seminggu sebelum pembukaan, tampak sangat berpengaruh. Panitia penyelenggara, SBAC (Society of British Aerospace Companies), terpaksa --bersikap ekstrahati-hati. Badan Penerbangan Sipil Inggris yang mengeluarkan izin bagi penyelenggaraan air show itu mendadak menurunkan peraturan ketat bagi latihan terbang dan demonstrasinya. Semua pesawat yang akan unjuk kemampuan pada pesta udara selama delapan hari itu diteliti berulang-ulang. Toh ada juga insiden kecil di hari pembukaan. Antonov An-124 mengalami kesulitan di hari pembukaan. Penerbang pesawat pengangkut raksasa ini terlampau cepat menambah kecepatan ketika pesawat akan lepas landas untuk demo. Beberapa ban pada roda -- di antara puluhan roda meledak. Desing mesin jet terdengar menurun, dan Antonov batal terbang. Unjuk kejayaan di udara bukan kegiatar utama Farnborough 88. Yang lebih penting bursa jual beli pesawat. Di empat jajaran perkemahan yang terbagi ke petak-petak kecil, ratusan industri penerbangan membuka kantor darurat. Mereka membangun ruang tamu dengan desain istimewa di setiap petak -- chalet. Di sana kontrak dibicarakan. Sementara itu, di empat balai besar di sisi perkemahan, berbagai elemen pendukung penerbangan dlpamerkan. Pesawat tempur yang dijajakan umumnya tidak istimewa. Hanya MiG-29 yang tampil sebagai pendatang baru. Pesawat pemburu lain rata-rata bukan barang baru. Industri British Aerospace masih mengunggulkan tipe Sea Harrier dan Hawk, produk-produk utamanya. Dua prototip terbaru muncul: Harrier GR5 dan Hawk 200. Dassault Breguet dari Prancis mengetengahkan Mirage 2000 N yang sudah terkenal. Juga produk mutakhir prototipe ini, Rafale. General Dynamics dari Amerika Serikat masih membanggakan pemburu 16-A yang juga dipesan TNI AU. McDonnell Douglas dari negara yang sama menurunkan CF-18 Hornet. Juga helikopter tempur AH-64A Apache. Industri pesawat udara Spanyol, CASA, menampilkan pemburu C 101 Aviojet. Persaingan menjual mesin-mesin perang ini berlangsung seru tapi diam-diam. Konon, ada sekitar 50.000 pengamat mengintip adu unggul alat-alat tempur udara itu. Sebagian besar, katanya, mewakili negara berkembang. Kelompok ini, disebutkan para penjaja, memang target penjualan. Sementara itu, persaingan memasarkan pesawat terbang komersial lebih terbuka. Perang publikasi berlangsung seru. Tidak hanya para perwira hubungan masyarakat yang sibuk. Sejumlah presiden direktur perusahaan besar ikut hadir memberi keterangan. Karena itu, sebagian chalet tampak dijaga ketat polisi Inggris. Pengunjung tak bisa masuk tanpa membuat janji terlebih dahulu. Dan harus bersedia digeledah. Dua perusahaan Amerika Serikat, Boeing dan McDonnell Douglas, bersaing keras memperebutkan pangsa pesawat penumpang jarak jauh, 10.000 kilometer ke atas. Boeing, yang berada di atas angin karena menguasai pasar, bertahan menawarkan produk lama B 747-200B. "Tapi dengan berbagai perubahan untuk mencapai kesempurnaan," ujar Phill Comdit, direktur teknik perusahaan itu. "Perbaikan yang paling utama, menekan tingkat kebisingan yang mengganggu pilot di cockpit." Menurut Comdit, kunci policy bisnis Boeing adalah mutu pesawat yang diproduksinya. Semua pesawat Boeing dikatakannya mempunyai nilai lebih dari harga yang ditawarkan. "Karena kami tak pernah melakukan investasi tunggal untuk sebuah pesawat," katanya. "Dengan perhitungan biasa hampir tak mungkin membayangkan break even point dalam penjualan sebuah tipe pesawat." Lewat cara ini Februari tahun depan Boeing akan memulai proyek sangat mahal, memproduksi B 757 yang tubuhnya menggunakan komposit seperti pada pesawat tempur. "Pesawat menjadi lebih enteng dan efisiensi penggunaan bahan bakar bisa ditingkatkan," ujar Comdit. McDonnell Douglas berusaha keras merebut kembali pasar pesawat penumpang jarak jauh yang pernah dikuasainya. Produknya DC-10 pernah merajai pasaran ini sebelum Boeing memperkenalkan B 747. DC-10 yang juga digunakan Garuda Indonesia, memang pesawat penumpang yang efisien dan mempunyai masa hidup lama. "Di Farnborough kami memperkenalkan perkembangan DC-10, yaitu MD-11, yang memiliki semua teknologi penerbangan mutakhir," kata Glenn L. Hickerson, direktur pemasaran McDonnell Douglas. Di masa kini, menurut Hickerson, memang tidak mudah menaikkan jumlah penjualan pesawat. "Tapi kami punya peluang karena sejumlah perusahaan penerbangan komersial akan mengganti DC-10 mereka," katanya. "Saya berharap termasuk Garuda Indonesia. " Dalam kunjungannya ke Asia Tenggara beberapa waktu lalu Hickerson mampir ke Indonesia. Ia bertemu dengan Dr. B.J. Habibie yang menyatakan sangat tertarik pada berbagai teknologi baru MD-11. Menteri Riset dan Teknologi RI yang juga Direktur Utama IPTN itu mengkaji kemungkinan ikut membuat elemen MD-11 bila Indonesia membeli pesawat itu. Menurut Hickerson, kemungkinan itu selalu ada. CASA, mitra Indonesia, sudah mendapat bagian. "MD-11 adalah sebuah produksi kolektif, 60% lebih bagiannya bukan kami yang buat," ujar Hickerson lagi. Persaingan keras tidak terlihat pada pesawat penumpang jarak menengah 5.000-8.000 kilometer. Airbus Industries dengan produk-produknya A 300-600, A 310, A 320, dan yang terbaru A-340 menguasai hampir semua kelas. Padahal, perusahaan patungan Eropa ini baru berdiri pada 1970. Airbus unggul dalam penerapan teknologi tinggi. Tubuh pesawat Airbus terbuat dari komposit yang mengandung bahan sintetis, tapi mampu mengalirkan listrik. Kondisi ini penting karena Airbus menerapkan teknologi canggih lainnya, fly-by-wire yaitu pengendalian pesawat tidak lagi menggunakan sistem hidraulik tapi peralatan elektronik. Sementara itu, pasar commter, pesawat penumpang jarak pendek, diperebutkan sejumlah perusahaan kecil. Di sinilah industri penerbangan kita IPTN ikut terjun, menawarkan Tetuko CN-235 produknya bersama CASA. Saingan paling berat datang dari SHORTS, industri penerbangan Irlandia. Perusahaan yang memproduksi commuter N 121 PC -- sejenis dengan CN-235 -- berhasil memasuki pasar Filipina. Namun, dalam demonstrasi terbang, CN-235 tampak lebih tangkas. Tidak seperti commuter lain yang lepas landas seperti pesawat biasa, CN-235 mengudara seperti pesawat pemburu. Ketika itu terdengar suara pembawa acara "Inilah produksi CASA bersama IPTN dari Indonesia, negara berkembang yang berhasil membangun mdustri penerbangan." Bangga juga rasanya hati mendengarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini