Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dari Badan Antariksa Eropa (ESA) tengah menjalankan proyek ambisius bernama Proba-3. Pada 5 Desember 2024, India berhasil meluncurkan misi demonstrasi teknologi tersebut. Sebuah Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV) dilaporkan meluncur pada pukul 11:34 CET (10:34 GMT) dari Satish Dhawan Space Centre.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari laman resmi ESA, misi ini akan menciptakan gerhana matahari buatan dengan menggunakan dua pesawat luar angkasa yang terbang dalam formasi sangat presisi, yang akan memungkinkan pengamatan lebih mendalam terhadap korona matahari. Adapun tujuannya, untuk membuka pandangan ke korona atau atmosfer sekitar matahari yang seratus kali lebih redup dibandingkan dengan matahari itu sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Secara singkat, ini adalah eksperimen di luar angkasa untuk mendemonstrasikan konsep baru, teknologi baru yang secara teknis menantang,” kata Damien Galano, manajer proyek Proba-3 di ESA, dikutip dari Space News, Minggu, 12 Januari 2025.
Proba-3 menggunakan dua pesawat luar angkasa, yaitu Occulter dan Coronagraph, yang terpisah sekitar 150 meter di orbit elips 600 x 60.000 kilometer. Occulter akan memancarkan bayangan pada pesawat Coronagraph selama enam jam pada periode tertentu, memungkinkan pengamatan korona matahari yang sulit dilihat tanpa gangguan atmosfer.
“Sistem ini akan memungkinkan kita untuk mengamati struktur dan dinamika korona matahari dalam cahaya tampak,” kata Joe Zender, ilmuwan misi ESA. “Kami berharap dapat memahami lebih baik tentang inisiasi fenomena fisik ini untuk memodelkannya dengan lebih baik dan membantu memahami fisikanya, tetapi juga dampaknya terhadap satelit dan Bumi.”
Data yang dikumpulkan dari Proba-3 bertujuan untuk meningkatkan model prediksi angin matahari dan lontaran massa koronal (CME), yang sangat penting bagi operasi satelit dan sistem berbasis darat. Misi ini juga bertujuan untuk menguji teknologi penerbangan formasi presisi, yang dapat membuka jalan bagi aplikasi teknologi baru di masa depan, seperti interferometri berbasis luar angkasa dan deteksi eksoplanet.
Proba-3 juga membuka potensi untuk aplikasi teknologi luar angkasa di masa depan, termasuk dalam pemantauan cuaca ruang angkasa dan pengembangan sistem penerbangan presisi untuk misi-misi luar angkasa lainnya. Keberhasilan misi ini dapat menjadi landasan bagi penggunaan satelit dalam formasi untuk berbagai tujuan, seperti pemetaan planet, pengamatan atmosfer eksoplanet, hingga perbaikan satelit di orbit.
Proba-3 melibatkan lebih dari 40 perusahaan dari 14 negara anggota ESA dan memerlukan lebih dari satu dekade pengembangan. Pemilihan PSLV dari India adalah kompromi terkait biaya peluncuran dan kebutuhan misi. Misi ini diperkirakan akan berlangsung dua tahun, dengan satelit kembali ke atmosfer setelah lima tahun, menegaskan komitmen ESA terhadap keberlanjutan luar angkasa.