TIDAK kurang dari 58 makalah terhimpun dalam pertemuan dan presentasi ilmiah KIM (Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi) tahun ini. Dibagi ke dalam tujuh kelompok, pertemuan dan presentasi yang berlangsung di Widya Graha LIPI, Jakarta, pekan lalu, itu masing-masing membahas metrologi dan jaringan nasional kalibrasi, optik dan instrumentasi optik, akustik, elektronika dan teknik komputer, instrumentasi nuklir, instrumentasi proses, serta instrumentasi khusus. Tiap kelompok rata-rata mengangkat lima makalah. Di kelompok akustik, misalnya, keragaman minat terlihat dari pembicaraan mengenai metode numerik untuk menentukan radiasi suara dari sumber berbentuk sebarang, sampai pada pengukuran dan analisa kebisingan laut di sekitar Tanjung Priok. Kelompok lain tidak kurang kayanya. Yang termasuk menarik dari pertemuan dan presentasi tahunan kedelapan ini adalah simulator gardu induk listrik, yang dirancang untuk menguji sistem pengendalian jaringan listrik. Sistem itu sendiri, pada gilirannya, akan meningkatkan kecepatan dan kontinuitas pelayanan, pengukuran, dan pengambilan tindakan bila terjadi gangguan di gardu listrik. Dengan konsumsi listrik yang terus meningkat, dan mulai beroperasinya jaringan ekstra tinggi, simulator yang menguji sistem pengendalian ini memang terasa sebagai kebutuhan mendesak. Di Indonesia, menurut Dahlan Martadiredja dari Laboratorium Elektronika, Divisi Penelitian dan Pengembangan LIN (Lembaga Instrumentasi Nasional) LIPI, gardu listrik yang tersebar dikategorisasikan ke dalam tiga golongan. Yakni gardu induk untuk tegangan 500 KV, 150 KV, dan 70 KV. Di Jawa ada empat gardu 500 KV: Gandul Cigereleng, Semarang, dan Waru. Keempat gardu ini dikendalikan dari Jakarta, dengan sistem TRC (Telemetri Remote Control). Sistem ini memungkinkan pengecekan dari pusat pengendali tanpa perlu menunggu laporan gardu induk. Gardu 70 KV memperoleh aliran listrik dari gardu 150 KV, atau 500 KV - setelah melalui transformator. Dari gardu 70 KV tadi, listrik dibagikan ke gardu distribusi, kemudian ke gardu hubung, yang langsung melayani konsumen. "Setahu saya, pengendalian gardu 150 KV dengan TRC baru dilakukan di Jakarta," kata Dahlan, alumnus Jurusan Elektro ITB, 1979. Dalam sistem ini, gardu dari kelas yang sama dikendalikan dari satu pusat pengendalian. Kelemahan sistem ini, komunikasinya masih menggunakan pesawat telepon. "Kurang praktis, dan tidak menggambarkan keadaan secara lengkap dan mendetail." Untuk mengatasi hal itulah Laboratorium Elektronika LIN merancang prototip TRC yang dapat melayani 256 gardu induk 70 KV. "Desain dan perakitan TRC ini, termasuk penyusunan program komputernya, seratus persen dilakukan staf LIN," ujar Surya Wirawan, insinyur yang menangani pembuatan perangkat ini. Dimulai Februari lalu, pesawat itu rampung awal bulan lalu. Terdiri dari MTU (Master Terminal Unit), yang dihubungkan dengan stasiun display dan printer-nya, serta sebuah RTU (Remote Terminal Unit). MTU dipasang di gardu induk, dan RTU di tempat pengendalian (Area Control Center/ACC). RTU didesain untuk mengirim data dan informasi ke MTU, sekaligus menerima komando. Informasi meliputi daya, tegangan, arus, frekuensi, di samping keadaan umum gardu induk. Secara keseluruhan, RTU mampu mengirimkan 44 digital input, 14 analog input, dan menerima enam digital output. Output ini, antara lain, berupa gerak memutus dan menyambung switch. Pengiriman sinyal dilakukan dengan tiga cara. Melalui telepon, kawat listrik tegangan tinggi, dan gelombang radio dengan frekuensi 450 MH. Untuk menguji sistem inilah para perancang kemudian membuat simulator yang mengacu pada gardu induk Cibereum, Bandung. Simulator ini termasuk yang pertama dalam jenisnya di Indonesia. Simulator ini merupakan perangkat rangkaian elektronika beserta peragaannya, yang menyimulasikan gardu Cibereum. Gardu induk ini - yang juga disebut gardu induk West - merupakan titik switching dari gardu induk Cigereleng dan gardu induk Cibabat, yang masing-masing menggunakan jaringan transmisi 70 KV, transformator 70/20 KV dengan kapasitas 20 MVA, dan didistribusikan ke daerah Bandung Barat. Memang tidak semua dapat disimulasikan, karena kompleksnya jaringan gardu induk itu sendiri. Tetapi, bagian-bagian penting yang diambil sudah cukup mewakili spesifikasi gardu yang sesungguhnya. Gangguan, mlsalnya, disimulasikan oleh tombol tekan yang akan memberi sinyal langsung ke rangkaian pengaman, yang menggunakan rangkaian elektronik dan relay. Yang terakhir inilah yang bakal melakukan pemutusan beban. Untuk pemisah digunakan togle switch. Tap changer menggunakan switch selektor, yang memberi sinyal posisi ke rangkaian elektronik pen-display. Untuk pengukur digunakan voltmeter, dan pengubah harga pengukuran memakai potensiometer. Dalam menghadapi gangguan akibat terputusnya power supply untuk rangkaian kontrol pada panel kontrol, yang disebut bay faulty, simulator ini memakai relay. Simulator ini dirancang mampu mengirimkan input persis seperti gardu aslinya. Dari data yang masuk ke MTU, misalnya, dapat dilakukan analisa tindakan, kalau perlu pemadaman dalam keadaan darurat. Analisanya sendiri memang tetap dilakukan secara manual, karena sistem komputer yang ada hanya berfungsi menyajikan data. Mengenai TRC itu sendiri, Surya Wirawan belum berani memberikan perbandingan harga dengan alat buatan luar negeri. Tetapi, "Menurut taksiran saya, buatan LIN bakal lebih murah bila dibandingkan dengan perangkat impor," katanya. Yang jelas, menurut Dahlan, "Jaminan keamanan gardu induk akan lebih baik dengan TRC."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini